Kedepankan Pemberdayaan dan Partisipasi Aktif Warga
Menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki visi dan mau mengetahui
segala potensi yang dimiliki di wilayah yang dipimpinnya. Maka tak
salah bila seorang Astawan Husen, Lurah Pulau Pari, Kepulauan Seribu
Selatan, mengedepankan pemberdayaan warga dalam melakukan pembenahan
tata kelola wilayah.
Tak hanya itu, lelaki kelahiran Lelonggaluku, Kendari, Sulawesi Tenggara, 32 tahun silam ini, juga menggenjot partisipasi aktif dan peran serta masyarakat untuk ikut dalam tiap kegiatan baik yang bersifat sosial maupun keagamaan. "Kita ini pelayan masyarakat, dan harus mampu mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pemebenahan wilayah," papar Astawan di Ruang Kerjanya Kantor Kelurahan Pulau Pari di Pulan Lancang, Kamis (12/5).
Tak hanya itu, lelaki kelahiran Lelonggaluku, Kendari, Sulawesi Tenggara, 32 tahun silam ini, juga menggenjot partisipasi aktif dan peran serta masyarakat untuk ikut dalam tiap kegiatan baik yang bersifat sosial maupun keagamaan. "Kita ini pelayan masyarakat, dan harus mampu mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pemebenahan wilayah," papar Astawan di Ruang Kerjanya Kantor Kelurahan Pulau Pari di Pulan Lancang, Kamis (12/5).
Dari itu, suami Ramlah Lamusu dan ayah handa dari M Faiz Husen (9) ini,
mengaku terobsesi untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki Kelurahan
Pulau Pari baik itu sumber daya alam maupun bidang perekonomian
masyarakat. "Kita miliki beberapa potensi unggulan yang tidak dimiliki
kelurahan lain di Kepulauan Seribu, seperti pengolaan rajungan dan
ikan teri di Pulau Lancang," ujar Astawan.
Selain itu, menurut jebolan Sekolah Tinggi Pemeritahan Dalam Negeri (STPDN) Tahun 2001 ini, di Pulau Pari yang juga pulau pemukiman di wilayahnya, meiliki sumberdaya hayati yang juga sebagai mata pencarian warga. "Di Pulau Pari juga dikembangkan budidaya rumput laut dan pengolahan keripik sukun," katanya. "Bahkan, di Pulau Pari juga dapat dikembangkan potensi wisata konsevasi," imbuhnya.
Alumni Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Universitas Satyagama Tahun 2005 ini, mengaku memilik program klasifikasi potensi wilayah guna mendukung pendapatan ekonomi sebanyak 2.534 jiwa warganya. Saat ini, kata dia, Kelurahan Pulau Pari tengah merintis konsep wisata bahari yang berorientasi pada wisata kuliner. "Untuk mendukung itu, kita juta gencar melakukan upaya biutifikasi wilayah dengan meningkatkan sarana dan prasarana wisata," tutur lurah yang murah senyum ini.
Lebih jauh, putra pasangan Husen Arini dan Siti Saerah ini mengaku bersyukur karena karakteristik warga yang dipimpinnya dapat menerima dan membuka diri untuk bersama-sama pemerintah melakukan penataan dan pembenahan wilayah. "Memang wilayah ini sudah tertata rapi. Jadi, saya ingin tingkatkan dan terus mencari inovasi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat," ucapnya.
Permasalahan yang masih mengganjal hingga saat ini, diungkapkan lurah yang hobi dan jago mengolah si kulit bundar ini adalah status kepemilikan lahan yang ditempati warga di Pulau Pari. "Kita sudah berbagai cara memfasilitasi masalah itu. Namun, terkait dengan posisi dan tanggungjawab, pemerintah hanya sebagai penengah kedua belah pihak," tandasnya. (bpsc)
Selain itu, menurut jebolan Sekolah Tinggi Pemeritahan Dalam Negeri (STPDN) Tahun 2001 ini, di Pulau Pari yang juga pulau pemukiman di wilayahnya, meiliki sumberdaya hayati yang juga sebagai mata pencarian warga. "Di Pulau Pari juga dikembangkan budidaya rumput laut dan pengolahan keripik sukun," katanya. "Bahkan, di Pulau Pari juga dapat dikembangkan potensi wisata konsevasi," imbuhnya.
Alumni Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Universitas Satyagama Tahun 2005 ini, mengaku memilik program klasifikasi potensi wilayah guna mendukung pendapatan ekonomi sebanyak 2.534 jiwa warganya. Saat ini, kata dia, Kelurahan Pulau Pari tengah merintis konsep wisata bahari yang berorientasi pada wisata kuliner. "Untuk mendukung itu, kita juta gencar melakukan upaya biutifikasi wilayah dengan meningkatkan sarana dan prasarana wisata," tutur lurah yang murah senyum ini.
Lebih jauh, putra pasangan Husen Arini dan Siti Saerah ini mengaku bersyukur karena karakteristik warga yang dipimpinnya dapat menerima dan membuka diri untuk bersama-sama pemerintah melakukan penataan dan pembenahan wilayah. "Memang wilayah ini sudah tertata rapi. Jadi, saya ingin tingkatkan dan terus mencari inovasi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat," ucapnya.
Permasalahan yang masih mengganjal hingga saat ini, diungkapkan lurah yang hobi dan jago mengolah si kulit bundar ini adalah status kepemilikan lahan yang ditempati warga di Pulau Pari. "Kita sudah berbagai cara memfasilitasi masalah itu. Namun, terkait dengan posisi dan tanggungjawab, pemerintah hanya sebagai penengah kedua belah pihak," tandasnya. (bpsc)