Gerusan zaman tak mengubah tangan lemahnya membuka satu demi satu sabut kelapa. Batok kelapa keras dibukanya dengan golok lusuh yang rompang dibeberapa bagian. Sesekali peluh membasahi dahinya yang telah termakan usia.

Ya, dialah Sa'amah atau orang yang mengenalnya memanggil Wak Amah, wanita tua yang setia membuat minyak dari ampas parutan kelapa tua. Sejak 1950 lalu, nenek 15 cucu ini tak bosan mengaduk santan kelapa di atas wajan sekadar membuat satu liter minyak kelapa.
 
"Sekarang ma jarang yang beli. Paling hanya buat ngurut," kata Wak Amah saat ditemui beritapulauseribu.com dirumahnya yang sederhana di RT 03/04 Pulau Pramuka, Kelurahan 
 
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, Minggu (23/1).
Dituturkan Wak Amah, dulu sebelum ada minyak sayur di pulau, minyak masakan buatannya banyak yang cari dan dipergunakan untuk menggoreng. Tapi saat ini, tak seperti itu lagi, warga sudah menggunakan minyak sayur yang mudah dibeli diwarung dan harganya jauh lebih murah.

"Minyak buatan saya sering digunakan buat minyak rambut anak-anak juga," ujarnya sambil mengisi satu demi satu botol minuman suplemen dengan minyak kelapa buatannya.


Wak Amah tak pernah bosan membuat minyak masakan, karena menurut dia, minyak dari sari pati kelapa ini banyak manfaatnya dan sewaktu-waktu pasti ada yang cari. Sa'amah menjual satu botol minyak olahannya seharga Rp 5.000.


"Minyak ini tahan lama, bahkan makin lama makin bagus," katanya. "Kalau ada yang mau beli kemari aja," imbuhnya dengan ramah.


Namun, kata nenek berusia 77 tahun ini mengaku, kelapa tua bahan dasar minyak buatannya belakangan ini sudah sulit dicari. Kalau dulu, tutur Wak Amah, kelapa tua banyak ditemukan di pulau-pulau. Bahkan, kata dia, di Pulau Pramuka juga banyak yang berjatuhan.


"Kalu dulu ma tinggal ambil, banyak yang jatuh dari pohonnya. Sekarang harus beli, itu pun pesan dulu," tutup Wak Amah mengakhiri pembicaraan.
(beritapulauseribu)

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu