Nah,
rupanya Kepulauan Seribu sebagai bagian dari Jakarta tampaknya tak
terlepas dari eksvansi bangsa yang dikenal memiliki etos kerja tinggi
ini. Ya, para penjelajah samudera bermata sipit ini juga menoreh
cerita masa lalu di salah satu pulau di Kepulauan Seribu di era
pejajahan Bangsa Belanda di Indonesia khususnya di ranah Batavia yang
saat ini bernama Jakarta.
Pulau
tersebut adalah Pulau Karya yang terletak di Kelurahan Pulau
Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau yang memiliki luas
daratan sekitar 6 hektar ini sekarang dimanfaatkan sebagai pusat
Kantor Teknis Pemerintahan Kepulauan Seribu dan sejumlah instasi
lainnya, seperti Markas Kepolisian Resor Kepulauan Seribu, Markar
Danramil, dan juga sebagai Tempat Pemakaman Umum (TPU).
Mengenang pulau yang dihiasi pantai pasir putih dengan air laut
dangkal yang jernih ini tak terlepas dari penemuan berbagai macam
alat kerajinan yang identik dengan Tionghoa. Bahkan, saat dilakukan
penilitian oleh Dinas Permusiuman dan Purbakala DKI Jakarta sekitar
Tahun 1973 lalu, ditemukan sejumlah tulang belulang yang memiliki
kemiripan dengan tekstur kerangka tulang orang cina.
Dari
itu, setelah beritapulauseribu.com menelusuri lebih dalam dengan
meminta keterangan sejumlah sesepuh dan orang yang mengetahui sejarah
Pulau Karya yang juga disebut warga Pulau Panggang adalah Pulau Cina
atau Pulau Kuburan Cina. "Sejak 1973 oleh Gubernur Ali Sadikin, pulau
itu diganti nama dengan Pulau Karya. Dulunya kita sebut itu Pulau
Cina atau Pulau Kuburan Cina," ujar Abdullah (49), warga Pulau
Panggang, Kamis (3/1).
Menurut mantan Lurah Pulau Panggang ini, dirinya pernah sering diajak
oleh bapaknya yang kala itu Kepala Kampung (Sekarang Lurah. red)
membantu Petugas Permusiuman dan Purbakala menggali tanah mencari
bukti-bukti sejarah Pulau Karya. "Seingat saya, saat itu banyak
ditemukan keramik dan geraba yang dihiasi tulisan-tulisan cina. Bahkan
di sisi barat pulau yang saat ini jadi TPU ditemukan kerangka
tengkorak orang cina," katanya.
Tak
berhenti mencari fakta bagaimana orang Tionghoa bisa sampai di Pulau
Karya?, beritapulauseribu.com mendapat cerita dari Ambas (52) yang
juga pernah menjabat sebagai wakil lurah di Pulau Panggang. Menurut
dia, konon sekitar tahun 1700-an, saat terjadi eksodus orang-orang
Tionghoa ke Indonesia yang dijadikan pekerja paksa oleh Belanda karena
dikenal memiliki etos kerja tinggi.
Kekejaman Negeri Ratu Elizabet kala itu membuat orang Tionghoa dan
orang pribumi menderita. Tak dikatehui siapa yang menjadi pimpinan
orang Tionghoa melarikan diri dari kerja paksa itu. Menggunakan kapal,
mereka membawa harta benda berupa keramik dan lainnya. "Sayangnya,
saat melintas di perairan Pulau Seribu, orang-orang cina yang
melarikan diri itu diserang wabah penyakit yang mematikan," kisahnya.
Untuk
mengobati serangan penyakit, kata Ambas, kapal itu berlabuh di Pulau
Karya yang saat itu tanpa nama. Mereka berusaha mencari obat dan
bertahan hidup di pulau tersebut. Sayangnya, karena tak ada obat yang
dapat menyembukan penyakit mereka akhirnya satu demi satu meninggal
dan dikubur di pulau itu. "Tidak diketahui apakah ada yang selamat,
tapi kisah itu putus di saat mereka semua meninggal," paparnya.
Kini
jelaslah sudah, kenapa pulau yang berhadap-hapan dengan Pulau
Panggang ini sebelumnya bernama Pulau Cina atau Pulau Kuburuan Cina.
Fakta sejarah menyebutkan peninggalan keramik berornamen cina dan
kerangka tengkorak yang kini tersimpan di musium, membuktikan
orang-orang Tionghoa pernah ada di Pulau Karya dan menjadi tempat
peristirahatan terakhirnya. (kang Lintas)