Perjalanan hari kedua ini sungguh membuka mata akan potensi pulau yang sebagian  tak terpikirkan oleh saya, namun yang menjadi impian Pak Hamdi, pendiri Sanggar Apung.
Ketika saya selesai sarapan, kami pun berangkat ke sanggar untuk menemani beliau mengurus wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta mengenai Pulau Panggang dan kebetulan yang diwawancara adalah salah satu anggota sanggar bidang karya seni yang mengalami kelumpuhan akibar menangkap ikan menggunakan kompresor. Namun sayangnya kegiatan ini tertunda hingga pukul 2 siang karena hujan yang datang tiba-tiba.
 Akhirnya di pagi hari itu kami diajak Pak Hamdi untuk melihat Pak Husni, ayah Pak Hamdi yang sedang mengerjakan pembuatan sebuah kapal pesanan saudaranya. Saya sangat kagum dengan kemahiran beliau membuat kapal. Ia mengerjakannya sendirian di usia yang tak lagi muda. Kapal yang kami lihat proses pembuatannya ini sudah hampir setengah jadi dan itu dikerjakan tanpa design. Pak Husni mengerjakannya dengan modal intuisi dan hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Ia belajar mengerjakan kapal ini dari seorang pembuat kapal yang lulus sarjana, dan kemudian ini mengembangkannya serta membuat inovasi agar kapal yang dihasilkan lebih baik, dan lebih murah.

 
Setelah berbicang-bincang dan melihat cara kerjanya Pak Husni, kami kedatangan tamu dari Lab Teater Ciputat, Mas Julung. Beliau datang untuk membuat pemetaan Pulau Panggang untuk pariwisata, baik itu dari kerajinannya, sejarahnya, dan setiap potensi pariwisata di dalamnya. Namun niat ini harus ditunda karena rekan beliau belum bisa datang karena ketinggalan kapal. Akhirnya kami berbincang-bincang dengan Pak Hamdi dan Mas Julung mengenai hal-hal yang menghambat pulau ini untuk maju. Dari perbincangan itu, saya menemukan bahwa sebenarnya banyak potensi yang bisa digali, namun ada saja faktor yang menghalanginya. Faktor-faktor tersebut antara lain : dukungan dari pihak pemerintahan yang sangat minim, pihak-pihak yang iri dengan pencapaian Pak Hamdi, dan masyarakat yang pragmatis.
Padahal ada banyak hal berharga yang belum dikembangkan di desa ini. Ketika pulau-pulau lain mulai sudah mencari spesalisasi pariwisatanya, pulau ini masih berjuang untuk mancari potensinya. Salah satu potensi yang sangat besar menurut saya adalah kerajinan miniatur kapal yang sedang dirintis oleh Pak Hamdi, Pak Michael, Pak Rahmat, dkk . Miniatur kapal ini terbuat dari batang korek api bekas. Dengan teliti dan ketekunan yang super mereka mengerjakan satu demi satu bagian kapal, mulai dari badan kapal hingga layarnya. Sungguh teliti dan sabar sekali. Saya dan rekan saya, Fithrya pun tertarik mencoba membantu merangkai korek api tersebut. Namun yang terjadi kemudian sudah bisa ditebak, karena belum terbiasa, tangan saya kesakitan ketika membentuk korek api, dan saya pun menyerah.

Hasil karya miniatur kapal sangat bagus dan sangat berpotensi untuk dijadikan bisnis dan dapat pula dijadikan oleh-oleh khas dari Pulau Panggang. Di samping memanfaatkan koreka api bekas untuk kerajinan tangan, sampah-sampah yang banyak bertaburan di tepi pantai juga berpotensi untuk diolah dan menghasilkan barang yang nilai jualnya jauh lebih tinggi. Jenis sampah yang dari segi jumlah cukup banyak dan berpotensi untuk didaur ulang adalah sterofom, botol kaca, sampah plastik. Dan masih banyak lainnya. Jadi selain menambah nilai guna sampah, pemanfaatan sampah ini juga membantu pembersihan pantai yang memang tidak memiliki petugas khusus.




Selain kegiatan karya seni, kegiatan budidaya hasil laut juga merupakan potensi yang harus dikembangkan secara serius mengingat kondisi alam yang kurang bersahabat untuk melaut. Budidaya yang bisa dikembangkan antara lain budidaya ikan beronang (karena selama ini yang sering dibudidaya adalah ikan kerapu), budidaya lumut (sebagai pakan alami ikan). Kedu budidaya ini akan menghasilkan tambak ikan semi alami, di mana ikan yang dibudaya adalah ikan beronang dan pakan yang diberikan adalah pakan alami ikan tersebut, yaitu lumut. Perpaduan keduanya akan menghasilkan ikan beronang yang sehat, karena jika biasanya budidaya tambak biasa menggunakan pellet sebagai pakan, ikan yang dihasilkan mudah sakit dan tidak tahan banting.
Masih banyak lagi potensi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian penduduk Pulau Panggang, namun jika potensi-potensi di atas saja secara serius dikerjakan maka taraf hidup masyarakat sudah pasti akan meningkat. Potensi di atas butuh penanganan serius, siapakah yang juga serius mau membantu orang Pulo ini?
 
Sumber : niahutajulu 
 
 

Related Posts:

  • Elang Bondol Di Kepulauan Seribu Terancam Elang Bondol Benua asia dihuni sekitar 90 jenis raptor dan sekitar 71 (Sukmantoro, et al,2007) jenis raptor diurnal berada di indonesia dan sekitar 15 jenis merupakan jenis yang endemeiuk di Indonesia bahkan be… Read More
  • ILMUWAN TEMUKAN FOSIL HIDUP BERUMUR 200 JUTA TAHUN Belut ini memiliki banyak keunggulan yang dimiliki belut primitif. Ahli biologi melaporkan sebuah spesies belut baru yang ditemukan dalam gua bawah laut sedalam 35 meter di tepi sebuah pulau di negara Palau, Pasi… Read More
  • MASIH BERJUANG MENJADI NEGARA MARITIM Indonesia dengan luas wilayahnya yang sebagian besar lautan, sepantasnya disebut negara maritim. Namun, sebutan negara maritim yang sudah melekat pada masyarakat Indonesia ternyata belum terbukti. Masih banyak ya… Read More
  • BUDI DAYA KERAPU BISA RUSAK TERUMBU Budidaya kerapu merupakan salah satu upaya untuk mencegah pengambilan ikan karang tersebut secara langsung di alam. Namun, budidaya yang tidak efisien juga tetap bisa merusak ekosistem terumbu karang. Demikian dik… Read More
  • KERAJAAN YANG RAPUH Dari polip karang yang mungil, tumbuh sesuatu yang menakjubkan: Great Barrier Reef Australia. Mungkinkah semuanya akan binasa? Tidak jauh di bawah permukaan Laut Koral, tempat menetapnya Karang Penghalang Besar, gigi… Read More

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu