Saat jaman kolonial dulu, Pulau Bidadari merupakan salah satu benteng pertahanan Belanda untuk menahan gempuran musuh dari laut. Bukti-bukti sejarah tersebut masih terlihat hingga kini, meski hanya berupa puing-puing, namun masih terjaga keasliannya. Sekarang, Pulau Bidadari menjadi tujuan favorit wisatawan mancanegara maupun domestik yang ingin berlibur sekaligus mengetahui sejarah panjang perjuangan bangsa.  
Memang belum ada bukti otentik mengenai mengapa pulau yang dulunya bernama Pulau Sakit, berganti nama menjadi Pulau Bidadari. Namun masyarakat sekitar mempercayai, bahwa saat pulau tersebut dikuasai Belanda dan dijadikan tempat buangan bagi warga Muara Karang yang menderita kusta, dititiskan seorang bidadari yang membebaskan wabah kusta di Pulau Tersebut. Begitulah, sekelumit sejarah yang diyakini warga sekitar Pulau Bidadari benar-benar terjadi.

Pulau Bidadari sendiri merupakan pulau yang terdekat dari Jakarta, jarak tempuhnya hanya sekitar 30 menit dari Marina Ancol menggunakan kapal cepat atau sekitar 1 jam dari Muara Angke menggunakan kapal tradisional. Sejarahnya, pada abad ke 17 pulau ini merupakan tempat bermarkasnya ribuan tentara VOC. Untuk menunjang keperluan tentara tersebut, pihak kolonial juga membangun Pulau Onrust yang hanya berjarak 10 menit dari Pulau Bidadari menjadi pusat administrasi kolonial. Bukti-buktinya juga masih ada hingga kini yang tersimpan dalam musium khusus. Didalamnya, terdapat serpihan-serpihan bangunan seperti batu bata dengan label Belanda dan paku berbentuk kerucut. Tak hanya itu, serpihan perkakas yang masih tersisa juga tersimpan apik dalam ruang kaca.   

Oleh pemerintah VOC pembangunan Pulau Bidadari dikebut secepatnya dan difungsikan sebagai benteng pertahananan untuk mengawasi kapal-kapal musuh yang datang dari Laut Jawa dan Selat Malaka. Didalamnya juga terdapat benteng kuno yang dulunya bernama Benteng Martello. Dalam Benteng Martello, Belanda menyiapkan ruangan bawah tanah yang berfungsi sebagai penjara bagi masyarakat pribumi yang menentang kebijakan pemerintah kolonial saat itu.
Tidak hanya sebagai benteng pertahanan, Pulau Bidadari juga dijadikan sebagai pusat karantina bagi para pribumi yang terserang penyakit Kusta atau Lepra dari Muara Karang. Jaman itu, masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Pulau Sakit dan menjadi momok yang menakutkan bagi warga sekitar. Karena nyaris semua masyarakat yang dikarantina tidak pernah kembali kekeluarganya.

Mengenai perubahan nama dari Pulau Sakit menjadi Pulau Bidadari, masyarakat mempercayai bahwa dahulu ketika banyak masyarakat yang dibuang ke pulau tersebut, ada bidadari yang dititiskan ke pulau tersebut untuk melenyapkan wabah kusta yang sempat menjadi momok menakutkan. Cerita ini terus berkembang turun menurun selama beberapa generasi sehingga masyarakat begitu yakin bahwa bidadari benar-benar menginjakan kakinya di pulau tersebut.

Lain dulu lain sekarang, kini Pulau Bidadari sudah sangat cantik seperti namanya. Dengan fasilitas sekelas resort mewah, Pulau Bidadari layak dijadikan rujukan bagi wisatawan yang ingin berlibur sambil mengenang sejarah masa lampau. Untuk memanjakan wisatawan, disiapkan penginapan diatas laut yang jumlahnya 24 cottage. Fasilitas cottage sengaja dirancang agar pengunjung yang hobi memancing dapat menikmati kegemarannya sambil bercengkerama bersama keluarga di cottage.

Difungsikan sebagai pulau resort, pulau ini mempunyai luas 12 hektar sehingga wisatawan dapat kepuasan tersendiri jika ingin mengelilingi pulau. Tapi Jangan terkejut ketika sedang berkeliling bertemu dengan penghuni asli pulau tersebut yakni biawak. Binatang melata berdarah dingin ini sebenarnya tak perlu ditakuti karena tidak akan mengganggu sebelum diusili. 

Suasana romatis juga bisa didapatkan ketika sedang makan malam berdua dengan kekasih. Di restoran yang tanpa atap dan hanya dinaungi payung besar, bisa menjadi momen tak terlupakan kala berikrar janji setia dengan pasangan. Jika menoleh kesamping, tampak gemerlap kerlip lampu yang berasal dari Jakarta ikut menambah suasana romantisme.

Saat hari terang, siapapun bisa menikmati fasilitas olahraga laut seperti di pulau resort lainnya seperti, Jetski, banana boat, canoe. Namun bagi pecinta olahraga menyelam, tidak akan ditemui snorkeling atau diving karena kondisi airnya memang tidak sejernih seperti pulau Sepa atau Pulau Putri sehingga tak layak untuk diselami.

Keindahan panorama dan bangunan-bangunan bersejarahnya membuat sejumlah fotografer amatir menjadikan tempat ini sebagai bahan rujukan ketika mau beralih menjadi fotografer profesional. Tak hanya itu, bangunan saksi bisu sejarah ini sering dijadikan background oleh calon pengantin untuk foto pra-wedding. Konon mereka mempercayai, bidadari cantik yang menjadi penolong kala itu, kini bersemayam dan merestui siapa saja pasangan yang berikrar janji setia di Pulau Bidadari.
Berminat berkunjung?, Penasaran mau melihat Bidadari, jangan lupa bawa serta pasangan untuk  berikrar setia ditempat ini! (risna)
FOTO - FOTO PULAU BIDADARI 

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu