Pajar mulai meninggi, sesosok kakek tua sekitar 86 tahun tengah duduk asik diatas bale bambu buatannya sendiri. Dengan kopiah haji menutupi rambutnya yang mulai jarang, dia mulai merajut bambu untuk dibuatnya menjadi bubu atau perangkap ikan. Matanya tenang walau tenaga tidak sekuat ketika ia masih muda. Jari tangan yang tidak kencang lagi, terus menyusun belahan bambu.

Kakek biasa dipanggil Kong Haji Yahya warga Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu ini awalnya kerja sebagai nelayan. Dia sudah bergelut dilaut semenjak usia sekitar 15 tahun. Sepulangnya dari laut, dia belajar membuat bubu bambu. Berbekal semangat dan kemauan tinggi,  jadilah dia saat ini pengrajin bubu bambu yang hasil karyanya cukup disenangi nelayan bubu pulau tersebut.
Hasil yang didapat dari membuat bubu bambu inilah, dia dapat menyekolahkan dua dari lima anaknya hingga ke bangku kuliah.  Kerja keras dan mengutamakan pendidikan menjadi prinsif hidup Kong Yahya. "Engkong ma seneng kalau anak-anak bisa sekolah tinggi. Jangan seperti engkong kepanasan di laut sejak muda." ujar Kong Yahya saat dijumpai di bale kesayangan yang telah pulahan tahun menemani hidupnya.

Selama ini, bubu buatannya dibeli oleh nelayan baik dari Pulau Untung Jawa maupun nelayan dari pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu. Bahkan, karena kualitasnya baik, tak jarang bubunya dipesan oleh nelayan dari Tanjung Pasir dan tanjung Kait, Tangerang. "Malah ada nelayan yang dari Sulawesi datang beli bubu
engkong," katanya yang tetap tekun mengerjakan bubu jenis butun.

Menurut dia, saat ini harga bubu buatannya dibandrol Rp 100 ribu perunit. Karena ingin kualitas bubu buatannya terjaga, dia pastikan bubu dapat selesai hingga tiga hari. "
Engkong ma nda mau buru-buru, yang penting bubunya bagus dan tahan lama," jelasnya sesekali mengusap dahi yang mulai dihiasi air keringat.

Kakek yang tampak masih segar meski di usia senja ini mengaku peduli dengan kesehatan. Maka tak ayal, dia paling tidak suka dengan asap rokok bahkan sekadar kopi pahit. "Kalau habis shalat subuh,
engkong sempatkan olahraga dan ngebersiin halaman. Makanya, engkong panjang umur," ujarnya sambil tertawa.

Kong Yahya yang telah meraskan tanah suci dari hasil menjual bubu ini mengaku akan selalu setia menjadi pengrajin bubu. Karena menurut dia, usaha ini harus terus ada sebagai warisan untuk generasi mendatang. "
Biar anak engkong pada kuliah dan ada juga yang jadi ustadz, tetap mereka engkong ajarin cara membuat bubu," tutupnya sambil terus merajut helai demi helai bambu. (bpsc)

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu