Pulau Panggang terletak di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kelurahan Pulau Panggang dengan luas pulau 9 hektar. Akses transportasi laut untuk menuju pulau ini dapat melalui dermaga Muara Angke melalui perahu/kapal ojek.

Berdasarkan jumlah penduduk, pulau Panggang merupakan pulau pemukiman terpadat di Kepulauan Seribu. Jumlahnya mencapai 2.289 jiwa, dimana terdapat rata-rata 400 jiwa/hektar. Kondisi ini sebenarnya sudah tidak sebanding dengan luas wilayahnya. Penyebabnya antara lain kuatnya ikatan kekerabatan dan adanya anggapan perbedaan karakter ekonomi-budaya dengan warga di pulau pemukiman lainnya sehingga mendorong masyarakat Pulau Panggang sulit di relokasi ke pulau pemukiman lainnya.

Walaupun sebagaian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan, namun ada pula yang mencoba peruntungan di bidang lain, seperti di bidang pertukangan, peternakan, pendidikan, perdagangan dan lain-lain.

Dampak yang timbul akibat kepadatan penduduk dan persebaran penduduk yang tidak merata adalah terjadi degradasi kualitas lingkungan relatif besar seperti pencemaran perairan laut, kerusakan habitat terumbu karang, abrasi dan reklamasi sporadis.

Sebagai upaya dalam mengatasi masalah kepadatan penduduk ini, berdasarkan kajian yang ada, pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berupaya mencari solusi yaitu seperti perencanaan pembangunan rumah panggung yang dilakukan, dimana program ini memanfaatkan Reeflat atau gosong yang ada untuk dijadikan lahan baru untuk pemukiman dengan pengembangan rumah panggung. Sebagai gambaran, apabila musim angin barat/timur terjadi pasang surut air laut, areal reeflat di pulau ini menjadi hamparan daratan yang luasnya mencapai ± 60 Ha.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pengembangan rumah panggung menjadi salah satu altematif yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten saat ini, meskipun dalam pelaksanaan sangat diperlukan pendekatan persuasif kepada masyarakat akan pentingnya sanitasi bagi keturunan selanjutnya. Di masa mendatang Pemerintah diharapkan mampu mengembangkan solusi alternatif yang lebih baik dalam rangka mengatasi permasalahan kepadatan penduduk di Pulau Panggang.

Meskipun demikian, Pulau Panggang memiliki bangunan bersejarah yang sampai saat ini masih digunakan sebagai Kantor Lurah Pulau Panggang, bangunan bersejarah ini harus tetap dilestarikan. Di lain hal pada setiap tahunnya, event Festival Pulau Panggang sudah menjadi kalender tahunan yang sangat atraktif dan perlu dilestarikan dan dikembangkan dalam rangka tatap menjaga budaya asli.

Ilustrasi-Berangkat Melaut /admin (KOMPAS)KINI, nelayan di Kecamatan Utara dan Kecamatan Selatan, Kepulauan Seribu, tidak lagi menggunakan racun potassium dan bom ikan untuk mencari ikan di laut. Mereka sudah sadar tentang bagaimana mendapatkan ikan dengan cara tetap ramah pada lingkungan.

“Sekarang ini kami sudah sadar setelah banyak menerima binaan dari dinas perikanan dan LSM,” kata Pak Halimun, nelayan yang tinggal di RT 3/2, Kelurahan Pulau Panggang.

Ketika ketemu Pak Halimun, dia banyak bercerita kepada saya. Pemahaman nelayan tentang bahaya racun potassium dan bom ikan dewasa ini sudah lebih maju dibandingkan sebelum 1997. Mereka tahu kalau sering-sering memakai racun di laut, akibatnya yang punah bukan hanya bibit ikan, melainkan juga terumbu karang dan khusunya merugikan para nelayan pancing.

Kerugian yang diakibatkan oleh penggunaan racun, bukan hanya sesaat saja. Tapi akan berlangsung sangat lama, mengingat bibit-bibit ikan pun ikut habis. Itu sebabnya, mereka telah berkomitmen untuk ikut melestarikan alam.

Nah, alternatif yang ditempuh nelayan agar proses pencarian ikan bisa ramah lingkungan dan mereka bisa tetap bisa memenuhi penghidupan, yakni menggunakan alat-alat berupa jaring atau jala, pancing, dan tumbak.

Sejak nelayan memakai peralatan yang ramah terhadap lingkungan, mereka tidak lagi kehabisan ikan untuk memenuhi permintaan pembeli di Jakarta.

Kecamatan Utara dan Kecamatan Selatan terdiri dari enam kelurahan. Yakni, Kelurahan Untung Jawa, Kelurahan Pari, dan Kelurahan Kidung (Kecamatan Selatan). Serta Kelurahan Panggang, Kelurahan Kelapa, dan Kelurahan Harapan (Kecamatan Utara). Kota kabupaten dari dua kecamatan ini terletak di Pulau Pramuka.

Penduduk di sana, rata-rata bermata pencaharian sebagai pemancing ikan, penjaring gurame, keramba, budidaya ikan hias, dan karang hias.

Belum lama ini, Liliek Litasari Kepala Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Kepulauan Seribu mengatakan indikasi dari berkurangnya pemakaian potasium dan bom ikan adalah dengan munculnya beberapa jenis ikan yang sebelumnya nyaris punah.

Dijelaskannya, dari sepuluh jenis ikan yang nyaris punah, setahun belakangan sudah ada beberapa jenis yang muncul seperti, Ikan Office, Sonang Rambut, Keletuk Peliding, dan Gepe Monyong.

Nasib Nelayan Pulau Seribu, Kini

Berbagai persoalan kini tengah membelit sebagian besar warga Kepulauan Seribu. Terutama yang menetap di Kecamatan Selatan dan Kecamatan Utara yang terdiri dari enam kelurahan. Masalah yang dihadapi, di antaranya ialah tidak lancarnya usaha mereka dalam memenuhi penghidupan yang layak.

Mereka harus mati-matian untuk mengadakan fasilitas agar mata pencaharian seperti memancing ikan, menjaring gurame, keramba, budidaya ikan hias, dan karang hias tetap berjalan. Terkadang karena tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana, mereka terpaksa harus berhenti bekerja untuk sementara. Belum lagi kalau cuaca memburuk.

Seperti yang dialami Pak Halimun itu. Nelayan pancing betul-betul menghadapi masalah besar. Yaitu kesulitan membeli harga bahan bakar solar yang kini mencapai Rp 7 ribu per liter.

Akhirnya mereka harus mengakali masalah ini. Salah satu caranya dengan menghutang solar dulu kepada penjual bahan bakar. Nanti hutang ini akan dibayar setelah hasil dari mencari ikan di laut berhasil dijual.

Tapi, persoalan tidak berhenti sampai di situ. Mereka sering sulit membayar hutang karena ternyata hasil laut tidak sesuai dengan jumlah pengeluaran. Kalau sudah begitu, biasanya mereka akan mencicil hutang kepada penjual solar.

Selain masalah bahan bakar, nelayan jaring juga harus berhadapan dengan nelayan modern dari Jakarta yang sering datang di waktu malam hari. Peralatan nelayan dari Jakarta jauh lebih lengkap, misalnya lampu-lampu besar untuk menarik perhatian ikan di laut.

Sementara nelayan tradisional atau yang sering disebut nelayan mayang yang hanya memiliki fasilitas minim, terpaksa harus gigit jari. Dan penghasilan mereka menjadi berkurang banyak. Padahal sebelum banyak nelayan modern, pendapatan mereka masih terbilang lumayan.

Sebenarnya, masalah ini sudah agak teratasi setelah ada semacam aturan bersama bahwa nelayan modern dilarang masuk ke area nelayan tradisional.

Apabila nelayan Jakarta terlalu dekat dengan daratan pulau (maksimal lima mil), maka nelayan tradisional akan mengingatkan mereka. Hanya saja bukan berarti masalah nelayan tradisional selesai, mereka tetap sulit karena masalah fasilitas yang sangat kurang itu.

Menurut Halimun, sebenarnya nelayan tradisional pada 2008 dulu pernah mendapat subsidi dari pemerintah untuk pengadaan peralatan. Namun entah kenapa, pada 2009 bantuan itu dihentikan. Padahal, bagi nelayan tradisional subsidi berupa alat-alat melaut sangat dibutuhkan.

Kemudian budidaya ikan hias. Nelayan juga sering kesulitan memasarkan ikan dengan harga pas. Sebab, sebagian pembeli ikan di Jakarta seenaknya menentukan harga. Kalau sudah begini, biasanya mereka terjepit dan tidak punya pilihan, ikan harus dijual agar mereka tetap hidup, sedangkan harga ditentukan oleh bos ikan hias di Jakarta.

Itulah sebabnya warga di Kecamatan Selatan dan Kecamatan Utara meminta perhatian serius dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Mereka minta agar pemerintah juga mau bekerjasama, misalnya dalam hal pemasaran atau subsidi alat nelayan.

Nelayan agak kecewa dengan pemerintah karena mereka selama ini telah mengikut imbauan pemerintah, misalnya untuk budidaya menangkap ikan tidak boleh lagi menggunakan potassium. Semua harus dilakukan dengan ramah lingkungan.

Nah, semua itu sudah dilaksanakan nelayan. Kini, nelayan hanya minta agar pemerintah pun mendengar dan ikut terlibat secara konsisten dan serius terhadap masalah mereka.

 
Sumber : kompasiana.com 
 
 

Dalam rangka memeriahkan World Ocean Day yang jatuh setiap tanggal 8 Juni 2008, Komunitas Planet Indonesia sebagai inisiator dan Balai Taman Nasional Laut Kep. Seribu sebagai pembimbing dan penanggung jawab kegiatan mengadakan Trip Konservasi Edukasi Bahari di Taman Laut Kepulauan Seribu di Pulau Pramuka, Jakarta.

Kegiatan yang bertemakan pendidikan wisata bahari ini dimaksudkan sebagai media pengenalan kehidupan bahari yang dilaksanakan pada obyek wisata bahari yang beragam dan berkualitas tinggi baik ditinjau dari aspek keilmuan, ketradisionalan dan juga sebagai alternatif lain untuk rekreasi keluarga sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar kita, dimana informasi bahwa Jakarta sebagai satu-satunya ibukota di dunia yang memiliki Taman Laut Nasional, menyimpan segudang potensial dan sumber daya alam yang patut dijaga dan dilestarikan sehingga layak untuk diperkenalkan kepada masyarakat awam.

Bahwa pengenalan kegiatan ini nantinya diharapkan dapat menjadi bagian dari pembentukan kesadaran atas kepedulian dan kecintaan kita untuk turut menjaga dan melestarikan kehidupan bahari.

Sebanyak 50 orang peserta yang terdiri dari 18 org penyelam dan 33 non penyelam, turut aktif mengikuti setiap sesi kegiatan dengan tertib dan teratur.

Hari Pertama kegiatan diisi dengan Pengenalan Pelestarian Penyu Sisik dan penjelasan singkat mengenai manggrove dan lamun, sementara para penyelam mendapat penjelasan singkat mengenai pengenalan kegiatan Reef Check. Dalam kegiatan pengenalan reef check ini, hanya 1 rekan penyelam, Sdr. Bonar Sitohang, yang telah mengikuti kegiatan Reef Check di Wakatobi tahun lalu, sementara yang lainnya belum pernah mengikuti kegiatan ini. Dalam RC ini, penyelam dibagi menjadi 3 group, yakni, Group Ikan, Group Karang, Group Inverbrata. Karena ini adalah kali yang pertama bagi kami, maka data-data yang diambil ternyata belum layak untuk diserahkan kepada Reef Check Indonesia (RCI), satu lembaga yang memantau dan memeriksa karang2 yang ada di perairan Indonesia yang berkantor pusat di Pulau Dewata. Selagi para penyelam melakukan pengenalan kegiatan Reef Check ini, non penyelam melakukan wisata snorkling di Pulau Air.

Malam hari, saat makan malam bersama, kami menyaksikan film-film dokumentasi mengenai kehidupan bahari dan Reef Check yang diputar dalam layar lebar.

Hari Kedua, setelah sarapan, acara dimulai dengan pelepasan tukik (baby turtle) dan transplantasi karang kemudian dilanjutkan dengan Reef Check di Utara Pulau Semak Daun bagi para penyelam dan snorkeling bagi non divers.

Kenapa Pulau Semak Daun? Yes, tujuan RC kali ini di Pulau Semak Daun adalah karena pulau ini pernah diklaim sebagai pulau paling bagus dan sehat dalam gugusan Kepulauan Seribu. Kami pun ingin membuktikan dengan melakukan Reef Check ini. Ternyata setelah selesai pendataan, benar adanya, Pulau Semak Daun ini masih layak disebut sebagai pulau yang masih sehat dan indah. Karang-karang beraneka ragam dan sehat mulai soft coral dan hard coral, sementara ikan-ikan juga lumayan beragam dan bervariasi walaupun masih kecil-kecil. Seorang rekan penyelam yang baru saja berpetualangan di Ambon dan Komodo, Ms. Erica, malah menemukan Pinnate Spadefish dari golongan Batfish yang baru ajah ditemuinya di Ambon. wuuahhh hebat kann.. ternyata penghuni laut di Pulau Semak Daun ini tidak kalah juga dengan Ambon ya. Data yang berhasil diambil hari ini oleh Mas Yohanes akan diserahkan ke RCI.

Setelah puas melaut, kami pun diajak mengunjungi budidaya ikan di tengah laut, kami pun bisa membeli berbagai ikan segar beku yang sudah dikemas dengan baik sehingga cocok sebagai oleh-oleh.

Usai sudah kegiatan penuh makna yang telah masuk dalam The Ocean Project (http://www.theoceanproject.org/wod/2008events.php#Indonesia) dan Majalah Femina No. 25, tanggal 19-25 Juni 2008 dan bagi para peserta dan pembimbing pelaksaan kegiatan mendapat Certificate Recognized dari Project Aware Asia Pasific dan Project Aware akan memuat kegiatan ini pada The Undersea Journal edisi berikut, diharapkan dengan adanya kegiatan ini, informasi mengenai kehidupan bahari yang utuh dan benar akan tersebar lebih luas dan mampu menggugah kesadaran kita akan menjaga dan melestarikan kekayaan maritin kita.
 Sumber : goblue.or.id


sukun-00

Sukun, Ragam Khasiat dalam Satu Pohon


Zaman sekarang orang biasa bergegas menemui dokter jika mempunyai keluhan penyakit. Tak jarang, setelah banyak uang melayang, penyakit yang diderita tak kunjung hilang. Karena itulah cara pengobatan alternatif pun kerap dilirik. Selain lebih murah, bahannya pun alami dan tersedia di sekitar kita. Salah satunya adalah sukun, herba ajaib yang ampuh sembuhkan aneka penyakit.
Oleh Yulia Permata Sari | Artikel ini diterbitkan pada edisi 04 Vol. 3 Tahun 2008

Gaya hidup tidak sehat yang dijalani masyarakat perkotaan saat ini membuat berbagai macam penyakit setia mengantri. Sempitnya waktu yang tersisa karena setumpuk aktivitas membuat orang kurang berhati-hati memilih makanan. Gerai fast food pun akhirnya menjadi langganan, entah karena doyan atau sekadar ikut-ikutan. Padahal, selain menyebabkan obesitas, fast food yang mengandung kadar gula, garam, dan lemak tinggi itu juga berisiko memicu penyakit jantung (penyebab kematian nomor satu di dunia yang menewaskan sekitar 17 juta orang per tahun) serta hipertensi (faktor risiko besar penyakit jantung). Siapa sangka, berbagai penyakit yang biasa disebut “penyakit makan enak” itu ternyata bisa diatasi dengan tanaman sukun, yang buahnya lekat dengan cap “makanan kelas bawah”.
Kebanyakan orang mungkin telah mengenal sukun sebagai salah satu penganan yang sedap dinikmati bersama teh manis atau kopi di sore hari. Buah sukun biasanya diolah menjadi cemilan dengan cara digoreng, direbus, dikukus, atau dibakar. Tapi barangkali hanya segelintir orang yang tahu bahwa tanaman sukun, mulai dari buah, daun, bunga, kulit batang hingga getahnya, memiliki segudang manfaat, termasuk untuk mengobati berbagai macam penyakit.
“Pohon sukun biasanya tumbuh di daerah tropika lembab bertemperatur 20-40º C dengan curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun dan kelembaban udara 70-90%”
Sukun sesungguhnya merupakan jenis yang terseleksi sehingga tidak memiliki biji. Sementara kerabatnya yang berbiji dan dianggap setengah liar lebih dikenal sebagai “timbul” atau “kelur”. Bahasa Jawanya: keluwih. Anda sendiri mungkin pernah menyantap timbul yang telah diolah menjadi sayur lodeh, sayur asam, atau ditumis dengan cabai. Timbul yang dipetik biasanya yang masih muda, sedangkan biji timbul yang tua sering direbus, digoreng, atau disangrai untuk dijadikan makanan ringan.
Baik sukun maupun timbul memiliki nama ilmiah yang sama yaitu Artocarpus Altilis (bersinonim dengan Artocarpus Communis dan Artocarpus Camansi) dan termasuk dalam famili Moraceae. Orang Eropa menyebut sukun sebagai “buah roti” (broodvrucht dalam bahasa Belanda atau breadfruit dalam bahasa Inggris), sebab pada buah sukun terdapat bagian empuk yang mirip roti setelah dimasak.
Secara fisik, buah sukun berbentuk bulat agak lonjong dengan warna kulit buah hijau muda hingga kuning kecoklatan. Ketebalan kulitnya berkisar antara 1-2 mm. Permukaan kulit buah sukun kasar ketika muda dan menjadi halus ketika tua. Tekstur buah saat mentah keras dan menjadi lunak setelah matang. Daging buah bewarna putih, putih kekuningan, atau kuning tergantung jenisnya. Rasa buah agak manis saat mentah dan menjadi manis setelah matang dengan aroma yang spesifik. Berat buah bisa mencapai 4 kg dengan panjang tangkai buah (pedicel) berkisar antara 2,5-12,5 cm tergantung varietas.

 
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu perwakilan kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km sebelah Utara Jakarta.
Terdapat 78 pulau besar-kecil dengan ketinggian tidak lebih dari tiga meter dpl., dan semuanya merupakan gugusan pulau karang.
Pada ratusan tahun yang lalu, pulau-pulau karang itu terbentuk di atas koloni binatang karang yang sudah mati. Koloni ini pada awalnya tumbuh pada dasar laut yang dangkal, dan lapisan atasnya muncul ke permukaan laut serta mengalami pelapukan. Kemudian di atas daratan karang itu, tumbuh jenis pioner berupa semak, beberapa jenis pohon dan terjadilah daratan. Daratan yang ada di pulau-pulau tersebut tidak sama dengan daratan yang terdiri dari tanah. Demikian juga dengan kekayaan tumbuhan dan satwanya.
Umumnya, tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu didominasi oleh tumbuhan pantai, seperti nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibicus tiliaceus), pandan (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), cangkudu (Morinda citrifolia), butun (Barringtonia asiatica), bogem (Bruguiera sp.), sukun (Artocarpus altilis), ketapang (Terminalia cattapa), dan kecundang (Cerbena adollam).
Kekayaan kehidupan laut taman nasional ini terdiri dari karang keras/lunak sebanyak 54 jenis, 144 jenis ikan, 2 jenis kima, 3 kelompok ganggang seperti Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta, 6 jenis rumput laut seperti Halodule sp., Halophila sp., dan Enhalus sp., serta 17 jenis burung pantai.
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan tempat peneluran penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu sisik dan penyu hijau yang merupakan satwa langka dan jarang ditemukan di perairan lain terutama pantai Utara Pulau Jawa, ditangkarkan di Pulau Semak Daun.
Penangkaran tersebut dimaksudkan untuk memulihkan populasi penyu yang nyaris punah. Kegiatan penangkaran meliputi penetasan telur semi alami dan perawatan anak penyu sampai siap untuk dilepas ke alam.
Sebagian besar pantai-pantai di taman nasional ini dilindungi oleh hutan bakau, dimana hidup biawak, ular cincin emas dan piton.
Dibalik fenomena dan rahasia alam, sebenarnya gugusan Kepulauan Seribu menyimpan keindahan alam yang sangat menawan. Simponi pulau-pulau mungil yang hijau, deburan ombak, sinar matahari yang bewarna keemasan pada waktu senja; tentunya akan menentramkan hati pengunjung yang berada di Taman Nasional Kepulauan Seribu.
 
Pulau Kotok

Beberapa pulau/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun, Pulau Kelapa dan Pulau Panggang: Melihat penangkaran penyu, pengamatan satwa dan wisata bahari.
Pulau Pramuka, Pulau Opak, Pulau Karang Congkak. Wreck diving kapal-kapal yang karam.
Pulau Panjang, Pulau Putri, Pulau Pelangi dan Pulau Perak: Wisata bahari yang dikelola oleh swasta.
Pulau Semut, Pulau Karang Congkak, Pulau Karang Kroja, Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil dan Pulau Gosong Laga: Untuk kegiatan menyelam dan snorkeling.
Bulan November sampai dengan Februari setiap tahunnya sering terjadi ombak yang besar (berbahaya), dan cuaca tidak begitu bagus biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan Agustus.
Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Mei setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Dari Marina Jaya Ancol setiap hari ada kapal khusus melayani pengunjung yang ingin melihat obyek-obyek wisata bahari, dengan waktu tempuh antara 1-2 jam. Atau dari Muara Angke ke Pulau Pramuka menggunakan kapal fery sekitar 2,5 jam.
  Kantor: Jl. Salemba Raya 9, Jakarta Pusat 10440
Telp. (021) 3915773; Fax. (021) 3103574
E-mail: tnlks@indo.net.id
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No.162/Kpts-II/95
dengan luas 108.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 6310/Kpts-II/2002
dengan luas 107.489 hektar
Letak Provinsi DKI Jakarta
Temperatur udara 21° - 34° C
Curah hujan Rata-rata 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 2 meter dpl
Musim Barat November - Februari
Musim Timur Mei - Agustus
Letak geografis 5°23’ - 5°40’ LS, 106°25’ - 106°37’ BT
Pulau seribu mungkin salah satu aset Indonesia yang harus dilestarikan. Sebagai sebuah negara kepulauan, kita harusnya bangga memiliki garus pantai terpanjang di dunia, atau memiliki stok pantai yang sangat indah yang tak akan pernah habis indahnya dipandang mata. 

Karena itu, aku dan teman-teman sekelasku memutuskan untuk pergi ke sana: Kepulauan Seribu. Berbekal semangat dan sedikit bumbu nekat, berangkatlah kami sore itu, Sabtu, 21 November 2009, selepas maghrib, menuju teluk naga. Karena keterbatasan dana, kami pun menyewa sebuah truk milik TNI AD, padahal waktu itu sempat tidak diizinkan untuk dipinjam, tapi kami memakai alasan bahwa truk akan digunakan untuk mengangkut hewan kurban (saat itu menjelang hari raya Haji). Disamakan dengan hewan kurban tidak apalah, asal kita bisa sampai dengan selamat. 



truk angkutan
truk angkutan
Di dalam truk ini, kami terkantuk-kantuk, merasa sangat lelah dan bosan, ingin segera sampai di tempat tujuan. Apalagi saat itu aku belum mandi, hehehe. Rencananya kita mau mandi di sana aja. Setelah sekitar 2 jam, kami akhirnya sampai di teluk naga di Tangerang. Teluk naga ini semacam transit yang umum digunakan bagi para pelancong atau penduduk setempat dari dan ke kepulauan seribu. 

Kami sempat menunggu beberapa saat setelah akhirnya dijemput sebuah kapal tradisional berkapasitas kurang lebih 150 orang. Dari teluk naga ini kita udah bisa melihat gemerlap lampu Pulau Untung Jawa--pulau terdekat dari pulau jawa. Wah, semakin tidak sabar kaki ini menginjakkan jejaknya di sana. Tapi sayang, kerinduan itu harus diberi cobaan dengan ombak yang menderu sepanjang perjalanan yang 30 menit itu. Apalagi kami masih sangat awam dengan alat transportasi air yang satu ini. Alhasil, doa adalah satu-satunya hal yang bisa kami lakukan sepanjang perjalanan laut--selain taking picture of course.. hahaha.

di atas kapal menuju untung jawa
di atas kapal menuju untung jawa

Akhirnya sampailah kita di pulau Untung Jawa!!!



sampai di pulau untung jawa
sampai di pulau untung jawa

Badan sangat berminyak meminta untuk mandi. Untungnya kami langsung disambut oleh "ibu kost" kami : pemilik homestay di sana. Setelah diantarkan ke homestay, kami dipersilakan untuk bersih-bersih dulu sebelum makan malam. Lumayan, dua homestay dengan masing-masing satu kamar tidur ber-AC, satu kamar mandi kecil, satu ruang tamu plus televisi, semua seharga Rp 500.000 untuk 1 malam (24 jam).


Sholat dan mandi sudah selesai kita laksanakan, untuk itu kita berjalan menuju rumah makan "ibu kost" kami. Untuk yang belum tahu, air tawar di dekat pantai otomatis berasa asin, jadi agak menghambat kemauan untuk wudhu dan sikat gigi. Kemudian kami mengakalinya dengan membeli sebotol air mineral yang paling besar, dan kemudian menggunakannya untuk urusan muka dan mulut (cuci muka juga pake air mineral, soalnya kulitnya akan terasa kering banget).


Setelah beberapa pose norak dan gila kami, kami pun menikmati makan malam yang lumayan lezat itu. Paling engga perut ini ngga lagi keroncongan meminta jatah. Dan malam pun berlanjut dengan jagung bakar yang lezat, ditemani angin pantai yang bener-bener kencang dan dingin (jangan lupa bawa jaket) dan permainan Truth or Dare.



