Pemantauan detikcom, Senin (10/9/2012) kemarin, pulau yang terletak di gugusan Kepulauan Seribu itu sudah tak berwujud pulau. Hanya tiang besi berkarat setinggi sekitar 2 meter yang menandakan bahwa itu adalah sebuah pulau.
Bagi orang awam, tiang besi itu bisa jadi hanya sebatas tiang, tak bermakna apa-apa. Namun, bagi nakhoda kapal atau para pelaut, tiang itu menandakan bahwa kawasan itu dangkal, sehingga kapal tidak boleh mendekat. "Ini dulunya Pulau Ubi," kata nakhoda speed boat, Abdullah, kepada detikcom.
Pulau Ubi mendadak menjadi perbincangan, karena ternyata di pulau inilah tokoh Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) ditembak mati dan dikubur. Selama ini, berita tentang eksekusi mati dan pemakaman teman seperguruan Soekarno dibuat kedap. Misterius!
Tak ada satu pun keluarga yang mengetahui di mana Kartosoewirjo ditembak mati dan dimakamkan. Kabar yang diterima keluarga dari pemerintah, hanyalah bahwa salah satu murid HOS Tjokroaminoto itu ditembak mati di sebuah pulau di Kepulauan Seribu. Pelajaran-pelajaran sejarah juga tidak pernah mengungkap hal ini.
Pulau Ubi menjadi bukti sebagai tempat eksekusi mati Kartosoewirjo dari foto-foto otentik yang didapatkan kolektor benda-benda bersejarah Fadli Zon. Dari foto-foto itu terlihat jelas bagaimana proses eksekusi terhadap Kartosoewirjo pada tahun 1962 di Pulau Ubi.
Dari foto-foto itu terlihat Pulau Ubi merupakan pulau yang tidak terlalu besar. Lebih kecil dibanding pulau-pulau di dekatnya, seperti Pulau Bidadari atau Pulau Untung Jawa. Pulau ini berpasir putih dengan dipenuhi pohon-pohon. Ada satu pohon yang cukup tinggi dan besar saat Kartosoewirjo dieksekusi. Di bawah pohon besar inilah, Kartosoewirjo dimakamkan.
Sejumlah penduduk di Kepulauan Seribu yang pernah tinggal di Pulau Ubi membenarkan foto-foto eksekusi Kartosoewirjo itu di Pulau Ubi. "Ya ini memang Pulau Ubi. Saya dulu tinggal di sana sampai beberapa tahun setelah Indonesia merdeka," kata Haji Yahya yang kini sudah berusia sangat lanjut.
Dia pun mengenali pohon tinggi di pulau itu. "Di pulau ini hanya satu pohon yang tinggi. Ya hanya ini. Ini adalah pohon kresek," kata Yahya, yang mengaku tidak mengetahui bahwa Kartosoewirjo dimakamkan di bawah pohon itu.
Rukmini, perempuan asal Priok, juga mengaku pernah tinggal di Pulau Ubi. "Karena saya dikawinin sama suami saya yang orang pulau, setelah kawin saya dibawa suami tinggal di Pulau Ubi," ujar yang meninggalkan Pulau Ubi sekitar tahun 1953.
Rukmini juga gampang mengenal pohon besar dan tinggi yang menjadi ciri khas pulau itu, meski dia menyebut nama pohon yang berbeda. "Itu pohon kepuh. Setahu saya itu kepuh," ujar dia.
Baik Yahya maupun Rukmini menyatakan pulau itu tenggelam pada tahun 1980-an. "Tanahnya kan dikeruk untuk pembangunan bandara Cengkareng," kata Rukmini.
Sumber : detik.com