Sekitar tahun 80 an, saya
menjenguknya. Benteng peninggalan masa pemerintahan kolonialisme
Belanda terlihat tidak terus. Sebuah pohon besar berdiri dekat benteng
sehingga makin menghancurkan bangunannya. Bentuknya bulat tetapi tidak
utuh karena tergerus zaman. Agak menyeramkan ketika saya turun ke
bagian bawah dan terowongannya hampir tidak bisa dilewati karena
kondisinya. Ada perasaan waswas waktu itu. Jangan-jangan dalam
terowongan ini terdapat sarang ular. Saya mengurungkan niat untuk masuk
ke dalam.
Salah
seorang (entah siapa yang mengatakkannya) memberitahukan, konon
terowongan ini menghubungkan antara Pulau Bidadari dengan sebuah Benteng
di kawasan Monas. Waktu itu saya terus berpikir, mungkinkah ?
Imajinasi saya langsung membayangkan sebuah terowongan panjang yang
membelah laut lalu menyembul di daerah di dekat Monas. Wih, betapa
hebatnya. Sayangnya, ini cuma cerita isapan jempol semata.
Bisa
dibayangkan berapa dana yang harus dikeluarkan untuk membangun sebuah
terowongan di sebuah pulau. Memang dibanyak pulau yang memiliki
peninggalan sejarahnya, banyak ditemui lorong-lorong bawah tanahnya.
Namun lorong ini adalah jalan menuju bunker dan tidak berhubungan satu
dengan lainnya.
Benteng Martello sendiri
dibangun sebagai benteng pertahanan di Pulau Bidadari. Bentuknya bulat
dan berdiameter kurang lebih 23 meter. Pintu masuknya sampai saat ini
belum ditemukan. Jadi ketika orang mau masuk ke benteng ini harus rela
memanjat dindingnya. Beruntung sekarang disediakan semacam tangga untuk
masuk ke dalam benteng.
Saya
memperkirakan benteng ini dindingnya memiliki ketebalan kurang lebih
2.60 meter. Memang terlihat kokoh dan kuat. Diantara dinding-dindingnya
terdapat lubang-lubang yang menyerupai jendela-jendela yang besarnya
kira-kira satu meter. Jendela-jendela ini di sisi dalam dan sisi luarnya
menyerupai dari segi ukuran. Tetapi bagian tengah jendela mengerucut
menjadi kecil. Maklumlah jendela-jendela ini memiliki ketebalan 2.6
meter sehingga memungkinkan bagian tengahnya dibuat mengerucut dan
mengecil. Jika seorang tentara berdiri di balik lubang ini, maka cukup
terlindungi dari serangan musuh tetapi dapat leluasa menembak ke bagian
luar benteng. Disamping itu, jendela-jendela ini juga berfungsi sebagai
lubang-lubang ventilasi yang memungkinkan tangkapan angin lebih besar
ketimbang jendela biasa. Maklumlah benteng ini sebagian terpendam dalam
tanah.
Benteng
Martello memiliki sebuah lorong bawah tanah. Lorong ini tidak menuju
kebagian manapun di Pulau Bidadari. Lorong ini menuju sebuah ruang bawah
tanah yang masih berada dalam benteng. Lorongnya tidak lurus melainkan
melingkar, mengikuti bangunan benteng yang bundar. Ruang bawah
tanahnya tepat berada di tengah-tengah lorong tersebut. Tidak besar
ruangan bawah tanah dalam benteng ini. Ruang ini tadinya digunakan
untuk menyimpan amunisi. Suasana di dalam agak lembab dan lantainya
berpasir.
Benteng
Martello juga memiliki dua ruangan didalamnya. Pertama, ruangan yang
berhadapan langsung dengan bagian luar yang dilengkapi dengan
jendela-jendela kecil untuk menembak. Ruangan kedua berbentuk lingkaran
juga tetapi letaknya berada tepat ditengah-tengah benteng. Entah
fungsinya untuk apa ruangan kedua ini karena sebagian sudah tidak
berbentuk lagi. Hanya terlihat seperti lingkaran pondasi bangunan.
Benteng
Martello sebenarnya umum digunakan di Eropa sebagai menara pengontrol
pada abad ke 18. Pertama kali diperkenalkan oleh Francis. Fungsi menara
Martello adalah sebagai menara pengawas yang memiliki jangkauan untuk
melihat serangan dari musuh. Di Pulau Bidadari sendiri, menara Martello
berfungsi untuk melindungi pulau-pulau sekitarnya terutama Onrust yang
menjadi pusat kegiatan perkapalan Belanda.
Lucunya,
walaupun benteng Martello memiliki dinding yang tebal tetapi bagian
atasnya hancur terkena gelombang tidal yang diakibatkan oleh meletusnya
gunung Krakatau. Ini menunjukkan betapa dasyatnya letusan gunung
Krakatau pada waktu itu. Sayangnya benteng Martello ini tidak dipugar
kembali sehingga keindahannya belum menjadi daya tarik wisata di
Kepulauan Seribu. Mengingat perairan dekat Pulau Bidadari sudah terkena
dampak dari pembuangan limbah di Jakarta, sehingga orang akan sulit
menggunakan pantainya sebagai tempat berekreasi, benteng Martello
seharusnya menjadi objek wisata yang sangat menarik jika digarap dengan
apik. Kapan pemerintah akan memugarnya ? Semoga saja pemerintah
tergerak untuk memugarnya mengingat objek peninggalan sejarah ini
adalah salah satu magnet bagi pariwisata di Pulau Bidadari.(*)
FOTO - FOTO BENTENG MARTELO