Kuno ya? Tapi itulah tujuan kami, di penghujung tahun ini kami ingin lebih mengenal siapa diri kami, siapa teman-teman kami, dan segala hal tentang persahabatan. Romantis sekali lah pokoknya. Dan malam itu pun berakhir dengan kartu poker dan siaran sepak bola sampai larut malam.


Pagi harinya, kami bersemangat untuk mengejar keindahan sunrise di pulau Untung Jawa ini. Maka, walaupun mata masih ngantuk, tapi setelah melihat sunrise itu, rasa-rasanya kantuk ini menjadi hilaaaang gitu aja. Sayangnya pagi itu agak mendung, jadi suasana ngga bener-bener fresh. Apalagi dari ujung pulau, masih terlihat gedung-gedung bertingkat yang ada di Jakarta, jadi makin mengurangi kesegaran pagi. But it’s okay.. karena masih ada Pulau rambut yang menunggu. 




Pulau Rambut adalah pulau yang tidak berpenghuni. Pulau Rambut memang dikhususkan sebagai pulau kawasan berbagai burung langka Indonesia. Maka hati-hati, kamu bias-bisa terkena “bom kotoran: dari burung-burung yang melintas di kepalamu. Untuk sampai di pulau Rambut, hanya makan waktu sekitar 15 menit saja. Sebenarnya pantainya indah, ditambah dengan adanya habitat berbagai macam burung langka, biawak dan juga sebagai tempat tumbuhnya bakau. Sayangnya pulau ini penuh dengan sampah. Bener-bener penuh dan dimana-mana. Everywhere.




Setelah melewati jalan setapak yang di sepanjang jalan kamu bisa melihat berbagai burung, akhirnya sampai ke sebuah menara pandang setinggi 20m. Di sini kamu bisa lihat seuruh pulau dari atas, bahkan pulau Untung Jawa pun agak terlihat meskipun di kejauhan. Kami betah berlama-lama di sana, tentunya sambil bernarsis-narsis ria.

Pas di tengah hari kami pun mengakhiri petualangan kami di Pulau Rambut. Hati-hati dan selalu waspada ya kalau berada di sana, karena banyak ular juga ternyata. 



Dan dengan berakhirnya perjalanan kami di Pulau rambut, berakhir pula hari kami di Kepulauan seribu. Malam itu juga kami harus pulang. Dengan makan malam dan beres-beres homestay sebelumnya, kami meninggalkan Pulau Untung Jawa dengan berbagai kenangan, tawa dan duka, jadi satu dalam harunya Kepulauan Seribu.

p.s disarankan untuk meninggalkan pulau sebelum petang menjelang, karena ombak sangatlah besar, menghantam perahu, dan sepanjang perjalanan yang penuh ombang-ambing itu, kami hanya bisa berdoa, tanpa foto-foto. 


Selamat tinggal Kepulauan Seribu dan sejuta indahmu.




