Pulau Pramuka Tampak Samping
Entah kenapa hari ini sedang ingin mengenang perjalanan saya saat bermalam di Pulau Pramuka (ibu kota Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu). Sebenarnya sudah hampir 1,5 tahun cerita itu terbungkam di kepala saya. Eh ternyata di site Bloof sudah saya ceritakan kok, postingannya ada di sini, tapi belum lengkap fotonya. Hahaha.. Sampai saat ini saya belum menemukan jawaban kenapa pulau tersebut dinamakan Pulau Pramuka. Entah kegiatan pramuka awalnya ada di sana, atau entah.
 
Sekitar bulan Desember 2011 lalu, saya bersama teman-teman tim praktikum berencana menemui perwakilan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu untuk membicarakan perizinan dan survey praktikum Pemerintahan di Pulau Pramuka. Kebetulan ada 2 orang alumni jurusan Ilmu Pemerintahan yang bekerja sebagai Pemda di sana. Jadi untuk masalah link, kami tidak menemui kendala.
Benar kata orang, malu bertanya sesat di jalan. Karena kami tidak bertanya terlebih dahulu mengenai kondisi transportasi ke sana maka kami pun sama sekali tidak mempersiapkan pakaian ganti. Kami pikir, mungkin sampai di sana pukul 9 pagi, lalu sekitar 3-4 jam di Pulau Pramuka, semua urusan sudah beres, kita bisa pulang di sore harinya. Ternyata tidak seperti itu sodara-sodara! Kapal penumpang yang hilir mudik hanya beroperasi pukul 7 pagi dan 2 siang (itu pun jika cuaca mendukung). Ternyata pada hari itu semesta meminta kami bermalam di Pulau Pramuka.
Penangkaran Penyu Sisik
Sekitar pukul 7 pagi kami sudah sampai di Marina Ancol. Kami mendapat fasilitas gratis menuju Pulau Pramuka bersama para pegawai Pemda menggunakan speedboat. Itu adalah kali pertama saya naik speedboat di lautan lepas dari pulau ke pulau. Subhanallah.. Hentakannya sedikit membuat pusing, tapi lautan di sisi kami sangat indah. Banyak melewati pulau-pulau tak berpenghuni. Mabuk laut pun lenyap. Sekitar 1 jam kami sudah sampai.
Pelestarian Bakau Bekerja Sama dengan Toyota
Seperti perkiraan kami, 3-4 jam urusan di sana sudah beres. Perizinan, cek penginapan, cek konsumsi, cek transportasi, dan segala tetek bengek untuk praktikum nanti 75% sudah dikondisikan. Untuk menari bersama waktu, kami lakukan dengan berjalan-jalan mengelilingi pulau. Tidak sampai 1 jam kita sudah bisa mengelilinginya. Pulau Pramuka memang berukuran kecil. Kami mengunjungi penangkaran penyu dan bakau yang berada di sudut pulau. Suasananya sangat hening, benar-benar laut tanpa ombak. Penginapan banyak terdapat di pinggir-pinggir pulau.
Snorkling GRATIS di Pulau Pramuka
Sore harinya kami diajak untuk snorkling gratisan (lagi) di depan Pulau Pramuka, meskipun bukan tempat snorkling tapi ini sudah cukup membuat kami bahagia. Menyelam di kedalaman yang tak seberapa, melihat isi laut dari dekat dan tak lupa bertemu bulu babi yang banyak sekali. Untung saja tidak sampai tersengat. Snorkling sampai kedinginan dilanjutkan dengan nongkrong di dermaga cinta depan pulau. Tempat orang-orang menunggu kapal jika pagi dan siang hari.Malam hari berubah fungsi menjadi tempat nongkrong serta sekedar mencari ikan-ikan kecil. Angin lautnya kencang tiada tara. Dingin dan sepi. Hanya ada cahaya-cahaya kecil di kejauhan sana seperti berkerlap kerlip dan itulah cahaya dari pulau lain. Kami akhirnya menginap di mess Pemda GRATIS.
Mengambang di Laut Lepas
Di sana listrik masih memakai tenaga generator. Dari pukul 7 pagi sampai 5 sore listrik padam kecuali di kantor Pemda dan Bupati, pukul 5 sore sampai 7 pagi listrik menyala untuk seluruh warga. Tapi untuk sinyal telepon seluler sangat kencang, karena Pulau Pramuka didaulat sebagai pulau berbasis jaringan internet disponsori oleh Speedy. Suasana di sana sangat panas, jika malam jadi hangat karena ikatan antar-warga sangat erat. Bahkan saya melihat ada beberapa rumah yang ramai, karena mereka menonton tv bersama-sama dengan warga lain (tv di simpan di teras rumah).
Kapal Penumpang
Keesokan harinya kami pulang menggunakan kapal penumpang pukul 7 pagi. Kapalnya benar-benar kayu, ini adalah transportasi utama warga Kepulauan Seribu. Tarifnya Rp. 30.000,- sampai Muara Angke. Kami harus menempuh perjalanan selama hampir 2,5 jam lebih. Duduk beralaskan tikar tanpa pelampung di atap kapal. Amazing sodara-sodara! Kora-kora di Dufan saja kalah. Terombang ambing di laut lepas dengan kecepatan yang tak sedahsyat speedboat tapi cukup membuat saya bahagia sepanjang laut. Bahagia. Pengalaman baru.

Suasana di Atap Kapal
Awal perjalanan dengan kapal penumpang ini membuat saya mual, tapi lama-kelamaan menjadi biasa. Goncangannya itu loh yang membuat isi perut ini ikut bergoyang. Tanpa disediakan pelampung, masyarakat Pulau Pramuka maupun pulau-pulau lainnya yang menggunakan kapal penumpang tiap hari mengarungi lautan lepas dengan tenang. Inilah wajah lain Indonesia ku. Indah sekali. Bagaimana dengan petualangan kalian blogger?




















Sumber : oroktumbilajadipamingpin



Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu