Sebenarnya kalau diartikan dengan benar-benar menyepi sih
bukan, hanya saja liburan saya dan teman-teman kali ini bertepatan
dengan Hari Raya Nyepi, long weekend pula. Melalui jasa travel
yang saya temukan dari hasil googling, kami berdelapan orang berangkat
dari Muara Angke ke Pulau Pari berbekal doa dan harapan agar cuaca
cerah.
Berbeda dengan kapal ke Pulau Tidung, kapal yang bertolak
dari Muara Angke ke Pulau Pari cenderung lebih sedikit penumpang. Kapal
Pesona Alam yang saya tumpangi memiliki dua tujuan, yang pertama
mengantar ke Pulau Pari dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau
Pramuka.
Perjalanan yang ditempuh ke Pulau Pari memakan waktu hampir dua jam. Saya
bisa katakan perjalanan di kapal kali ini sama sekali tidak menyiksa
dibandingkan dengan ke Pulau Tidung yang butuh waktu tiga jam dengan
kondisi kapal super padat penumpang. Ketika tiba di dermaga pun, tidak perlu berdesakan karena memang hanya satu kapal yang mengangkut penumpang ke Pulau Pari.
Pulau Pari adalah salah satu pulau di Kepulauan Seribu
yang dihuni oleh penduduk, memiliki luas sekitar 90 hektar. Secara
administratif, Pulau Pari masuk kedalam kelurahan Pulau Tidung.
Penginapan saya berada di Jalan Utama Pari Raya, sebelah Gang Gardu.
Nama penginapannya HomeStay 3D, dikelola oleh Bang Saiful atau yang
lebih dikenal oleh wisatawan dengan nama Bang Lhanext.
Secara fisik bangunan rumah, saya mendapati keragaman di
pulau ini. Ada sederetan rumah yang sudah dibangun dengan batako dan
atap genteng, namun ada juga yang masih menggunakan bilik bambu.
Penduduk di Pulau Pari rata-rata bermata pencaharian sebagai petani
rumput laut, ada juga yang berprofesi sebagai nelayan. Soal pendidikan,
hanya terdapat satu sekolah disini, SD - SMP Negeri Satu Atap Pulau
Pari. SMA terletak di Pulau Tidung.
Okay, sekarang saya akan cerita bagaimana serunya liburan tiga hari dua malam di Pulau Pari.
Hari Pertama
Snorkeling, snorkeling dan snorkeling sampai keling!
Kami bertolak ke arah barat Pulau Pari, maaf jika saya katakan terumbu
karangnya tidak begitu bagus ditambah lagi airnya keruh karena sehari
sebelumnya hujan. Belum puas di spot pertama, perahu kami menuju ke laut
arah utara. Nah, disini baru oke! Terumbu karang warna-warni, ikan
layang-layang yang hilir mudik persis pemandangan di akuarium. Indah
Hari Kedua
Boleh dibilang ini adalah kali pertama liburan kami yang dengan mulus mendapatkan sunrise.
Gak ada acara kesiangan bangun. Jam 5.20 kami jalan kaki ke arah timur
Pulau Pari selama dua puluh menit menuju Pantai Pasir Perawan. Woww!
Tebak apa yang saya lihat?! Pasir putih yang menawan, air laut biru
tenang, bibir pantai yang bersih, matahari muncul keemasan. Sungguh
sempurna. Terakhir saya mendapati pasir putih layaknya bedak di Pantai
Bira, Sulawesi Selatan, tapi ternyata warna pasir putih pun ada di Pulau
Pari yang hanya berjarak tempuh dua jam dari Muara Angke!
Saya sangat menikmati setiap detik di Pantai Pasir
Perawan. Semacam surga dunia, bahkan dunia lain dari kehidupan Jakarta
yang notabene berada di propinsi yang sama. Duduk di hammock
jaring yang diikat diantara pohon sambil makan bakwan goreng seharga
seribu rupiah, menatap lautan luas berwarna biru. Suguhan nikmat yang
indah tiada tara.
Kenikmatan yang kami rasakan tak berhenti sampai disitu.
Di hari kedua ini kami lanjut snorkeling lagi sambil mengunjungi
pulau-pulau yang lain. Spot kali ini berdekatan dengan Pulau Tikus.
Keindahan karang bisa dilihat dengan mata telanjang lantaran jernihnya
air laut. Senang rasanya melihat alam yang bersih seperti ini. Keindahan
terumbu karang dan ikan-ikan yang ada di spot ini lebih juara
dibandingkan spot snorkeling hari pertama. Yoii banget dehh!
Hari Ketiga
Saya merasakan ketakjuban luar biasa di hari terakhir ini. Meskipun datang kesiangan disaat wisatawan lain pulang ke homestay
sedangkan kami baru tiba di Pantai Pasir Perawan. Sampai-sampai para
penjual buah kelapa bilang “Silakan mba.. pantai milik berdua, haha.. “.
Memang benar adanya, tak ada lagi wisatawan yang masih bermain di
pantai. Yang ada hanya para penduduk lokal.
Ketika berburu sunrise, saya berjalan kaki ke arah timur
pantai, tapi kali ini saya memilih ke arah barat. Matahari sudah terasa
sangat terik, ya karena sudah jam 10.30. Tapi keindahan laut lepas yang
saya lihat tetap sangat mempesona dengan gradasi warna biru ditambah
pohon-pohon kecil ditengah-tengah laut. Just one word I can say:
Subhanallah. Maha karya Tuhan YME memang tidak ada habisnya untuk
dikagumi. It’s soooo romantic view!
Well, liburan di Pulau Pari menjadi salah satu cara
menyepi dari kegaduhan hidup di kota. Dari sisi saya sebagai pehobi
foto, Pulau Pari lebih menawarkan keindahan untuk dinikmati sampai ke
hati, tak melulu harus berburu objek dan momen untuk difoto. Disana
waktu seperti berjalan lambat, keindahan dan kesederhanaan yang menyatu
memberikan pengalaman tak terlupakan.
Dan ini pantun spontan yang dibuat oleh teman saya,“Jalan-jalan pakai perahu. Pulau Pari, I love you!”
Matahari Terbit di Pulau Pari |
Kapal Nelayan Pulau Pari |
Matahari Tenggelam di Pantai Dekat LIPI Pulau Pari |
Senja di Pulau Pari |
Bapak Arifin, Penduduk Pulau Pari |
Anak-anak Pulau Pari |
SD - SMP Negeri Satu Atap Pulau Pari |
Menikmati Air Kelapa di Pantai Pasir Perawan |
Dermaga Pulau Pari |
Pantai Pasir Perawan |