1352613429619566935
Dermaga Pulau Pari (dok. Adelina)

Di saat wisata Pulau Tidung sedang marak, aku dan teman-temanku memilih Pulau Pari sebagai tempat kami berakhir pekan. Masih bagian dari Kepulauan Seribu, Pulau Pari termasuk salah satu pulau yang bisa dibilang belum terlalu banyak wisatawan yang datang. Masih sepi peminat. Entah karena namanya yang belum bergaung kencang, atau mungkin karena konsep pulau ini yang jauh lebih sederhana dibandingkan pulau Tidung atau pulau Pramuka.

Berangkat dari Muara Angke, bersama dengan para backpacker lainnya yang akan menuju pulau-pulau lainnya. Tampaknya berwisata ke Kepulauan Seribu memang sedang trend, terbukti dari banyaknya rombongan yang akan berangkat. Ternyata keramaian ini tidak hanya terjadi pada hari itu saja, tapi juga pada pekan-pekan sebelumnya.

Kapal motor yang kami tumpangi memiliki 2 lantai. Jika tidak ingin masuk angin, sebaiknya duduk manis di lantai 2 dan terlindung oleh dinding kapal. Peserta yang akan menuju Pulau Pari diangkut dengan kapal yang sama dengan peserta yang akan ke Pulau Pramuka. Kami beda kapal dengan peserta Pulau Tidung. Sekitar 2 jam kami terombang-ambing di laut Jawa dengan tetap menggunakan pelampung selama berada di kapal. Untung warna laut hanya tampak kebiruan, tanpa buih. Buih menandakan bahwa ombak sedang tinggi. Kondisi yang tidak diharapkan bagi aku yang mudah mabuk laut.

1351297825718218554
Dalam kapal perjalanan menuju Pulau Pari(dok : Adelina)

Kapal sempat merapat sejenak di Pulau Pramuka. Beberapa penumpang turun, membuat kami bisa sedikit bergerak dengan leluasa. Tidak lama kemudian, kami pun merapat di dermaga kecil Pulau Pari dan disambut oleh beberapa pemandu yang akan siap memandu kami selama 2 hari.

Sejenak aku melayangkan pandang ke arah lautan. Hijau bening. Sederhana dan tampak alami. Aku begitu bersemangat. Ini kali pertama aku menjelajah pulau. Kami diantar ke salah satu rumah penduduk yang sudah disewa untuk kami bermalam. Tak ingin membuang waktu, kami langsung pergi menjelajah pulau. Dengan membonceng sepeda, kami pergi menuju salah satu sisi pulau. Lalu kami berjalan kaki menapaki jalan berbatu membelah lautan. Wow!! Dari tempat kami berdiri, bisa terlihat pulau-pulau tetangga.

Perut yang lapar membuat kami harus kembali ke rumah. Menikmati hidangan pertama di pulau itu. Yummy! Nasi, lauk, dan kerupuk, kami habiskan untuk menambah tenaga. Karena setelah ini kami akan melanjutkan petualangan bawah air, SNORKELING!

Uh! Aku jadi was-was lagi. Saat memutuskan untuk ikut ke Pulau Pari, aku sudah tau konsekuensi yang akan aku hadapi. Snorkeling salah satunya. Aku tidak bisa berenang, tapi karena diiming-imingi ada pelampung, aku pun menurut. Ingin mencoba sesuatu yang baru dan berusaha menaklukkan rasa takutku sendiri.

Menjelang sore, kami kembali ke dermaga. Perahu motor kecil yang akan membawa kami ke lokasi snorkeling, sudah menanti. Wuuuz! Kami pun mulai membelah perairan. Aku duduk di ujung depan perahu, dan merasakan betapa aku sangat kecil di tengah lautan yang luas terhampar.

1351297982577395618
Bersiap SNORKELING! (dok : Adelina)

Cuaca sangat baik sore itu, tidak panas dan tidak juga hujan. Perahu kami mulai melambat. Sang pemandu mulai menentukan posisi melempar jangkar. Ku tengokkan kepala ke pinggir perahu. Di balik air laut yang bening kehijauan, aku mampu melihat ada keindahan terumbu karang di bawah sana. Perlengkapan snorkeling sudah melekat di badan. Rasanya ingin segera melompat dari perahu. Tapi sang pemandu mencegah. Dia bilang ini masih terlalu dangkal. Maka dia pun membawa perahu ke area laut yang lebih dalam. Ahh, sial.

Kami melaju beberapa meter ke depan, dan akhirnya sudah menemukan spot yang bagus untuk snorkeling. Kedalaman laut sekitar 4 meter. Ok! Aku pasrah saja. Dari awal aku sudah meminta teman-temanku untuk menjagaku di laut, kalau-kalau aku mendadak terbawa arus.

Sudah tahu tidak bisa berenang, tapi aku termasuk yang paling awal menceburkan diri ke laut. Huuuft! Dingiiiin!! Beberapa detik aku sempat merasa hilang arah. Ternyata benar aku terbawa ombak. Untung temanku dan sang pemandu langsung mendekat dan menyelamatkanku. Hehehe. Payah sekali aku ini!

Kemudian aku pun mulai perlahan mengarungi lautan sambil tetap berpegangan dengan temanku. Kutelungkupkan wajahku ke dalam air untuk melihat pesona alam yang terbentang. Aku pun terayun-ayun menikmati sore di laut lepas, hingga tak menyadari bahwa perahuku mulai menjauh.

Sumber : kompasiana.com 

 

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu