Menghabiskan waktu luang atau liburan
dengan berjalan-jalan di mall, bersantai di cafe, atau menonton film ke
bioskop mungkin sudah menjadi hal biasa dan membosankan. Kali ini
mengapa tidak Anda menikmati keindahan pantai, mencebur ke air untuk
melihat gugusan terumbu karang, berenang, ber-canoe, memancing, atau
menikmati Matahari terbenam di Pulau Tidung, salah atu pulau indah di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Di Pulau Tidung Anda dapat menikmati desiran angin dan pasir putih yang menyejukan mata. Air lautnya yang tenang dan jenih membiru kehijauan dibingkai keramahan penduduk lokal yang akan menyempurnakan hari-hari santai Anda. Kemolekan Pulau Tidung begitu memesona bahkan ada yang berani menyandingkannya dengan keindahan Pulau Maladawa.
Pulau Tidung terhampar membujur dari barat ke timur dengan luas sekira 109 hektar dan berpopulasi sekitar 5000 jiwa. Pulau Tidung memiliki keindahan laut dan pantain yang tak kalah dibandingkan dengan pantai di Bali. Pulau ini terbagi dua, yaitu Pulau Tidung Kecil dan Pulau Tidung Besar dimana keduanya dihubungkan sebuah jembatan dengan panjang 2 km.
Pulau Tidung Kecil menjadi kawasan pengembangbiakan mangrove dengan ilalang dan pantai berpasir putih lembut. Sementara itu, Pulau Tidung Besar dihuni sekitar 4.000 jiwa. Pulau Tidung Besar adalah salah satu pulau yang berpenduduk terbanyak di antara pulau-pulau lain di gugusan Kepulauan Seribu.
Pulau Tidung lebarnya diperkirakan hanya 200 meter namun panjangnya mencapai 5 km. Pulau ini dikelilingi pantai dangkal yang bergradasi putih karena ditumbuhi karang dan dipenuhi ikan hias. Pantainya tidak berombak besar karena gugusan karang yang mengelilingi pantai mampu menahan ombak menjadikannya tepat untuk berenang.
Nama Pulau Tidung berasal dari kata ‘tidung’ yang artinya tempat berlindung. Dahulu pulau ini memang sering dijadikan sebagai tempat berlindung dari bajak laut. Saat pasukan Fatahillah menyerang Malaka, pulau ini menjadi salah satu lokasi menyusun rencana penyerangan. Nama Pulau Tidung juga dikaitkan dengan Suku Tidung. Adalah Panglima Hitam dari Kerajaan Tarakan di Kalimantan Timur. Saat itu ia mengalami kekalahan dalam perang suku di sana sehingga terusir bersama keluarganya ke wilayah Kepulauan Seribu yaitu yang sekarang dikenal dengan sebutan Pulau Tidung atau Pulau tempat berlindung.
Pulau Tidung kini menjadi pusat Kecamatan dari Kepulauan Seribu Selatan yang membawahi 3 kelurahan, yaitu: Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Kelurahan Pulau Tidung. Pulau Tidung sendiri sebenarnya sudah dihuni penduduk sekitar tahun 1883 pasca Gunung Krakatau meletus.
Di Pulau Tidung Anda dapat menikmati desiran angin dan pasir putih yang menyejukan mata. Air lautnya yang tenang dan jenih membiru kehijauan dibingkai keramahan penduduk lokal yang akan menyempurnakan hari-hari santai Anda. Kemolekan Pulau Tidung begitu memesona bahkan ada yang berani menyandingkannya dengan keindahan Pulau Maladawa.
Pulau Tidung terhampar membujur dari barat ke timur dengan luas sekira 109 hektar dan berpopulasi sekitar 5000 jiwa. Pulau Tidung memiliki keindahan laut dan pantain yang tak kalah dibandingkan dengan pantai di Bali. Pulau ini terbagi dua, yaitu Pulau Tidung Kecil dan Pulau Tidung Besar dimana keduanya dihubungkan sebuah jembatan dengan panjang 2 km.
Pulau Tidung Kecil menjadi kawasan pengembangbiakan mangrove dengan ilalang dan pantai berpasir putih lembut. Sementara itu, Pulau Tidung Besar dihuni sekitar 4.000 jiwa. Pulau Tidung Besar adalah salah satu pulau yang berpenduduk terbanyak di antara pulau-pulau lain di gugusan Kepulauan Seribu.
Pulau Tidung lebarnya diperkirakan hanya 200 meter namun panjangnya mencapai 5 km. Pulau ini dikelilingi pantai dangkal yang bergradasi putih karena ditumbuhi karang dan dipenuhi ikan hias. Pantainya tidak berombak besar karena gugusan karang yang mengelilingi pantai mampu menahan ombak menjadikannya tepat untuk berenang.
Nama Pulau Tidung berasal dari kata ‘tidung’ yang artinya tempat berlindung. Dahulu pulau ini memang sering dijadikan sebagai tempat berlindung dari bajak laut. Saat pasukan Fatahillah menyerang Malaka, pulau ini menjadi salah satu lokasi menyusun rencana penyerangan. Nama Pulau Tidung juga dikaitkan dengan Suku Tidung. Adalah Panglima Hitam dari Kerajaan Tarakan di Kalimantan Timur. Saat itu ia mengalami kekalahan dalam perang suku di sana sehingga terusir bersama keluarganya ke wilayah Kepulauan Seribu yaitu yang sekarang dikenal dengan sebutan Pulau Tidung atau Pulau tempat berlindung.
Pulau Tidung kini menjadi pusat Kecamatan dari Kepulauan Seribu Selatan yang membawahi 3 kelurahan, yaitu: Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Kelurahan Pulau Tidung. Pulau Tidung sendiri sebenarnya sudah dihuni penduduk sekitar tahun 1883 pasca Gunung Krakatau meletus.