Sumber : sapidudunk


Elang Bondol
Benua asia dihuni sekitar 90 jenis raptor dan sekitar 71 (Sukmantoro, et al,2007) jenis raptor diurnal berada di indonesia dan sekitar 15 jenis merupakan jenis yang endemeiuk di Indonesia bahkan beberapa jenis adalah endemik pulau, seperti Elang Jawa(Spizaetus bartelsi). Semua jenis raptor diurnal dilindungi peraturan negara, misalnya oleh undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya serta PP 7 dan 8.
Tentang Elang Bondol
sub species;
Elang bondol terbagi menjadi 4 sub species yaitu: H.i.flavirostris. Pulau solomon H.i girenera, MOLUCCAS, NEW GUINEA, Bismarck Archipelago, and AUSTRALIA; H. i. indus: PAKISTAN, INDIA, and SRI LANKA through southeastern ASIA to southern CHINA; H. i. intermedius: Malay Peninsula, GREATER and LESSER SUNDAS, SULAWESI, PHILIPPINES, and SULA ISLANDS (http://www.globalraptors.org).
Elang bondol berukuran sekitar 45 cm. Elang bondol memiliki warna putih dengan coretan hitam vertical dari kepala, leher sampai perut dan coklat kepirangan pada bagian punggung sayap sampai ekor. Elang bondol memiliki kebiasaan terbang melayang-layang sambil mengintai mangsanya dan jika mangsanya sudah terlihat maka elang bondol akan langsung terbang menukik untuk mengangkap mangsanya. Individu remaja berwarna coklat dengan coreta kuning di seluruh tubuhnya. Mirip dengan Elang Paria (Milvus migrans). 
Juvenile/remaja
Penyebaran
Daerah yang biasa di kunjungi elang bondol adalah daerah rawa, sungai, muara dan kepuluan sampai dangan daerah yang ketinggianya sampai 2800mdpl( di atas permukaan laut). Di indonesia sendiri elang bondol tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali.
Berbiak
Cara berkembang biak elang bondol sama seperti halnya dengan burung-burung pemangsa lainya. Elang bondol akan membangun sarang pada pohon yang tinggi menggunakan ranting-ranting pohon yang disusun rapi. Elang bondol bertelur 2-3 butir telur tapi biasanya yang menetas dan berhasil hanya satu ekor yang akan terus di kawal sama induknya sampai bisa hidup mandiri.
Dewasa
Makanan
Elang bondol dalam mencari hal mencari makan bukan hanya buruan yang masih segar. Tapi juga akan menangkap mangsa yang sudah menjadi bangkai yang biasanya adalah ikan-ikan yang mati dan mengambang di permukaan air.Selain memakan ikan, elang bondol juga biasa memakan katak, mamalia kecil dan insecta.
Lunch
Keberadaan Elang Bondol di Kepulauan Seribu
Dari hasil survey yang dilakukan selama dua minggu hanya di temukan dua ekor elang bondol yang melintas dan itu di tempat yang berbeda(PPS Tegal Alur, 2004). Padahal jika kita datang ke tempat/habitat yang populasi elang yang masih bagus terutama untuk jenis elang bondol mereka dapat terlihat terbang berkelompok dalam jumlah banyak. Sedangkan yang ada di kepulauan seribu memang benar-benar sangat memprihatinkan. Elang bondol, burung yang menjadi maskotnya ibukota Negara keberadaannya di alam dalam ambang kepunahan. Kepakan sayapnya, lengkingan suara yang seperti merengek meminta seekor ikan untuk mengisi perut kini menunggu kata”kenangan” dan tarian indah di angkasa bak laying-layang hanya akan menjadi dongeng jika keberadan tidak ada yang peduli.
Ancaman Kepunahan
Program pemerintah dalam mensejahterakan kehidupan masyarakatnya memang kadang sering melupakan yang ada di sekelilingnya. Pembukaan pulau-pulau di kepulauan seribu untuk pemukiman otomatis akan ada penebangan-penebangan pohon yang ada di pulau. Pembukaan tempat-tempat wisata bahari juga memicu rusaknya habitat yang menjadi rumah elang bondol maupun elang yang lain. Selain rusaknya dan makin berkurangnya habitat untuk elang bondol adalah perburuan yang masih saja dilakukan. Walaupun itu bukan orang/masyarakat asli kepulauan seribu karena di kepulauan seribu yang mayoritas penghasilannya dari menjadi nelayan, setiap harinya juga banyak nelayan yang dari luar daerah. Perburuan untuk memenuhi kebutuhan pasar maupun hanya sekedar untuk dipelihara juga salah satu pemicu hilangnya keberadaan elang bondol di kepulauan seribu. Yang terakhir adalah lambanya elang bondol dalam masa berkembang biak. Elang bondol biasanya akan bertelur dua tahun sekali. Elang bondol bertelur 2-3 butir telur dan yang akan menetas biasanya satu ekor. Elang bondol akan mengasuh anaknya sampai bisa hidup mandiri. Setelah itu elang bondol akan kembali kesarang yang lama untuk kembali bertelur.
Haruskah mereka hilang tuk selamanya?
Burung-burung pemangsa adalah salah satu jenis yang perkembang biakanya lambat. Perburuan yang marak dan rusaknya habitat bagi elang bondol dan jenis elang lain adalah dari sekian banyak faktor penyebab kepunahan mereka. Peranturan pemerintah dan per undang-undangan yang sudah ada masih belum cukup untuk meredam tingginya eksploitasi terhadap burung-burung pemangsa seperti elang bondol. Kepulauan seribu termasuk daerah yang paling dekat dengan ibu kota Negara. Bahkan masih dalam wilayah DKI Jakarta. Tapi kenyataan di kalangan masyaraktnya nyaris tidak mengetahui akan hal itu. Sosialisasi yang kurang jadi satu penyebab ketidaktahuan di kalangan masyarakat. Padahal kunci utama dalam perlindungan kawasan beserta isinya adalah masuarakat sekitar yang memang tahu akan kondisi dan kebutuhan yang di perlukan.
Dewasa Tampak bawah pada saat terbang
Elang bondol yang menjadi maskot ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta keberadaanya di alam nyaris punah. Bahkan di kepulauan seribu sendiri yang masih di wilayah Jakarta. Haruskah mereka punah begitu saja? Tanpa kepedulian maka tak dapat di pungkiri elang bondol akan hilang dari habitatnya untuk selamanya. Satu jenis yang menjadi kebanggaan masyarakat DKI Jakarta harusnya akan tetap lestari dan hidup bebas di alam mengaringi angkasa dan birinya langit. Bukan di kandang yang sempit yang untuk bergerak mengepakan sayap saja susah.
Pemerintah, masyarakat dan lembaga-lembaga terkait adalah pihak yang di harapkan bisa menyelamatkan mereka dan habitatnya.

Sumber : 4raptor
Seorang peneliti sedang mengukur lebar tempurung penyu
Berkarir di dunia terumbu karang memang bukan pilihan utama buat kebanyakan mahasiswa yang baru lulus. Imej akan tempat kerja yang terpencil, kerjanya tiap hari berpanas-panasan, kesepian (nggak ada teman, mall, tempat hang out, apalagi dugem), gajinya kecil pula! Apa benar semua karir dan peluang di terumbu karang demikian adanya? Indonesia sebagai pusat keanekaragaman terumbu karang dunia merupakan salah satu keuntungan (potensi) besar yang semestinya bisa mendatangkan berkah, rejeki, pendapatan, dan peluang bagi masyarakat indonesia pula. Nah, kira-kira apa saja ya, jalur yang bisa ditempuh untuk mendapatkan pundi-pundi itu? Simak satu persatu yuk.

1. Dosen
Punya IPK tinggi, senang membagi ilmu, mendidik, dan memotivasi orang lain? Sering berfantasi selangit tentang riset dan inovasi masa depan? Menjadi dosen adalah jawabannya. Profesi ini cocok untuk para lulusan universitas yang punya prestasi akademik tinggi di bidang biologi laut, ilmu kelautan, kehutanan, dan perikanan. Senang membaca, menulis, dan presentasi adalah wajib hukumnya. Lalu ada satu lagi hal yang secara informal sangat mendukung untuk bisa berprofesi dosen, yaitu pandai-pandai dalam menyesuaikan diri dengan dosen seniornya.. J. Dijamin, kalo sudah memiliki kedekatan dengan dosen senior, ia pasti tidak sungkan-sungkan untuk membimbing juniornya. Menjadi dosen walaupun punya penghasilan ala kadarnya tapi bikin hati jadi tenang. Enaknya lagi, biasanya dosen punya “kursi khusus” untuk beasiswa sekolah lanjutan (S2, S3, atau Post Doc). Kalau mau lebih banyak pundi-pundinya dan jadi lebih ngetop, dosen bisa merangkap jadi peneliti untuk mendapatkan dana bantuan penelitian berupa grant/funding bagi proyek-proyeknya. Nah kalo sudah jadi peneliti top atau bahkan jadi guru besar, para perusahaan bahkan presiden pun tidak segan-segan untuk menjadikannya konsultan ahli dengan bayaran yang sangat lebih dari cukup.

2. Peneliti
Nggak jauh beda dengan dosen, seorang peneliti juga wajib baca, nulis, dan presentasi. Biasanya ia juga punya kursi/jalur khusus untuk beasiswa. Bedanya, peneliti bisa berdiri sendiri tanpa terikat lembaga apapun, atau sebagai staf peneliti di perusahaan/lembaga tertentu. Pola pikir “problem solver” secara sistematis dan selalu ingin tahu adalah karakter yang sebaiknya dimiliki oleh para peneliti. Pendidikan lanjutan (S2 dan seterusnya) juga diperlukan untuk lebih mendalami ilmu dan kajian yang diteliti serta menambah kepercayaan pemberi dana hibah. Terkadang, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti harus mengeluarkan kemampuan “ekstra” dibandingkan dosen, misalnya: menyelam (diving), fotografi, mendekati dan berinteraksi dengan masyarakat lokal (asli), bertahan di alam liar (survival), mengemudikan perahu, dsb.  Besar kecilnya pendapatan tergantung dari perusahaan/lembaga tempat bekerja, kreativitas dalam membuat proposal dan publikasi hasil penelitian, dan yang paling menggiurkan adalah royalti atas hak cipta/paten suatu temuan/karyanya yang kemudian banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan.

3. Staf LSM
Banyak LSM lokal, nasional, maupun internasional yang berlomba-lomba meneliti, memperbaiki, dan memberi  pendidikan tentang terumbu karang dan masyarakat pesisir di Indonesia. Sebagai suatu organisasi, banyak dibutuhkan tenaga dari berbagai latar belakang (lingkungan, akuntansi, pendidikan, hukum, geografi, manajemen, IT, dll) dengan syarat minimal (biasanya): berminat pada isu/bidang LSM tersebut, pengalaman organisasi, bisa bahasa inggris, dan sanggup kerja di lapangan. Ada lowongan untuk relawan, magang, tenaga kontrak, dan tenaga tetap dengan kriteria yang berbeda-beda. Besar kecilnya pendapatan tergantung cakupan wilayah kerja LSM tersebut (umumnya yang internasional lebih besar). Menjadi staf LSM dituntut untuk fleksibel, multitasking, dan target/program oriented. Enaknya sih, kalau sebagai staf di lapangan, kemungkinan jalan-jalan dan nyelam (gratis) keliling Indonesia dan/atau keluar negeri sangat terbuka lebar. Profesi yang satu ini cocok buat penggemar travelling.

4. PNS
Lowongan CPNS semakin bertambah saja tiap tahunnya dengan terbentuknya departemen-departemen yang beberapa program kerjanya makin berorientasi pada terumbu karang, misalnya: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP yang dulunya DKP), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Departemen Kehutanan (DepHut), Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Untuk yang mendambakan jaminan dan kepastian masa depan (tunjangan dan pensiun tentunya) profesi ini pas buat kamu. Kesempatan sekolah ke luar negeri berkat kerjasama G2G (antar pemerintah) juga menjadikan alasan CPNS sebagai salah satu profesi idaman. Namun, keharusan untuk bekerja dengan program yang dipatok sesuai APBN/APBD terkadang menjadi sesuatu yang membosankan bagi orang-orang yang kreatif dan menyukai tantangan. Belum lagi posisi yang ditawarkan mengharuskan pelamar memiliki ijazah/ilmu yang mutlak sebagaimana yang disyaratkan dalam lowongan CPNS. Misalnya, meskipun anda menyukai dan berpengalaman dalam bidang ekowisata dan terumbu karang, namun ijazah yang anda miliki adalah sarjana peternakan, maka jelas kamu langsung gugur dalam seleksi administratif tanpa mempertimbangkan keahlian, pengalaman, dan referensi yang kamu miliki.

Di tulisan berikutnya: Jadi staf HSE di perusahaan tambang, CSR, Penulis Ilmiah, atau Penulis Kreatif? Mana yang paling pas buat kamu?

Sumber : terumbukarang.net 


 

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu