Terumbu Karang Perairan Pulau Pramuka
Bagi warga ibukota Jakarta terutama yang gemar berwisata di laut, nama Kepulauan Seribu tentu sudah tidak asing lagi. Kepulauan yang berada di utara Jakarta ini adalah kawasan pelestarian bahari yang telah ditetapkan sebagai taman nasional laut sejak 1982. Salah satu pulaunya yang berpenghuni dan bernama Pulau Pramuka adalah pusat administrasi dan pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, bagian dari Provinsi DKI Jakarta. Di kawasan perairan Pulau Pramuka inilah banyak penyelam ibukota dilahirkan. Dan saat akhir pekan di awal Desember tahun ini, saya berkesempatan untuk melakukan penyelaman di perairan Pulau Pramuka tersebut untuk melihat sedikit keindahan bawah lautnya bersama teman-teman XL Adventure, Indonesian Geographic, dan juga dari Under Water Story.

Setelah menyusuri kemacetan dan hiruk pikuk Pasar Ikan Muara Angke yang ramai dan diakibatkan juga oleh perbaikan jalan dan bangunannya, akhirnya saya sampai juga di dermaganya. Dermaga yang merupakan pelabuhan rakyat untuk menuju pulau-pulau di Kepulauan Seribu ini masih terlihat seperti dulu waktu pertama kali saya ke tempat ini pada tahun 2007, dengan lorong masuknya yang gelap dan becek serta bau ikan di mana-mana. Orang-orang tampak hilir mudik, dari wisatawan yang akan menghabiskan akhir pekan, calo kapal, para abk, tukang becak, maupun kuli-kuli angkut.

Matahari belumlah tinggi dan jam tangan saya juga belum menunjukan pukul tujuh, waktu biasanya kapal-kapal yang mengangkut penumpang mulai berangkat di pagi hari. Saya bersama beberapa teman seperjalanan masih berdiri di depan pintu masuk pertamina di dekat dermaga, menunggu beberapa teman yang belum datang dan mengkordinasikan sedikit rencana kegiatan.

Akhirnya menjelang jam delapan pagi, waktu yang sebenarnya telah terlambat, kapal yang mengangkut kami semua mulai bergerak menyusuri hitam pekat Teluk Jakarta di sela-sela kapal lain yang bersandar. Gelombang laut pada pagi ini sepertinya kurang bersahabat. Beberapa kali kapal berguncang-guncang menerjang gelombang mengocok isi perut. Pun ketika gelombang besar, nahkoda sengaja menghentikan laju kapal untuk menghindari benturan yang keras. Kata salah seorang kru kapal, baru mulai hari ini cuaca tidak bersahabat. Dan ini adalah musim angin barat laut yang biasanya melanda perairan di Laut Jawa sampai bulan Januari dan Februari.

Mengabadikan Terumbu Karang di Perairan Pulau Pramuka

Menjelang tengah hari, barulah kapal yang kami tumpangi merapat di Dermaga Pulau Pramuka. Seperti yang ditunjukkan oleh Priska -sang kordinator perjalanan-, kami pun menyusuri jalan dengan sisa-sisa perasaan bergoyangnya kapal menuju penginapan yang akan kami tempati di pulau yang dahulu dinamai sebagai Pulau Elang ini. Sebagai catatan, dahulu pulau ini banyak dihuni oleh burung elang bondol sehingga disebut sebagai Pulau Elang. Setelah pulau ini mulai ramai dan sering dijadikan tempat berkegiatan para pramuka, maka bergantilah namanya menjadi Pulau Pramuka.

Ada banyak fasilitas wisata di pulau ini dibandingkan pulau-pulau lainnya. Dari penginapan sampai dive-dive operator yang diakui. Salah satunya adalah dive center Elang Ekowisata yang kami gunakan jasanya untuk melakukan kegiatan penyelaman. Usai makan siang dan mempersiapkan berbagai peralatan pendukung, kami semua mulai menuju titik penyelaman pertama ditemani Boby, salah seorang dive master dari Elang dan juga warga asli Pulau Pramuka.

Terumbu Karang Perairan Pulau Pramuka dan Kipas Laut

Titik penyelaman pertama kami berada di sebelah selatan Pulau Panggang atau di sebelah barat daya Pulau Pramuka. Tempat penyelaman ini berupa perairan dangkal yang dipenuhi oleh terumbu karang dengan satu tiang mercusuar kecil berdiri. Eko, seorang teman baru dari Bandung menjadi buddy saya dalam penyelaman ini, posisi menyelam berada satu baris di belakang dive master Boby. Sementara yang lainnya berturut-turut berpasangan di belakang saya dan Eko, seperti yang dibriefing oleh Priska yang juga telah berlabel master dalam dunia selam. Kami akan menyelam dengan menyusuri terumbu karang yang berada di sebelah kanan jalur. Sementara dua teman kami yang lain yang belum bersertifikasi selam hanya melakukan snorkling sambil menunggu yang lainnya menyelam.

Masker, fin, pemberat, BCD, dan tabung udara telah terpasang dengan baik. Kami menceburkan diri ke dalam laut satu per satu. Kedalaman penyelaman kali ini adalah 10 – 15 meter di bawah permukaan. Visibilitas atau jarak pandang cukup jernih, mungkin sekitar 5 – 8 meter. BCD saya yang kebesaran membuat saya kurang nyaman karena seringkali tabung di punggung melorot ke atas menanduk-nanduk kepala saya ketika melakukan pergerakan.

Area penyelaman berupa lereng yang tidak terlalu terjal dengan gugusan terumbu karang yang cukup rapat di kedalaman kurang dari 10 meter, sedangkan lebih dalam dari 10 meter kerapatan terumbu malah semakin berkurang. Sementara kehidupan laut yang saya temui bisa dibilang cukup banyak bagi saya yang belum pernah menyelam di perairan ini dan memiliki jam terbang sedikit. Ada gerombolan ikan karang yang kemudian saya ketahui bernama fusiliers, gobies yang terlihat tersamar pada permukaan pasir yang coklat dan menghamburkan pasir ketika saya dekati, beberapa nudibranch berwarna-warni, dan spesies-spesies lain yang entah apa lagi namanya. Kipas-kipas laut kemerahan besar juga banyak saya temui tumbuh di sela-sela terumbu karang.

Boby yang berada di depan selalu memanggil saya dan menunjuk-nunjuk tiap kali ada mahluk aneh yang ditemui. Ketika hendak bergerak saat mengamati kipas laut, fin Boby tersangkut di sana. Mungkin karena takut merusak kipas laut tersebut, ia meminta saya dan Eko untuk membantu melepaskan fin tersebut. Dan fin Boby pun terlepas. Sebelumnya saya pikir kipas laut tersebut akan patah ketika melihatnya tertarik cukup keras oleh fin Boby, tetapi ternyata kipas laut itu cukup kuat dan elastis.

Saya, Eko, dan Boby berhenti cukup lama di satu titik untuk menunggu teman-teman saya yang lain di belakang. Tapi sekian lama menunggu mereka tak muncul-muncul juga. Saya pikir mereka semua tentu sedang asyik memotret karena hampir sebagian besar yang posisinya di belakang saya membawa kamera bawah laut. Akhirnya kami bertiga memutuskan untuk melanjutkan penyusuran sampai penunjuk ketersediaan udara kami mulai menipis. Setelah hampir satu jam, kami mulai mengayuh perlahan-lahan ke arah permukaan dengan melakukan safety stop di kedalaman tiga meter selama lima menit.

Ada satu kejadian pada penyelaman ini yang mebuat saya sedikit cemas dan perlu selalu saya ingat untuk dijadikan pelajaran berharga. Yaitu ketika pertama kali turun untuk menyelam, di kedalaman sekitar sembilan meter saya merasa BCD saya terlalu kempis sehingga saya merasa belum mendapatkan netral bouyancy atau keseimbangan yang pas. Kemudian saya memainkan tombol pemicu untuk mengisi sedikit udara pada BCD saya. Sayang sungguh disayang, pengisian udara saya ternyata berlebih sehingga saya meluncur lagi ke atas permukaan air dengan cepat. Ketika meluncur ke atas, saya pun berusaha mengurangi udara pada BCD. Entah saat itu tombol pemicu pengurangan udara yang lambat bekerja atau respon saya yang kurang cepat, saya pun akhirnya muncul lagi di permukaan.

Kecepatan naik ke permukaan yang salah dalam penyelaman bisa berakibat fatal. Kecepatan naik yang dibolehkan adalah maksimal 10 meter per menit. Jika melebihi itu, maka volume nitrogen yang kita hirup dan telah larut di dalam darah akan membesar secara drastis sebelum sempat dikeluarkan dari tubuh seiring kecepatan naik kita yang tinggi. Bisa dibayangkan jika di dalam pembuluh darah kita terdapat gelembung-gelembung nitrogen yang membesar dengan cepat, akibatnya adalah pembuluh darah pecah yang bisa menyebabkan kelumpuhan, bahkan kematian. Inilah yang disebut sebagai bahaya penyakit dekompresi atau yang lebih sering disebut decompression sickness.

Setelah berpikir dengan tenang dan merasa diri tidak ada masalah setelah kejadian tersebut, saya memutuskan kembali menyusul ke dalam mengikuti gelembung-gelembung udara yang muncul di permukaan air pertanda teman-teman saya ada di bawahnya.

Penyu Hijau yang Melintas

Menjelang sore kami semua beristirahat untuk melakukan surface interval di Pulau Semak Daun, sebuah pulau kecil yang dimiliki secara pribadi oleh seorang petinggi salah satu partai besar di negeri ini. Pulau Semak Daun terletak sekitar lima kilometer di sebelah barat laut Pulau Pramuka. Ada beberapa rombongan wisatawan yang saya temui sedang berisitirahat di pulau tak berpenduduk ini. Sebuah warung kecil yang didirikan oleh penjaga pulau berdiri di tengah membuat lokasi ini memang cocok dijadikan tempat istirahat ketika berkeliling di kawasan Kepulaun Seribu. Ibu Saun bersama suami dan tiga anaknya yang memiliki warung tersebut mengatakan bahwa ia adalah warga Pulau Kelapa, pulau berpenduduk yang terletak lebih ke utara lagi. Mie instan, makanan kecil, kopi dan teh, serta buah kelapa menjadi barang dagangan Bu Saun di warungnya, memang menu yang cocok untuk sekedar berisitirahat beberapa jam.

Kurang lebih satu jam kami melakukan istirahat surface interval, kami beranjak lagi untuk menuju titik penyelaman berikutnya. Kali ini berada di sebelah barat laut Pulau Panggang dan Pulau Karya. Pulau Panggang dan Pulau Karya sendiri adalah pulau tetangga dari Pulau Pramuka yang keduanya terletak di sebelah baratnya. Kondisi perairannya sama seperti tempat penyelaman kami sebelumnya, berupa perairan dangkal dengan lereng-lereng terumbu karang yang tidak begitu terjal. Pembagian buddy kami masih seperti sebelumnya dimana saya berpasangan dengan Eko. Hanya saja pada penyelaman ini beberapa teman lain masih terlihat di belakang kami.

Kehidupan bawah laut yang saya lihat tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Saya pikir ini disebabkan karena jarak lokasi penyelaman pertama saya dan yang kedua sekarang tidak terlalu jauh. Yang membedakan adalah saya melihat penyu hijau yang berenang menjelajah sendirian. Sangat menyenangkan sekali melihat dan berenang beberapa saat bersamanya. Bagi saya, di dalam laut seperti ini penyu adalah hewan yang paling membuat berdecak kagum dibandingkan ikan-ikan lainnya. Seperti berjalan-jalan dengan kucing atau anjing peliharaan saja kalau di darat.

Hal yang menyedihkan di perairan ini -termasuk titik penyelaman saya sebelumnya- adalah saya melihat ada beberapa terumbu karang yang rusak serta sampah plastik dan kaleng yang tersangkut di beberapa karang. Pemandangan menjadi ternoda ketika melihat hamparan warna-warni terumbu karang terdapat lembaran plastik usang panjang berwarna coklat kotor menyempil dan berkibar. Tapi memang begitulah, sedikit gambaran tentang kedisiplinan sebagian besar masyarakat kita akan kesadaran menjaga lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya.

Kurang lebih empat puluh menit di bawah permukaan air dan seiring jumlah udara dalam tabung yang makin sedikit, saya pun menyudahi penyelaman. Setelah menunggu rekan-rekan lain selama beberapa menit, satu per satu semuanya muncul di permukaan. Ternyata jarak kami satu sama lain terpaut jauh, pantas saja di bawah air kami hanya bertemu di waktu-waktu awal penyelaman.

Mengabadikan Terumbu Karang di Perairan Pulau Pramuka

Sebelum kembali ke Pulau Pramuka, kapal motor mengantarkan kami ke keramba ikan tempat budidaya ikan bandeng milik Nusa Ayu Keramba yang dilengkapi dengan sebuah resto ikan laut serta tempat-tempat penangkaran ikan. Boby menyebut keramba ikan ini sebagai Pulau Nusa Keramba, tempat budidaya ikan bandeng. Selain bandeng, yang menonjol di keramba ini adalah ditangkarkannya ikan hiu. Usai dari keramba, barulah kami beranjak ke Pulau Pramuka ketika gelap sudah mulai turun. Nanti, beberapa dari kami berencana akan melakukan penyelaman di malam hari sehingga beberapa peralatan masih ditinggalkan di dalam kapal.

Tetapi, usai makan malam di keramba, semua rekan seperjalanan ini mulai dihinggapi lelah dan keinginan untuk segera beristirahat. Apalagi kondisi tubuh yang sudah hangat menyebabkan keengganan untuk menceburkan diri lagi ke dalam laut. Otomatis penyelaman di malam hari dibatalkan. Memang perlu diakui bahwa kegiatan yang dilakukan di dalam air ini membuat efek pada tubuh yang luar biasa. Makan menjadi tambah banyak, tidur pun menjadi lebih cepat dan bertambah nyenyak. Akhirnya sesampainya di penginapan, sebagian besar dari kami langsung terlelap setelah membersihkan diri dari asinnya air laut.

Seorang Penyelam Menyalakan Lampu Sorot di Belakang

Hari berikutnya, kami semua pulang kembali ke Kota Jakarta. Walaupun penyelaman yang kami lakukan hanya dua kali, tapi cukup bagi saya menambah pengalaman di dunia bawah laut. Kawasan Pulau Pramuka hanyalah salah satu dari sekian banyak titik penyelaman yang ada di kepulauan Seribu. Suatu hari nanti saya berharap masih diberikan kesempatan lagi untuk melihat alam bawah lautnya di titik-titik yang lain, titik-titik kawasan yang memperlihatkan kepada kita betapa indahnya alam Indonesia. Bahwa semua itu menambah pengetahuan kita akan luasnya perairan nusantara beserta aneka ragam isinya yang patut selalu kita jaga.

Tulisan oleh I Komang Gde Subagia
Foto oleh Chusen Aun

Sumber : astacala.org 

 
Kepedulian generasi muda terhadap kelestarian alam, khususnya biota laut semakin meningkat. Berbagai aksi nyata mereka tuangkan dengan menghasilkan ide kreatif untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di Nusantara, khususnya.

Sebagai wahana bagi ide kreatif kawula muda, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghelat Kompetisi Inovator Muda (KIM). Ajang yang diperuntukan bagi pelajar SMA  ini diikuti oleh 92 sekolah di seluruh Indonesia.

Kompetisi besutan Bidang Edukasi Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) LIPI ini mencoba melihat inovasi kawula muda dalam memberikan solusi penyelamatan eksositem terumbu karang di Indonesia. KIM kali keenam ini mengusung tema Model Pelestarian Terumbu Karang dari Kacamata Generasi Muda.

Kepala LIPI Lukman Hakim mengungkapkan, Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan sekira 17 ribu pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke. Maka, kekayaan bahari Indonesia, terutama terumbu karang, tentu sangat melimpah.

"Indonesia merupakan segitiga terumbu karang dunia. Namun, pemberdayaan terhadap sumber daya tersebut masih sangat memprihatinkan," kata Lukman di Tamini Square, Jakarta Timur, akhir pekan lalu.

Lukman mengatakan, melalui penelitian yang dilakukan oleh LIPI, kekayaan terumbu karang Indonesia dalam keadaan memprihatikan. Hanya 26 persen ekosistem terumbu karang dalam keadaan baik dan 36 persen dalam keadaan cukup. Namun, 32 persen ekosistem terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak.

"Manusia memiliki andil dalam kerusakan ekosistem terumbu karang tersebut. Faktor utama yang mendasari hal ini adalah minimnya tingkat pengetahuan untuk melestarikan terumbu karang," ujarnya.

Terakhir, Lukman berpesan agar para generasi muda kembali meningkatkan kepedulian untuk menjaga kelestarian terumbu karang sebagai kekayaan laut Indonesia. "Menjadi tanggung jawab generasi muda untuk memelihara dan menjaga terumbu karang untuk keberlanjutan bagi generasi selanjutnya," tuturnya.

Setelah melalui berbagai seleksi, tersisa tiga tim untuk berlaga di grand final. Mereka adalah SMAN 1 Kendari, SMAN 1 Jakarta, dan SMAK Tarsisius 1 Jakarta. Bertempat di Tamini Square, Jakarta Timur, ketiga tim menyampaikan hasil karya mereka di hadapan para pengunjung.
Akhirnya terlaksana juga pergi ke pulau tidung, salah satu pulau di kepulauan seribu. Setelah mencari-cari di internet, akhirnya kami mendapatkan juga paket yang cukup lengkap dan harga, bisa dibilang kami mendapatkan harga yang cukup murah.

Masuk ke Pasar Muara Angke jam 6 pagi, jalanan yang sempit penuh dengan mobil yang juga akan ke dermaga untuk pergi wisata ke kepulauan seribu. Bila membawa mobil, jalan terus saja, kita akan di tanya apakah akan menginap atau tidak, karena parkir mobil yang menginap berbeda dengan yang tidak. Untuk yang menginap di kenakan biaya Rp.50.000 rupiah saja.

Perjalanan ke pulau seribu memakan waktu sekitar 2 – 3 jam. Agak membosankan, karena kapal penuh sehingga kita tidak ada aktifitas. Bila membawa anak, persiapkan saja mainan yang bisa menghabiskan waktu, jangan lupa bekal makanan ringan dan minuman kareba di kapal tidak ada yang berjualan.

Sampai di pulau tidung sekitar jam 10 pagi, dan kemudian kita langsung di bawa ke penginapan rumah atau homestay. Disana kita bisa menyimpan tas, makan siang dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan aktifitas yang sudah terjadwal.

Satu hal yang menarik perhatian adalah betapa penduduk pulau tidung sangat memperhatikan kebersihan, hampir tiap sudut jalan tersedia tempat sampah. Jalanan bersih, hampir tidak ada sampah yang berserakan. Beda jauh dengan Jakarta, sampah dimana-mana.

Setelah makan siang, kami segera bersiap untuk snorkling. Kami mendapatkan pengarahan singkat tentang cara snorkling yang baik, kemudian menuju ke kapal.

Tempat snorkling yang kami tuju cukup baik, dengan air yang bersih dan banyaknya karang yang indah untuk di lihat. Sayang saya bukan perenang yang baik, jadi kurang begitu bisa menikmati pemandangan bawah laut. Setelah mengambil beberapa pose bawah laut, kami melanjutkan ke jembatan cinta di Pulau Tidung.

Sore hari di jembatan cinta adalah saat yang berkesan, dengan matahari yang mulai tenggelam dan suasana pantai yang penuh dengan berbagai kegiatan air adalah merupakan saat-saat indah. Bagu anda penggemar photography, ini adalah saat yang tepat untuk hunting. Bagi yang suka dengan tantangan, bisa mencoba dengan melompat dari jembatan cinta. Bagi yang suka kegiatan air, bisa naik banana boat atau jet ski. Atau bisa juga dengan dusuk menikmati yang ada dengan tidak melakukan apa-apa. Sore hari di jembatan cinta, apapun yang kita lakukan semua terasa indah.

Malam hari, karena gerimis, acara barbeque dibatalkan. Makan malam tetap diadakan, hanya saja makan di dalam rumah homestay. Setelah gerimis reda, kita mulai berkeliling pulau. Sayang tidak banyak yang bisa dilihat. Apalagi kebetulan listrik padam karena ada kabel dalam laut yabg putus, jadi penduduk pulau bergantung pada genset untuk kebutuhan listrik.

Pagi hari, kita bersepeda ke jembatan cinta lagi, kali ini kami akan menyeberang ke pulau Tidung kecil. Sambil menyeberangi jembatan, kami bisa melihat dasar laut, jernih belum tercemar, berbeda sekali dengan ancol, yang pantainya mungkin lebih kotor dari oli bekas.

Akhirnya semua harus berakhir, setelah menikmati pagi hari di Pulau Tidung Kecil, dan bermain pasir di Pulau Tidung Besar, akhirnya kami semua bersiap untuk pulang, kembali ke Jakarta, kembali kepada mimpi buruk.

Pulau Tidung memiliki segala potensi yang ada untuk tempat wisata. Tidak adanya penginapan atau hotel justru menambah nilai keunikan tersendiri, dimana kita harus menginap di rumah penduduk. Secara umum, penduduk lokal sangat perduli dengan para turis yang datang, terbukti dengan begitu baiknya mereka menjaga kebersihan. Tetapi secara individual, masih ada beberapa penduduk lokal yang masih belum menyadari bagaimana menjadi tuan rumah yang baik.

Secara umum, bila sudah penat dan capek akan urusan sehari-hari, pergi sejenak ke Pualu Tidung akan menjadi pilihan yang tepat dan berkesan.

Sumber : bagicerita.com
Dengan pengetahuan minim akan kepulauan seribu saya nekat pergi ke sana berbekal peta dari Google Map saya berangkat dari rumah menuju dermaga muara angke untuk berangkat ke Pulau pramuka. Perjalanan dimulai pukul 5 pagi dari pasar minggu dan sampai sana jam 6 pagi. Untuk berangkat ke P.pramuka ada dua dermaga Muara Angke dan Marina Ancol, hanya selisih harga antara Muara Angke dan Marina cukup besar saya pilih muara angke. Saat sampai disana saya menitipkan kendaraan saya di Pos Rukun Warga (lokasinya di sehabis jembatan menuju muara angke). Biaya penitipan ada 2x saat menitipkan dan saat mengambil, saat menitipkan petugas yang ada disana cuma bilang seiklasnya, Tapi berdasarkan info yang saya terima untuk roda 2 Rp. 10.000 dan roda 4 Rp 20.000, untuk 1x penitipan nanti saat ambil bayar lagi.



Untuk jalan ke lokasi dermaga kita bisa jalan kaki, naik ojek sepeda, angkot, ataupun becak. Untuk jalan kaki sebaiknya hindari soalnya kondisi muara angke becek. Saat sampai dermaga jangan lupa tanya nakoda kapal karena ada 2-3 kapal di dalam dermaga yang berangkat ke wilayah kepulauan seribu. Kapal yang berangkat dari muara angke ke Pulau Pramuka ataupun sebaliknya adanya jam7 pagi dan jam 1 siang, supaya lebih aman tiba 1 jam lebih awal mengingat di dalam kapal tidak ada tempat duduknya jadi bebas menentukan.



pic 1. suasana di kapal

Pukul 6.45 pagi ternyata kapal sudah jalan dikarenakan penumpang sudah penuh, saat berangkat cuaca cukup berkabut, sebenarnya pemandangan saat berangkat bagus tapi karena posisi saya di dalam dek dan cukup ramai saya kesusahan memotret suasana di luar. Perjalanan di tempu kurang lebih 2 jam. Sampai disana saya kagum atas beningnya air laut padahal dalam 1 jam perjalanan saya masih melihat laut hitam pekat khasnya pinggir laut jakarta. Sampai disana saya binggung karena informasi yang saya dapat cuma tempat penginapan Villa D'lima dan saat kesana lagi full book. Jadi saya menuju pusat informasi pariwisata pulau Pramuka yang lokasinya di sebelah RSUD Kepulauan Seribu. Disana saya bertanya-tanya soal penginapan dari mahal sampai murah dan dilayani dengan baik oleh bapak Komeng dan stafnya Oman. Saya pilihnya penginapan yang sedikit mahal di Pulau Pramuka Rp 300.000 yaitu wisma dermaga yang posisinya sedikit kedalam. Jika rombongan bisa pilih guest house selisihnya cuma beda Rp 20.000 dari wisma dermaga. Saat sampai di wisma dermaga saya istirahat sejenak, di sana walaupun penginapan ada AC nya tapi bisa dipakai pukul 21.00 karena listrik disana saat siang mati dan genset wisma dermaga tidak cukup kuat dengan AC. Sehabis instirahat disana saya mencari makan siang dan lumayan makan disana harganya tidak bea jauh dari jakarta. yang anehnya saat saya mau beli kelapa muda malah disana langka soal kelapa di pasok dari jawa/jakarta kelapa muda asli sana tidak begitu enak.



pic 2. sehabis sekolah main ke tepi laut


Sehabis makan saya melanjutkan sewa kapal untuk mengelilingi pulau yang ada dan snorkeling di tengah laut dimana ada lokasi penangkaran terumbu karang.Untuk penyewaan peralatan dan kapal saya tinggal menelpon Oman. Sewa kapal seharian keliling pulau berkisar Rp 300.000 dan sewa peralatan snorkeling berkisar Rp 35.000rb saat sepi dan Rp 40.000 saat rame.

Sehabis deal saya mempersiapkan peralatan buat foto air, untuk foto di dalam air saya mempergunakan kamera pocket ditambah penutup kedap air. Sebenarnya ingin membawa DSLR tapi saya tidak menemukan penyewaan casing kedap air yang untuk digunakan kamera DSLR EOS 350D.

Untuk awal snorkeling kita diajak oleh Oman dan temanya (saya lupa namaya) ke pulau Semak Daun, perjalanan ditempuh kurang lebih 30 menit. Sampai disanan karena masih panas Oman meminta saya jalan-jalan dulu di Semak daun. Disana saya melihat ada yang camping (hmm sunguh asik), untuk camping kita wajib mengantongi ijin dari P.Pramuka. Pulau semak Daun sungguh indah pasirnya putih dan pantainya bening. Kira-kira jam 14.30 saya pemanasan snorkeling, hal yang susah bagi saya adalah menggunakan sepatu katak/finsdi dalam air. Saat pemanasan selesai Oman mengajak saya pergi ke lokasi terumbu karang yang ada di tengah laut. saat sampai ternyata arus cukup deras sehingga pergi ke lokasi yang bernama karang lunak. Sampai dikarang lunak saatnya show time, Saya dikenalkan benda-benda laut dan diminta untuk memegangnya, karena saya rada geli saya lihat saja :-). Jam 16.00 saya cukupkan snorkelingnya untuk mengejar sunset, saya ditawarkan buat foto sunset di pulau2 yang mendukung dengan perahu tapi sayangnya kamera DSLR saya ada di penginapan jadi terpaksa saya cukup mengejar sunset di P.Pramuka. Oya Foto dengan kamera pocket di dalam air ternyata susah karena LCD sebagai viewfender tidak dapat terlihat dengan jelas di dalam air apalagi jika saat snorkeling cahaya matahari masih bersinar cukup terang.



pic 3. perjalanan menuju tempat latihan snorkeling bersama Oman (kanan)



pic 4. mr oman ke laut duluan memberi instruksi snorkeling yang benar



pic 5. penangkarang terumbu karang



pic 6. terumbu karang di pojokan


Pukul 17.00 sampai - 18.30 saatnya foto sunset. karena tempat sunset pas dermaga dan banyak orang maka saya strobisan saja dengan model (baru mau jadi model). Strobisan dengan payung ternyata susah dilakukan angin yang begitu kencang perlu orang yang memegang tripod/light stand, jadi payung disimpan dan langsung tanpa diffuser.



pic 7. ngefoto model (irma)




pic 8. model hepi , 1 hari yang melelahkan ditutup dengan enjoy


Selesai foto makan dan tidur awal untuk mengejar sunrise.

Pukul 20.00 - 04.30 sleep, pukul 4.40 saatnya mengejar sunrise. WOW ternyata saat sampai ditujuan lokasi pantai cukup kotor. sampai pukul 06.00 sunrise belum tampak karena tertutup awan, baru pukul 06.14 sunrise muncul dan cuma butuh waktu sedikit untuk full terang jadi lupakanlah tripod dan foto yang sempurna, segera lah saya pindah-pindah untuk mencari komposisi yang pas, setiap ada yang pas saya langsung jepret2. Cuma ada waktu 15 menit saja selebihnya matahari sudah cukup tinggi dan luminasi antara background dengan foreground sudah lebih dari 8 stop sehingga filter GND 8 saya harus di stack dengan 1 buah GND 8 lagi padahal saya hanya punya 1 filter :-/.



pic 9. sunrise @ P.pramuka


Selesai sunrise makan pagi dan jalan2, jika masih ada duit saya bisa snorkeling lagi, tapi karena yang pergi bareng saya dikit jadi kalo sewa kapal lagi patungannya besar. Jadi sambil menunggu pulang saya pilih ngelilingi pulau Pramuka.



pic 10. beralih profesi jadi tukang pijat


Pukul 12.00 saya sudah meninggalkan penginapan dan menuju dermaga, kapal jam 12.40 baru datang dan saya pun berebutan mencari posisi enak.



pic 11. orang yang sedang menunggu kapal



pic 12. beli kemilan buat di kapal


Sekian catatan perjalanan nekad saya ini, tapi saya pribadi puas karena wisata disana sungguh asik pantai bening dan banyak spot-spot bagus bagi yang suka foto landscape ataupun potrait.. mau model juga bisa asal bawa model sendiri :-P. Pokoknya tidak nyesel yang bikin capek kali perjalanan menuju pulau pramuka dari jakarta ataupun sebaliknya karena saya dapat kapal yang tidak ada penutup dek atas maka saya pilih berada di deg dalam yang penuh sesak dan panas.

Terima kasih buat blogger.com atas fasilitas blog ini dan teman saya Oman. Jika ada yang berminat berwisata disana dapat menghubungi Oman di 021-26157814dan terakhir bawa duit yang cukup karena tidak ada ATM disana jadi kalo kehabisan duit anda pun tidak bisa pulang.

Sumber : indraindra

JAKARTA (Suara Karya) Pariwisata bahari di Kepulauan Seribu tiga tahun terakhir ini meningkat. Yang menggembirakan, ribuan wisatawan, termasuk wisatawan mancanegafa (wisman), bukan hanya mengunjungi pulau-pulau resor saja, melainkan juga mengunjungi pulau-pulau penduduk sehingga warga pulau yang kebanyakan nelayan menikmati peningkatan kemampuan ekonominya. Sekarang di lima pulau sudah tersedia 305 homestay yang diusahakan penduduk.

Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu, Suwarto. MSi, mengungkapkan hal itu di kantornya, Selasa (28/6), saat mengevaluasi hasil Jakamaval 2011. Dalam karnaval mobil hias di Jalan Merdeka Selatan dan MH Thamrin, Minggu (26/6) sore, mobil hias Sudin Par-bud Kepulauan Seribu meraih peringkat kedua. Posisi juara diraih Dinas Pertamanan DKI, sedangkan peringkat ketiga diraih PD

Pasar Jaya.

Menurut Suwarto, pertama kali yang menjadi percontohan wisata pulau berpenduduk tahun 2002 adalah Pulau Untung Jawa. Kini tdlarT berkembang menjadi lima pulau penduduk, yaitu Pulau Untung Jawa memiliki 84 unit homestay, Pramuka 45 unit, Harapan 12 unit, Kelapa 12 unit, dan terbanyak Pulau Tidung 152 unit

Dengan menginap di homestay, wisatawan dapat berinteraksi dengan penduduk setempat. Rumah yang dijadikan penginapan itu juga telah memenuhi syarat sanitasi, kebersihan, dan kesehatan lingkungan.

"Pemilik homestay harus dapat memberikan informasi mengenai tempat yang patut dan aman dikunjungi wisatawan, sekaligus menjadi pemandu yang baik. Karena itu, mereka lebih dahulu ditatar," kata Suwarto.

Pariwisata bahari Kepulauan Seribu cukup lengkap. Kecuali ada pulau resor wisata dan pulau penduduk, ada pula pulau situs sejarahdan pulau konservasi. Yang terakhir ini Pulau Bokor dan Pulau Rambut sebagai konservasi reptil dan burung, Pulau Penjaliran dan Pulau Semak Daun sebagai habitat penangkaran penyu hijau dan penyu sisik.

Mengenai Pulau Tidung seluas 50,13 ha, berpenduduk 3.375 jiwa, tahun 2011 sampai Mei telah dikunjungi 46.868 wisatawan, termasuk 523 wisman. Untuk 10 pulau di Kepulauan Seribu dikunjungi 82.251 wisatawan, termasuk 3.440 wisman.

Kembali soal hasil Jakar-naval 2011, Kasudin Parbud Kepulauan Seribu mengakui timnya harus puas dengan peringkat kedua. Padahal, tahun lalu meraih peringkat satu atau juara.

Dicky Iskandar, dosen seni rupa UNJ yang menjadi juri, mengakui mobil hias Kepulaun Seribu yang mengusung tema "Pulauku Kian Hijau, Indah dan Bersih" cukup bagus walau hanya meraih peringkatkedua. (Dwi Pstn AA)
Sumber : Suara Karya 01 Juli 2011,hal. 12
Pulau Pramuka
Tengok saja Kepulauan Seribu yang relatif dekat dengan Ibu Kota yang tak disangka menawarkan paket berlibur akhir pekan. Setelah mencari tahu dan mendapatkan paket liburan tersebut, akhirnya kami yang terdiri dari 30 orang (tiga diantaranya adalah warga negara Malaysia) memutuskan untuk menghabiskan waktu akhir pekan disalah satu pulau dari Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Pramuka. Kami sepakat untuk berkumpul di dermaga Muara Angke jam 6 pagi karena kapal yang akan mengantar kami akan berlayar tepat jam 7 pagi. Setibanya di sana kami disambut oleh seorang pemuda berkulit hitam kecokelatan khas anak pantai yang bernama Vincent. Ialah orang yang menjadi guide kami selama kami berada di pulau Pramuka.

Tepat jam 7 pagi kapal yang bermuatan sekitar 70 orang itu mulai menjauhi dermaga muara angke menuju Pulau Pramuka. Selama diperjalanan kami dibekali jaket pelampung atau life vest karena memang perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 2 jam lamanya. Angin yang kencang serta hujan yang turun sempat membuat kami cemas, ada beberapa orang yang akhirnya harus mengeluarkan isi perutnya karena tidak tahan akan guncangan kapal yang keras. Namun akhirnya kami sampai dengan selamat di pulau tujuan.

Setibanya kami di pulau Pramuka waktu menunjukan pukul 10.00 WIB, kami langsung menuju home stay yang sudah ditentukan. Kami mendapatkan dua home stay, satu untuk para pria dan satu lagi untuk para wanita. Setelah beristirahat dan makan siang, Vincent menjemput kami dan membagikan peralatan snorkeling berupaya jaket pelampung, snorkle, dan fin atau sepatu katak. Setelah itu kami kembali mengarungi lautan menuju Pulau Semak Daun.

Pulau Semak Daun adalah tempat latihan snorkeling untuk para pemula. Sebelum merendamkan diri di laut, terlebih dahulu kami pemanasan untuk melemaskan otot-otot ditubuh. Kegiatan olahraga kecil ini dipandu oleh guide kami yang semakin bertambah banyak ketika kami berada di Pulau Pramuka. Setelah pemanasan, kami lalu dituntun menuju laut untuk snorkeling. Dengan sabar satu persatu kami dilatih singkat bagaimana cara snorkeling yang baik dan benar. Sekitar satu jam kami berlatih, hingga akhirnya kami kembali berlayar menuju laut lepas yang oleh penduduk sekitar diberi nama Kerambah.

Kerambah adalah tempat pelestarian ikan laut sekaligus pembudidayaan terumbu karang. Banyak ikan yang berdiam diri diantara terumbu karang tersebut. Banyak dari kami yang sudah mahir ber-snorkeling, namun tidak sedikit juga yang masih merasa takut menceburkan diri ke laut yang dalam. Alhasil ada beberapa yang memilih hanya berdiam diri di atas kapal sambil melihat rekan-rekannya. Ikan-ikan nan cantik serta terumbu karang yang indah menemani kami selama snorkeling. Dua jam tak terasa ketika kami semua memutuskan kembali ke Pulau Pramuka. Ada kejadian menarik terjadi, saat kapal yang kami tumpangi perlahan meninggalkan area Kerambah, baru kami sadari bahwa salah satu teman kami masih berada di tengah laut, kapalpun kembali memutar arah untuk menjemput. Dengan susah payah dan wajah pucat, kawan kami yang tertinggal berenang menuju kapal, namun kehadirannya malah disambut tawa oleh rekan-rekan yang lain.

Kami kembali singgah di Pulau Pramuka, hari masih sore. Waktu yang tersisa kami habiskan dengan bercengkrama dan bersosialisasi dengan penduduk setempat. Malam hari di Pulau Pramuka sungguh memanjakan mata. Angin kencang yang berasal dari laut tidak menyurutkan kaki kami untuk menuju dermaga. Banyak pemancing yang memang asli penduduk maupun wisatawan yang mencari posisi terbaik di dermaga. Makan malam pun tiba, sekedar info, makan kami selama di Pulau Pramuka sudah termasuk pelayanan. Jadi kami tidak perlu bingung lagi mencari makan. Hari semakin larut, dan kami pun tertidur pulas.

Pagi masih buta, tetapi beberapa teman sudah ada yang meninggalkan home stay untuk berburu sunrise. Tidak banyak kegiatan kami hari kedua di Pulau Pramuka. Setelah makan pagi, kami dijadwalkan untuk berkeliling pulau dan melihat penangkaran penyu yang terdapat di pulau ini. Disana terdapat banyak jenis penyu yang beraneka ukuran. Menurut Vincent, tempat ini untuk didirikan untuk pelestarian habitat penyu yang mulai terancam keberadaannya.

Setelah itu kami kembali diajak berlayar untuk berkunjung ke pulau seberang, yaitu Pulau Panggang. Pulau Panggang adalah pulau terbesar sekaligus pulau terpadat di wilayah Kepulauan Seribu. Di sana kami berjalan-jalan diantara rumah-rumah penduduk dan mengenal kehidupan mereka. Tak banyak memakan waktu, kamipun kembali ke Pulau Pramuka.

Selepas makan siang, kami bersiap diri untuk kembali ke Jakarta. Perjalanan kali ini memang terasa singkat, hanya memakan waktu 2 hari 1 malam. Namun apa yang telah diberikan oleh guide, serta keramahan penduduk sekitar sudah memberikan warna tersendiri dalam perjalanan kami. Kali ini Vincent tidak turut serta mengantar kami kembali ke Muara Angke, kami satu kapal dengan wisatawan lain yang didominasi oleh orang asing. Kapal makin menjauh, tetapi kami semua tahu, hati kami telah tertambat di Pulau Pramuka. Suatu saat nanti kami pasti akan kembali.
 
Sumber : detik.com 
 
 
 
Bersiap untuk snorkeling

Bersiap untuk snorkeling

Menjelajah Pulau Pramuka

Menjelajah Pulau Pramuka

Penangkaran Penyu

Penangkaran Penyu

 
 
 


Berdasarkan data di seluruh pulau di gugusan wilayah Kepulauan Seribu di kelilingi oleh terumbu karang yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu jenis karang keras/batu dan jenis karang lunak.
Koloni Karang tersebut di bangun oleh beribu-ribu hewan kecil yang mempunyai bentuk dan ukuran sangat bervariasi. Di Kepulauan Seribu diperkirakan terdapat 257 jenis binatang Karang yang hidup pada kedalaman kurang dari 30 meter.

Adapun koloni karang yang cukup dominan di kawasan Pulau Seribu adalah : Bentuk Lembar Daun (foliosa) Karang ini berbentuk lembaran-lembaran pipih seperti daun. Bentuk strukturnya rapuh dan mudah patah. Bentuk Keras (massive) umumnya Karang ini berbentuk bola atau setengah bola dengan stuktur cukup kokoh. Bentuk Jamur (mushroom coral) karang ini bercabang dan tumbuh melebar dengan permukaan rata berbentuk bulat dengan struktur sangat rapuh dan mudah patah. Bentuk Merayap, mengikuti subtan ( encrusting) karang ini umumnya tumbuh merayap diatas karang yang telah mati. Masa depan terumbu karang – terumbu karang yang tersebar dalam aneka rupa warna, ternyata memiliki manfaat yang sangat dibutuhkan manusia, diantaranya untuk kegiatan pariwisata, perikanan dan perlindungan pantai.

Saat ini ekosistem terumbu karang secara terus-menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah menagkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan diatas terumbu karang, penggunaan alat tangkap morami, penambangan batu karang serta penambangan pasir laut.

Adapun aktivitas manusia secara tidak langsung bisa menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang menyebabkan aliran lumpur dari daratan, akibat penggundulan hutan dan kegiatan pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan,dan sampah plastik.

Sementara itu, ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan oleh adanya faktor alam. Baik berupa angin topan, badai Tsunami, gempa bumi, pemanasan oleh Cots (criwn of thorns starfish) dan pemanasan global yang menyebabkan pemutihan karang.
Tanam Terumbu Karang Yuk!!
Tempat pelepasan kuda laut tidak terlalu dalam airnya hanya sekitar setengah meter, kami dapat berjalan agak jauh ketengah sambil menikmati pemandangan bawah air, dimana pasir putih, tumbuhan laut, dan ikan-ikan berlalu lalang diantara kaki-kaki kami. Hmmm indahnya....
Tepat pukul 07.15 WIB dari Dermaga 16 Marina Ancol, rileks.com bersama tim Sharp dan sejumlah wartawan nasional, mengawali perjalanan menuju pulau panggang di gugusan Kepulauan Seribu. Sejumlah agenda penting dalam memperingati hari Bumi, akan digelar disana, diantaranya tranplantasi terumbu karang & pelepasan anak Kuda laut ke habitat aslinya.

Speedboat Linggarjati Satu meluncur kencang diatas ombak laut Jawa yang masih tenang pagi itu. Tak jarang kapal serasa terbang dan sejurus kemudian dihempaskan ke permukaan karena ganasnya gelombang. Untungnya sang nahkoda cukup piawai membawa speedboat, dan 1 jam 15 menit kemudian tak terasa kami sudah sampai di Pulau Pramuka. Pulau yang menjadi pusat administrasi pemerintahan di Kepulauan Seribu.

Di Pulau Pramuka kami beristirahat di sebuah Guest House milik Ibu Mega, penduduk setempat untuk kemudian bersama-sama dengan siswa SMA 69 mengikuti workshop singkat mengenai transplantasi terumbu karang & pelepasan kuda laut. Para pembicara workshop, Kunihiko Kazama, SEID Business Strategy and Planning General Manager, Sugeng Purnomo, Kepala Seksi II Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu,
Mikael Prastowo, Direktur Yayasan Terangi dan Pandu Setio, SEID CSR Department.

Mereka menjelaskan mengenai pentingnya pelestarian biota laut dan menjaga keseimbangan alam. Yayasan Terangi bersama penduduk setempat dan mitra perusahaan, bertugas melakukan observasi dan monitoring terhadap kelestarian biota laut di kepulauan seribu sejak tahun 1999. Transplantasi terumbu karang dimulai pada tahun 2003 dan diadakan pemantauan perkembangannya setiap 2 tahun sekali.

Selesai workshop, pukul 10.45 kami berangkat menuju pulau Panggang yang terletak tidak jauh dari Pulau Pramuka. Kami menyewa ojek perahu motor dari nelayan setempat untuk menuju pulau Panggang. Perjalanan kami tempuh hanya 15 menit. Saat berlabuh karena dermaga penuh, perahu tak dapat merapat ke dermaga, kamipun harus bergelayutan dari kapal yang satu ke kapal yang lain untuk bisa mencapai dermaga. Akhirnya kami semua dapat turun ke dermaga pulau Panggang dengan selamat.

Ternyata di pulau Panggang penduduknya sangat padat, mirip dengan perumahan di Jakarta. Perjalanan berlanjut menuju sebuah rumah tua, tempat penangkaran anak kuda laut. Disini kami membawa 100 anak kuda laut untuk dilepas ke habitat aslinya. Tempat pelepasan kuda laut tidak terlalu dalam airnya hanya sekitar setengah meter, namun karena laut sedang surut, maka kami dapat berjalan agak jauh ketengah sambil menikmati pemandangan bawah air, dimana pasir putih, tumbuhan laut, dan ikan-ikan berlalu lalang diantara kaki-kaki kami. Hmmm menakjubkan!
Usai melepas Kuda Laut, 30 menit kemudian kami kembali menyeberang dari Pulau Panggang ke Pulau Pramuka. Satu tugas mulia telah kami tunaikan, selanjutkan kami menikmati santap siang. Ikan tongkol, kakap merah, dan kerapu bakar menjadi pelengkap nikmatnya santap siang kami di pulau Pramuka. Kelar santap siang kami berebut alat snorkling karena pukul 13.00 WIB kami akan mulai melakukan transplantasi Terumbu Karang di gugusan soft coral yang terletak dibelakang pulau Panggang.

Namun sebelum berangkat, di balai dermaga kami masih harus mengikuti seremoni sambutan dan serah terima secara simbolis dengan 8 mitra dari Jakarta & 23 mitra lokal untuk menutup kegiatan Coral Day kali ini. Selain itu selama Coral Day, telah dilaksanakan rangkaian kegiatan bersih pantai, pendidikan lingkungan hidup, transplantasi terumbu karang yang dilakukan serentak di Kepulauan Seribu, Serangan-Bali, dan Bontang. SEID berpartisipasi pada penanaman 100 terumbu karang dan pelepasan 100 kuda laut di Gosong Pulau Panggang.

Pukul 14.00 WIB, masih menggunakan ojek perahu yang sama kami menuju gugusan soft coral untuk melakukan transplantasi terumbu karang. Gelombang laut menjelang sore cukup tinggi sehingga beberapa kali perahu yang kami tumpangi terseret arus dan gagal membuah sauh. Dengan bantuan penyelam handal, jangkar berhasil ditautkan pada karang dan kamipun mulai turun menyelam dan melihat indahnya terumbu karang dilautan yang jernih. Karang-karang yang kami tanam juga diberi label nama kami lengkap dengan medianya. Dengan harapan kapanpun kita kembali untuk melihat perkembangan terumbu karang yang kita tanam, kita bisa mencarinya dengan mudah.

Beberapa teman sempat luka tergores tajamnya karang, mungkin karena belum terbiasa dengan penggunaan peralatan snorkling ditengah derasnya gelombang. Namun goresan-goresan luka tersebut hilang tak terasa, oleh keindahan alam bawah air yang kami nikmati sepanjang siang hingga menjelang sore. Kami tiba kembali di dermaga 16 Jakarta pukul 7.30 malam.
Sumber : rileks.com 

Ada apa sih antara SMA Al-Izhar, Pondok Labu, Jakarta dengan terumbu karang? Tanggal 22 Mei 2011 lalu, siswa kelas XII SMA Al-Izhar yang tergabung dalam tim Ocean Care, mengadakan restorasi terumbu karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Restorasi ini dilakukan sebagai tindak lanjut makalah tim Ocean Care yang berhasil masuk tiga besar dalam kompetisi School of Voluenteer yang bertemakan “Perbaikan Lingkungan Hidup”.

Makanya, sebagai bentuk kepedulian mereka, siswa-siswi Al-Izhar ini melakukan restorasi terumbu karang di Pulau Pramuka yang sudah mulai rusak. Mulai dari pembibitan, pelabelan, sampai turun ke dasar laut untuk menaruh bibit terumbu karang. Kegiatan ini juga bekerja sama dengan Indonesia Future Leaders. Tim inti yang mengorganisir kegiatan ini sepenuhnya dari siswi Al-Izhar yaitu Gita Andriani, Fika Ramandha, Rinda Ramardhiani, Geska Dwi Putri, Clarisa Wirija, dan Adinda Widiyantidewi. Keren, ya? Boleh lho, kalau mau dicoba untuk bikin proyek serupa di sekolah kita.
 Sumber : gadis.co.id
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu perwakilan kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km sebelah Utara Jakarta. Kawasan wisata bahari tersebut kini sedang dibayangi pencemaran pulau dan sepinya pengunjung akibat bencana alam yang menimpa Indonesia akhir-akhir ini.

Wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan memiliki daerah wisata berupa taman laut yang kaya dengan keanekaragaman biota laut. Beberapa taman laut itu adalah Kepulauan Seribu, Taman Laut Bunaken, Karimunjawa, Taman Laut Wakatobi, Takabonerate, dan Cenderawasih. Wisata taman laut itu menjadi salah satu tempat favorit diving.


Namun akibat gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 lalu, prospek wisata taman laut di tanah air belum memberikan kabar gembira bagi para pelaku bisnis pariwisata, khususnya pemilik cottage atau resort. Karena kekhawatiran masih membayangi sejumlah turis baik lokal maupun mancanegara untuk berpergian ke sejumlah lokasi yang dekat dengan laut.

Sebut saja, Pulau Seribu yang terletak 45 km sebelah utara Jakarta ini mempunyai nilai konservasi yang tinggi karena keanekaragaman jenis dan ekosistemnya yang unik dan khas. Kepulaun Seribu mempunyai luas wilayah 1.180,80 ha (11,80 km2) dengan jumlah penduduk 15.600 jiwa, terdiri 105 pulau yang tersebar dalam 4 kelurahan.

Kondisi sumber daya alam di Pulau Seribu menyimpan potensi, terutama di sektor perikanan dan sektor pariwisata. Kegiatan wisata bahari telah dikembangkan di Kepulauan Seribu, seperti pemancingan, rekreasi laut dan pulau, sepeda air, diving (penyelaman), selancar angin dan snorkelling.

Di kawasan perairan Teluk Jakarta, akomodasi pariwisata berupa hotel dan cottage dapat mudah ditemui di pulau-pulau yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata bahari, seperti Pulau Alam Kotok, Anyer, Bidadari, Bira Besar, Pantara, Matahari, Putri dan Sepa.

Kemudahan akses dari Jakarta melalui Pantai Marina Ancol ke Kepulauan Seribu, membuat industri wisata bahari di kepulauan tersebut meningkat cukup pesat. Dengan jarak waktu tempuh dari setengah hingga tiga jam menggunakan speed boat, kita dapat menikmati indahnya pemandangan laut di Teluk Jakarta ini.

Namun dalam tiga bulan terakhir ini sejak bencana tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), wisata bahari di Kepulauan Seribu juga terimbas dengan bencana dahsyat tersebut. Penurunan jumlah pengunjung yang cukup signifikan diakui oleh salah seorang pemandu wisata di sebuah resort di Kepulauan Seribu.

Sepinya pengunjung dirasakan terutama di hari-hari biasa, sedangkan menjelang liburan weekend, tingkat kunjungan turis ke Kepulauan Seribu secara perlahan-lahan mulai meningkat. Baru-baru ini, saat melakukan perjalanan ke sebuah Pulau Seribu yang lokasinya paling jauh dari Jakarta, terlihat lebih banyak turis mancanegara yang menghabiskan liburan akhir pekannya di salah satu resort di ujung Teluk Jakarta ini.

Misalnya Mrs Joo Hjun Heo, warga Korea Selatan yang bekerja di wilayah industri Cikarang ini mengaku berliburan bersama isteri dan dua anak mereka. Saat ditanya mengapa memilih menghabiskan weekend-nya di Pulau Seribu, Joo dengan singkat mengatakan keindahan yang ditawarkan dari pulau tersebut. Jernihnya air laut dan ikan-ikan yang berkeliaran di permukaan air menjadi daya tarik sendiri yang dapat ditemui di Pulau Seribu.

Belum lagi sejumlah aktifitas wisata bahari seperti diving, jet ski, canoeing, snorkelling dan pemancingan yang bisa ditawarkan pengelola resort Kepulauan Seribu. “Tapi dari semua itu, yang membuat kami datang ke Kepulauan Seribu adalah anak-anak kami bisa menikmati liburannya, terutama memiliki kesempatan memberikan makan ikan-ikan yang berkeliaran di permukaan air laut,” ujar Joo.

Fasilitas, aktifitas maupun keindahan laut yang tersedia memang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi turis untuk mengunjungi Pulau Seribu. Namun dari semuanya itu, keramah-tamahan dari pengelola resort selaku tuan rumah juga menjadi dasar pertimbangan turis untuk mengunjungi lokasi wisata. Seperti turis asal Taiwan ini, Lie Hwa.

Datang bersama dengan dua temannya asal Indonesia yang menuntut ilmu di negaranya, Lie Hwa mengaku kunjungan kali ini merupakan kedua kalinya. “Saya sangat senang dengan pelayanan dan keramah-tamahan staf resort ini. Yang pasti tidak kalah dengan pelayanan di resort-resort yang ada di Bali. Saya suka itu,” ungkap Lie Hwa dalam bahasa Inggris yang terbata-bata.

Untuk saat ini, wisata bahari di Kepulauan Seribu lebih banyak dinikmati oleh turis mancanegara, khususnya Asia. Kurangnya promosi mungkin bisa dikatakan alasan yang paling tepat mengapa turis lokal jarang menghabiskan liburannya di Kepulauan Seribu. Selain itu, pencemaran di sejumlah pulau-pulau yang dekat dengan Jakarta, membuat keindahan taman laut semakin rusak dan tidak terjaga lagi.

Terumbu-terumbu karang yang indah diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk dijual dengan harga tinggi di kota-kota besar menjadi faktor utama rusaknya keindahan laut di Teluk Jakarta ini. Coba perhatikan di sejumlah pusat perbelanjaan di ibukota belakangan ini, anda akan dengan mudah menemui sejumlah counter yang menjual aquarium yang dihiasi dengan terumbu karang dan ikan-ikan laut. Pembangunan resort dan ramainya turis yang mengunjungi resort tersebut juga menjadi alasan lain rusaknya terumbu-terumbu karang. Apapun alasannya dan tanpa menyalahkan siapapun, kita semuanya mestinya menjaga dan memelihara kekayaan laut. Kepedulian akan lingkungan dan kelangsungan hidup biota laut, serta unsur saling memiliki sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian alam semesta ini
 
Sumber : blog.hafidz.web.id 
 
 

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu