Berawal dari perbincangan tak berujung tentang libur panjang yang berturut-turut, malah berakhir dengan keheningan. Mengapa? Karena terlalu banyak yang direncanakan, terlalu banyak pilihan, terlalu banyak orang dan yang pasti belum ada yang gajian apalagi kenaikan!
Entah bagaimana ceritanya tepat sehari sebelum libur tahun baru, ada salah satu teman yang nantinya jadi salah satu peserta rombongan, mendadak ngajakin liburan ke Kepulauan Seribu. Dengan semangat ’98, langsung kuteter pertanyaan, kapan, sama sapa dan gimana caranya? Awalnya peserta hanya terdiri dari 11 orang, lalu ada satu peserta asing yang ngebet banget pengen ikut (sebenarnya seh dianya nggak pengen liburan tanpa aku hihihi), dan pas hari H ada 2 orang yang mengundurkan diri karena yang satu sakit dan satunya merasa punya kewajiban untuk menjaga yang sedang sakit, maka jumlah peserta jadinya hanya 10 orang. Lumayan kan? Lumayan ngurangin biaya maksudnya

Dan inilah perjalanan sepuluh anak Adam dan Hawa yang selalu haus akan petualangan dan pengalaman.
Ami

Andi

Hendri

Heri


Kresna

Nisa

Tabita

Tata

Sigit


Wiwik

Perjalanan di mulai dari Muara Angke…eh…salah…dari Setiabudi tepatnya. Ada lima orang yang berangkat dari Setiabudi, aku, Mas Sigit, Mbak Wiwik, Mbak Nisa dan Kresna, yang dua janjian ketemu di Stasiun Kota, yang tiga langsung di Muara Angke. Berlima naek taxi, dari Setiabudi ke Stasiun Kota dengan jalanan kota Jakarta yang masih lengang karena kita berangkat jam 5 pagi, menghabiskan 30 ribu rupiah saja. Di stasiun kota ketemu Ami dan Cumi, sebelum berangkat kita beli makanan dulu karena perjalanan di laut menghabiskan waktu 3 jam. Mabooook dah!!! Aku beli 2 bungkus roti seharga 2500 perbungkusnya. Dari Stasiun Kota ke Muara Angke harus naek 2 angkot, pertama naek kopaja 02 dan oper pakai angkot C11 apa yak ahhh…lupa…dengan tarif normal 2000 rupiah per angkot.
Sampai di Muara Angke, untung aja kapal belum berangkat, kita langsung aja masuk ke kapal yang udah hampir berangkat. Biaya naek kapal dari Muara Angke ke Pulau Pramuka hanya 30 ribu rupiah saja, murah kan…tapi ya jangan kaget kalo keadaannya seperti itu. Ada harga ada suasana

Menginjakkan kaki di Pulau Pramuka, kata pertama yang terucap adalah PANAS!!! Ya iya lah…namanya juga pesisir pantai, kayak nggak pernah aja, padahal aku juga anak pantai

Lega dapat tempat tinggal, kita langsung meluncur untuk melanjutkan perjalanan. Yang bisa dilakukan di Kepulauan Seribu adalah keliling beberapa pulau dengan perahu kecil, berenang di pantai, snorkeling dan diving. Hari pertama kita habiskan seharian untuk berenang di pantai pulau lain dan snorkeling, untuk itu kita harus sewa kapal seharian dengan harga 300 ribu perkapal perhari. Perjalanan pertama menuju Pulau Semak Daun. Sesuai dengan namanya, pulau ini lebih banyak ditumbuhi semak-semak besar, herannya namanya pantai koq nggak ada pohon kelapa sih??? Kita menghabiskan waktu dengan berenang di Pulau Semak Daun dari jam 11 – jam 2 siang. Mohon diperhatikan….di Pulau ini nggak ada yang jual makanan berat, jadi kalau kalian pergi pada saat jam siang, saya sarankan untuk membawa bekal. Kita sudah membeli nasi bungkus sebelumnya, nasi plus telor 7000 rupiah sedangkan nasi plus ayam 12 ribu rupiah, oiya…jangan lupa minumnya ya…kalo nggak apa kalian mau minum air laut yang rasa asinnya seperti bangkit dari kubur (loh???). Jangan lupa untuk mengabadikan momen di pulau ini ya…nggak jelek-jelek amat koq pemandangannya, airnya pun masih terlihat jernih, beda banget sama air Ancol (ya iya lah…). Habis makan siang dan sholat dhuzur (sekalian dijama’ ashar aja…kan musapir :p) kita diantar ke Pulau Air oleh pak supir kapal, apa sih namanya? Nahkoda ya? wkwkwkwk aneh…

Meraba-raba manakah yang dinamakan Pulau Air, koq tiba-tiba tuh perahu berhenti di tengah-tengah laut ya…waduh…kupikir bahan bakarnya abis…ternyata!!!! waaaa…..kita nggak jadi ke Pulau Air, tapi menikmati indahnya karang di dasar laut. It’s my first time for snorkeling and what’s my first impression? WONDERFUL!!! Yang bisa kami ucapkan hanyalah rasa syukur dan pujian atas ciptaan-Nya. Bener-bener indah…Subhanallah…Pengennya sih berlama-lama di tengah laut, belum puas rasanya menjelajahi taman di dasar laut, tapi yang laen sudah mulai kelelahan sampai-sampai ada yang kram kakinya. Entah kram ato apa namanya, yang penting dapet kenalan cowok ngganteng ya mbak…hahaha…Kita tinggalkan karang laut saat jarum jam menunjuk angka 4. Masih lama hingga sampai matahari terbenam, tapi…di musim seperti ini memang sulit untuk mendapatkan view yang sempurna…karena langit selalu dipenuhi dengan awan mendung. Daripada pulang ke Pulau Pramuka, kita minta si bapak nahkoda (masih aneh nyebutnya) untuk keliling-keliling lagi. Akhirnya kapal dihentikan lagi di tengah-tengah lautan. Snorkeling again!!! HORRREEEEE!!!! Secara rasa penasaran gue masih besar :p Kali ini beda…karangnya lebih besar dan tak beraturan…mungkin keseringan kena dasar kapal, jadi banyak yang rusak, tapi itu semua nggak menutupi keindahannya, karena justru disinilah banyak kita jumpai ikan-ikan yang lebih besar, sayang nggak ada kamera waterproof atau semacamnya yang bisa mengabadikan semua itu, setidaknya sebelum kalian mengikuti jejak kami, kalian bisa membayangkan sebelumnya.

