Dari
tahun ke tahun, populasi sejumlah satwa atau hewan terus mengalami
penurunan. Bukan saja karena diburu orang yang tidak bertanggung jawab.
Namun karena habitat hidup satwa tersebut mulai tergeser oleh
peningkatan jumlah penduduk.
Satwa yang makin sulit ditemui salah satunya adalah elang bondol. Harganya yang makin mahal, menjadi salah satu daya tarik perburuan satwa langka ini. Sebagai maskot DKI Jakarta, namun tak pernah terlihat elang bondol yang terbang bebas di langit Ibu Kota.
Satwa yang makin sulit ditemui salah satunya adalah elang bondol. Harganya yang makin mahal, menjadi salah satu daya tarik perburuan satwa langka ini. Sebagai maskot DKI Jakarta, namun tak pernah terlihat elang bondol yang terbang bebas di langit Ibu Kota.
Karena ancaman kepunahan itu, Pusat Penyelamat Satwa terdorong
menyelamatkan maskot Jakarta ini. Pulau Kotok di Kepulauan Seribu
merupakan tempat bagi program konservasi dan rehabilitasi elang bondol.
Hasil sitaan atau tangkapan akan dilepaskan di pulau itu.
Namun tak semua elang bondol langsung dilepas. Sebab banyak yang cedera sehingga harus disembuhkan dulu. Sosok yang peduli dengan elang bondol adalah dokter hewan dari Belanda, Femke den Haas. Sejak dibangun 2004, sudah 67 elang dilepasliarkan dari lokasi ini.
Femke den Haas mendirikan Jakarta Animal Aid yang bekerja sama dengan Taman Nasional Kepulauan Seribu untuk mengelola pusat rehabilitasi elang di Pulau Kotok. Ada 31 elang, termasuk elang bondol. Elang-elang berasal dari razia di pasar burung atau penyerahan warga.
Tak hanya elang, Femke juga mempelopori sterilisasi kucing karena populasinya di Pulau Seribu sudah terlalu banyak. Femke juga memberikan pelatihan daur ulang sampah kepada warga. Sebab dalam setahun, sampah di Pulau Seribu berukuran tiga kali Candi Borobudur.
Femke berharap perjuangannya didukung pemerintah dengan penegakan hukum yang tak pandang bulu terhadap orang yang mengancam ekosistem satwa di Indonesia. Kepedulian warga memang perlu ditingkatkan. Jangan hanya bangga punya maskot elang bondol tapi tak merawatnya. Sebaliknya orang asing yang lebih peduli. (lip6/puser)
Namun tak semua elang bondol langsung dilepas. Sebab banyak yang cedera sehingga harus disembuhkan dulu. Sosok yang peduli dengan elang bondol adalah dokter hewan dari Belanda, Femke den Haas. Sejak dibangun 2004, sudah 67 elang dilepasliarkan dari lokasi ini.
Femke den Haas mendirikan Jakarta Animal Aid yang bekerja sama dengan Taman Nasional Kepulauan Seribu untuk mengelola pusat rehabilitasi elang di Pulau Kotok. Ada 31 elang, termasuk elang bondol. Elang-elang berasal dari razia di pasar burung atau penyerahan warga.
Tak hanya elang, Femke juga mempelopori sterilisasi kucing karena populasinya di Pulau Seribu sudah terlalu banyak. Femke juga memberikan pelatihan daur ulang sampah kepada warga. Sebab dalam setahun, sampah di Pulau Seribu berukuran tiga kali Candi Borobudur.
Femke berharap perjuangannya didukung pemerintah dengan penegakan hukum yang tak pandang bulu terhadap orang yang mengancam ekosistem satwa di Indonesia. Kepedulian warga memang perlu ditingkatkan. Jangan hanya bangga punya maskot elang bondol tapi tak merawatnya. Sebaliknya orang asing yang lebih peduli. (lip6/puser)