Di
era dewasa ini, pendidikan merupakan kebutuhan mutlak untuk
menjadikan kehidupan yang lebh baik. Kiranya, prinsip itulah yang
dipegang Sipon (60) warga Kampung Baru RT 04/03 Kelurahan Pulau Tidung,
Kepulauan Seribu Selatan.
Betapa tidak? ibu dari tujuh
anak ini mampu menyekolahkan dua anaknya hingga tingkat SMA hanya
dengan mengandalkan berdagang sapu lidi.
Ya,
sejak ditinggal suami ke alam baka enam tahun silam, Sipon atau wak
Ipon akrab disapa warga ini adalah seorang pembuat dan pedagang sapu
lidi di Kampung Baru Kelurahan Pulau Tidung. Setiap hari, dia
berkeliling pulau menawarkan dan sekaligus mengatar sapu pesanan warga.
"Ada saja yang beli, lumayan buat makan sehari-hari dan sisanya ditabung buat nyekolain anak," ungkapnya saat berbicara dengan beritapulauseribu.com di rumahnya yang sederhana, Sabtu (19/2).
Menurutnya, berdagang sapu lidi telah dilakoninya sejak 12 tahun silam, kala itu harga per ikat hanya Rp 1.500. Sekarang harganya mencapai Rp 7.000 per ikat. "Harganya bedah, kalau dulu blarak (daun pohon kelapa. red) masih banyak, sekarang sudah sulit," ujarnya.
Demi melihat dua anaknya lulus SMA, membuat semangat Wak Ipon menggelora. Maka tak salah, perempuan yang telah rentah ini banting tulang menjual sapu lidi, meski kini mulai tergerus dengan produk dan model sapu dari bahan sintetis.
"Selama masih ada yang beli, saya akan terus bikin. Sebelum meninggal, saya hanya ingin melihat dua anak saya lulus sekolah dan semoga bisa kuliah," harapnya sambil terus meraut batang lidi dari daun blarak. (beritapulauseribu)
"Ada saja yang beli, lumayan buat makan sehari-hari dan sisanya ditabung buat nyekolain anak," ungkapnya saat berbicara dengan beritapulauseribu.com di rumahnya yang sederhana, Sabtu (19/2).
Menurutnya, berdagang sapu lidi telah dilakoninya sejak 12 tahun silam, kala itu harga per ikat hanya Rp 1.500. Sekarang harganya mencapai Rp 7.000 per ikat. "Harganya bedah, kalau dulu blarak (daun pohon kelapa. red) masih banyak, sekarang sudah sulit," ujarnya.
Demi melihat dua anaknya lulus SMA, membuat semangat Wak Ipon menggelora. Maka tak salah, perempuan yang telah rentah ini banting tulang menjual sapu lidi, meski kini mulai tergerus dengan produk dan model sapu dari bahan sintetis.
"Selama masih ada yang beli, saya akan terus bikin. Sebelum meninggal, saya hanya ingin melihat dua anak saya lulus sekolah dan semoga bisa kuliah," harapnya sambil terus meraut batang lidi dari daun blarak. (beritapulauseribu)