Menu makan malam kita kali itu adalah ikan bakar. Yang sangat kami sayangkan, namanya pulau kenapa jarang sekali penjual ikan bakar, bahkan tempat makan yang menarik pun bisa dihitung dengan jari. Semoga semakin kemari, pemerintah bisa memanfaatkan lebih lagi, sayang sekali jika kelebihan alam tidak dimanfaatkan sebagai sumber pemasukan. Kembali ke menu makan malam, yang tersedia adalah ikan bandeng, ikan baronang (ikan barnyelam ada nggak ya…), sama ikan tudeng (bener nggak sih???). Seharian berenang, bikin nafsu makan kami bersepuluh jadi berlipat ganda, untungnya harga makanan masih terjangkau, bersepuluh kita menghabiskan biaya 175 ribu rupiah saja. Murah kan? Dan malam kita tutup dengan bercanda, ngobrol dan istirahat sepuasnyaaaa….
Keuntungan berada di pulau kecil adalah kita bisa menikmati matahari terbenam sekaligus matahari terbit. Jika ingin melihat matahari terbenam tinggal melangkah ke pantai sebelah barat, jika ingin menikmati indahnya matahari terbit tinggal melangkah ke pantai sebelah timur. Wah…it’s so perfect!!! Lagi-lagi mendung sedikit menutupi sang matahari, tapi itu tidak mengurangi keindahan ciptaan-Nya. Dalam suasana seperti ini, keheninangan menutupi kami bersepuluh, mereka bertualang dengan imaji mereka masing-masing, menghayati setiap pandangan yang tersaji di depan mata, memikirkan setiap bersitan pikiran yang terlintas, sedangkan aku berbisik dalam hati mengucap doa yang hanya aku dan DIA saja yang mengetahuinya

Setelah puas menikmati matahri terbit, kita terpisah menjadi empat, dua orang kembali ke rumah untuk berkemas-kemas mengejar kapal ke jakarta jam 7, satu orang katanya sih baterai ponselnya habis, tapi aku yakin pagi-pagi buta apa lagi kegiatan manusia selain….***** (sensor), dua orang tertinggal dengan jeprat-jepretnya dan aku berserta 4 orang lainnya memutuskan untuk mengelilingi pulau kecil ini. Kapal menuju Jakarta masih akan berlayar jam 2 siang, masih ada 4 jam dari saat itu, daripada bengong, salah satu peserta mengusulkan untuk mencari makan di pulau lain, spontan yang lainnya menyetujui. Dengan menyewa kapal setengah hari kita bisa mengelilingi 3 pulau sekaligus. Dan itu hanya menghabiskan 60 ribu rupiah saja. Pertama pulau panggang yang lebih padat penduduknya dibanding Pulau Pramuka. Disinilah kami mencari makan, katanya banyak yang jual ikan bakar, nyatanya nihiiiiil….Yah…daripada nggak makan, akhirnya kita menyantap masakan sederhana di tempat yang sederhana pula, teras rumah orang!!! hahaha…Menu makan pagi kali itu adalah nasi ikan bandeng dengan sambel mantapnya, ditambah sayur asem dan sambal goreng kentang. Semua itu hanya menghabiskan 75 ribu rupiah saja. Gileee….murah abisss kan? Mana dapat bonus perut ikan bandeng pulak!!! wkwkwkwk =)) cuma Ami aja yang nggak mau melewatkan bonusnya, kita sih berbagi rejeki dengan kucing-kucing di sekitar :p

Kekenyangan dengan ikan bandeng, kita di antar ke pulau seberang yaitu Pulau Keramba. Apa aja di dalamnya? Nggak ada apa-apanya


Kembali ke Pulau Pramuka sudah pukul 1 siang, dan kapal menuju Jakarta sudah siap di dermaga, kita pun bersiap-siap untuk mengakhiri perjalanan indah ini. Kabar buruk saat itu adalah, angin barat daya sedang berhembus sekencang-kencangnya, itu artinya…ohhh….tamatlah riwayat kami…Saat itu yang kuingat adalah cuplikan percakapan 6 orang sahabat dalam buku 5 cm, cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lama dari biasanya, leher yang akan sering melihat ke atas lebih dari biasanya, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa. Kami pun tiba kembali dengan selamat di Muara Angke tepat pukul 5 sore. Untuk semuanya, terimakasih atas dua hari yang penuh dengan tawa, senyuman, dan cerita. Kelak nanti…ini akan jadi kisah klasik untuk masa depan


bersenang-senanglah
karena hari ini yang kan kita rindukan
di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
bersenang-senanglah
karena waktu ini yang kan kita banggakan
di hari tua….
So…what’s the next???karena hari ini yang kan kita rindukan
di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
bersenang-senanglah
karena waktu ini yang kan kita banggakan
di hari tua….
Sumber : pdparamitha