Inilah
satu pesan penting dari orangtuanya yang terpatri dibenak lelaki yang
sehari-hari dipanggil dengan nama Dr. Banjar ini. "Ayahnya merupakan
figur yang bisa mengayomi karena mampu berkomunikasi dengan baik,
keatas, kebawah, maupun sejajar. Jadi komunikasi itu harus dijaga,
sebab menjadi pamong harus mampu berkomunikasi dengan baik," ujarnya
yang selalu memegang prinsip ayahnya sampai sekarang.
Lahir dari Keluarga Pamong
Dokter
kelahiran Bali, tepatnya di Singaraja 44 tahun silam ini memang
bercita-cita meneruskan tradisi keluarganya. Ayahnya merupakan seorang
pamong di kampung halamannya, tetapi Pria yang mengenyam pendidikan
mulai dari SD, SMP, hingga SMA di Singaraja Bali, mulai berubah pikiran
mengikuti jejak ayahnya dan bercita-cita menjadi dokter karena sewaktu
sekolah di SMA sangat menyukai pelajaran Biologi. Akhirnya setelah
mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri, Ia diterima di Fakultas
Kedokteran Unervesitas Udayana Bali, pada tahun 1981. Setelah lulus dan
diwisuda tahun 1988, mulailah ia menjadi dokter. Biar sudah menjadi
dokter, pria yang pada 10 Januari nanti genap berusia 45 tahun, prinsip
hidupnya yang ingin mengabdikan diri pada masyarakat membuatnya
nekat mengikuti tes masuk Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1990. Dengan kerja kerasnya, akhirnya
ia diterima menjadi PNS di Suku Dinas Kesehatan. "Semua dijalani
begitu saja, seperti air yang mengalir," tuturnya. Seperti pepatah
"buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya", begitulah jalan hidupnya.
Awal karier sebagia PNS menjadi Dokter Teladan
Putra
ketujuh dari delapan bersaudara ini, lahir dari pasangan Ida Bagus
Suraga (alm) dan Ida Ayu Ketut Srini, telah dikaruniai seorang putri
yang bernama Ida Ayu Adnyadira Umari dari istri yang setia
mendampinginya selama ini, Ndayu Putu Asih Widiastuti, SE. Pertama-tama
bertugas sebagai dokter, Ia ditugaskan didaerah Lampung Tengah. Meski
ditempatkan didaerah terpencil, pria yang mempunyai hobi makan dan
jalan-jalan ini, tidak merasakan beban untuk menjalankan profesinya.
Malahan, semua dianggap sebagai tanggung jawab sebagai pamong untuk
melayani masyarakat. Selama menjalankan tugasnya, Ia banyak membuka
Rumah Bersalin di desa-desa terpencil di Lampung Tengah.
Atas jasa-jasanya itu, pada tahun 2003, dr. Banjar dinobatkan menjadi “Dokter Teladan” se-Lampung
Tengah. Setelah malang melintang selama lima tahun di Lampung pada
tahun 1994 Ia di pindah tugaskan ke Jakarta, tepatnya di Puskesmas
Kelurahan Cilandak sebagai Dokter Umum. Kemudian pada tahun 1996
berpindah ke Puskesmas kelurahan Cipete Selatan, setelah itu bertugas di
Puskasmas Kecamatan Pancoran. Dan baru pada tahun 2003 Ia dimutasikan
ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta di Seksi Penyakit Menular. Dan akhirnya
pada tahun 2005 Dr. Banjar di promosikan menjadi Kepala Suku Dinas Kesehatan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Visi dan Misi di Kepulauan Seribu
Setelah
menjabat menjadi Kasudin Kesehatan di Kepulauan Seribu, dr. Banjar
melihat bahwa wilayah di Kepulauan Seribu memiliki Karakteristik
tersendiri di bandingkan dengan wilayah daratan di Jakarta. Wilayahnya
yang luas dan terpisah antara pulau satu dengan pulau lainya
menyebabkan pelayanan masyarakat di bidang kesehatan menjadi tidak
maksimal. Untuk itu, Ia bertekad meningkatkan pelayanan kesehatan yang
sudah ada sebab sudin kesehatan sudah ada di kepulauan seribu sejak
dulu tetapi masih dirasakan kurang dimanfaatkan masyarakat.
Permasalahan
tersebut, dijawab bapak satu putri ini dengan visi-nya dengan
memperkuat eksistensi pelayanan kesehatan dimasyarkat agar bisa
dirasakan langsung masyarakat di Kepulauan Seribu. Agar visi-nya
sukses, ia kerap melakukan interventsi positif terhadap Dinas
Kesehatan demi meningkatnya pelayanan kesehatan di pulau. Salah satu
kinerjanya yang dinilai berhasil adalah, tersedianya tenaga-tenaga
dokter di setiap Puskesmas yang ada di Kepulauan Seribu dan bidan yang
siap membantu masyarakat setiap hari.
"Malah
sekarang sudah ada dokter yang bertugas di Pulau Sabira yang merupakan
Pulau terjauh dalam gugusan Kepulauan Seribu,” ungkap dr. Banjar.
Impiannya untuk meningkatkan fasilitas dan prasarana kesehatan juga
telah terwujud melalui kapal boat emergency sebagai Puskesmas keliling
yang akan membawa Paseien dalam keadaan Emergency (gawat- darurat) ke
rumah sakit rujukan dalam waktu yang cepat. "Adanya Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kepulauan seribu juga salah satu impian agar masyarakat
terjamin kesehatannya. Peralatan dan tenaga medisnya cukup lengkap,”
terangnya.
Sedangkan
misi yang sampai saat ini masih terus dijalaninya adalah mengubah pola
hidup masyarakat yang sebagian besar nelayan dengan tingkat pendidikan
pas-pasan. “Mengubah pola hidup masyarakat pulau dari kurang sehat
menjadi sehat, dari tidak tahu menjadi tahu di bidang Kesehatan, cukup
sulit juga”, ungkapnya jujur. Untuk mengatasinya, pria berperawakan
gemuk ini mengungkapkan, perlu jurus khusus agar misinya ini berhasil.
Salah satu yang dilakukan adalah intervensi knowladge (pengetahuan)
dengan penyuluhan di bidang kesehatan.
Selanjutnya
dilakukan intervensi sikap dan praktek yaitu bagaimana masyarakat
mempraktekkan kehidupan yang sehat dan mempunyai sikap bahwa kesehatan
itu sangat penting. Yang paling berat adalah Intervensi Lingkungan.
"Mencegah penurunan degradasi lingkungan agar tetap sehat dan tidak
menurun kualitasnya karena faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya
dalam bidang kesehatan”, tambahnya lagi. Semua ini adalah tanggung
jawab bersama bukan hanya tugas Dinas Kesehatan dan Dokter saja tetapi
diperlukan keterlibatan dan peran serta masyarakat secara aktif. Itulah
harapan Dr. Banjar agar masyarakat kepulauan seribu hidup lebih sehat
karena didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. (Iyus)