Biar ngirit, kami berangkat naik kapal ke Pulau Pramuka lewat pasar ikan Muara Angke Kapal ke Pulau Pramuka hanya ada jam 07.00 dan jam 12.00. Setelah sempat nyasar ke Muara Baru, kami akhirnya nyampe juga di Muara Angke. Kesan pertama nyampe sana, bener disini teh ada pelabuhan buat orang?!? soalnya yang keliatan dimana-mana adalah gerobak-gerobak isi ikan, cumi, dan hasil laut lainnya. Dan ternyata sodara-sodara, dibalik jerigen-jerigen isi ikan, there it is.. sebuah kapal yang akan membawa kami ke Pulau Pramuka
Akhirnyaaaa… Setelah sekian lama kali ini saya menulis post yang bisa dikategorikan kedalam kategori “jalan-jalan” Beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman kantor liburan bareng ke Kepulauan Seribu. Sebelumnya, kami sempat mengadakan polling pulau mana yang akan dikunjungi di Kepulauan Seribu (maklum, pulaunya ada seribu, gyahahahah ). Dan akhirnya, pilihan jatuh ke Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun, dan Pulau Air.
Kapal yang mengangkut kami ukurannya cukup besar. Penumpang bisa memilih untuk duduk lesehan di atas kapal yang diberi atap tenda atau di lambung kapal. Karena datang terlambat, kapal sudah penuh, dan kami pun duduk di bagian lambung kapal yang dialasi terpal. Fasilitasnya lengkap loh, ada televisi dan kipas angin juga. Bagian depan dan belakang kapal penuh dengan berbagai barang: tabung gas, mie, beras, telur, kelapa, tikar, dan sebagainya. Ternyata, walaupun jaraknya cuma sekitar 2 jam dari Jakarta, di Kepulauan Seribu, semua barang didatangkan dari Jakarta, kecuali ikan tentunya
Untuk yang jarang naik kapal, ga perlu khawatir ama kapal ini, ga goyang-goyang amat ko, ga perlu minum antimo. Saya yang udah keburu panik duluan langsung nenggak antimo beberapa saat sebelum nyampe Muara Baru (yang ternyata nyasar), dan saya baru tau klo efek antimo itu dahsyat bangettt Ditengah perjalanan, ada semacam kenek yang menagih ongkos kapal, Rp. 25.000,- per orang, lumayan juga utuk perjalanan selama 2.5 jam sampai ke Pulau Pramuka.
Setibanya di Pulau Pramuka, kami langsung menuju ke penginapan. Pulau Pramuka ternyata ga gede-gede amat, Bisa keliatan ujung ke ujung. Karena udah terkenal sebagai tempat wisata, disana banyak penginapan dan tempat penyewaan perahu/alat snorkling. Harganya cukup feasible dan bisa ditawar kalau mau senyum manis dan masang tampang kaya kucing shrek Karena bareng-bareng, kami menginap di wisma tamu yang bentuknya kaya barrack. Kalau dihitung, harga kamar per orangnya sekitar Rp. 50.000 per orang. Fasilitasnya AC, kamar mandi dalam, dan dispenser. Cuma jangan lupa bawa anti nyamuk karena nyamuknya aduhai airnya rada asin karena deket pantai, dan AC-nya juga suka ngejeglek2, harap maklum, di Pulau Pramuka yang katanya masuk propinsi DKI Jakarta, listrik cuma ada dari jam 4 sore sampe jam 7 pagi. Jadi, jangan lupa ngecharge HP dan kamera yaa..
Dateng-dateng, kami langsung disuguhi makan siang. Masakannya masakan rumah, nasi, sup sayur, ikan asin, cumi saus tiram, lalapan, dan sambal. Jangan ngarep makan ayam di sini. Ayam harus diimpor dari muara angke soalnya. Mungkin ini sebabnya orang Kepulauan Seribu pinter-pinter. Menurut cerita ibu-ibu disana, pas UAN SMA kemarin, se-Kepulauan Seribu, cuma sedikit yang ga lulus. Habis dari kecil makan ikan mulu kali yaaaaa… Bagi yang datang sendirian atau dalam rombongan kecil, di Pulau Pramuka banyak warung makan juga ko, jadi ga usah khawatir kelaparan deh
Setelah kenyang makan, barulah kami kemudian snorkling ke Pulau Semak Daun. Untuk mencapai Pulau Semak Daun, kami naik kapal kayu bermotor dari pelabuhan Pulau Pramuka. Perjalanannya kurang lebih memakan waktu 30 menit. Tidak seperti Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun adalah pulau yang tidak berpenghuni. Disana hanya ada sebuah rumah kecil yang dilengkapi dengan toilet, mungkin untuk beristirahat sejenak. Sampai di Pulau Semak Daun, karena kami rombongan yang awam sama snorkling, kami latihan snorkling dulu sebelum akhirnya snorkling beneran. Pertamanya rada deg-degan juga sih, secara belum pernah nyebur dan berenang di air laut. Saya cukup ga pede karena bisa berenang tapi ga bisa watertrappen. Laut kan gedeee, masa kudu berenang mulu, hueheheheh
Ehhh, ternyata oh ternyata, selain dibagikan alat snorkling dan sepatu katak, dibagikan pelampung juga, aman deh Pertama, kami diajari teknik menggunakan alat snorkling. Alat snorkling harus dipakai diatas telinga, dan harus dipastikan pula alatnya nempel langsung ke dahi kita, ga ada rambut atau benda lain yang kejepit karena bisa bikin aer masuk ke kacamata. Pipa yang buat napas dipakai dengan cara digigit, tapi ga usah kenceng-kenceng Pernapasannya gampang, pake pernapasan mulut biasa. Alat snorkling ini bisa disewa seharga Rp 35.000,-. Sedangkan perahu (lengkap dengan awaknya) bisa disewa seharga Rp. 250.000,-.
Setelah paham dengan SOP pemakaian alat-alat snorkling, kami disuruh nyelup-nyelup ke aer untuk membiasakan bernapas dengan alat snorkling. Dan apa yang terjadi sodara-sodara, saya ga berhasil bernapas! Sampe berulangkali minum air laut, yang ternyata asin banget yaaaa Huaaaaa, pantang menyerah, saya pun terus mencoba, sampe panas tenggorokannya gara-gara keminum air laut terus, wahahahhaa
Akhirnya, pertolongan datang juga. Mungkin ada mas panitia yang ngeliat saya berulang kali batuk-batuk gara-gara minum aer laut. Dan ternyataaa, setelah dicek ama masnya, emang alatnya udah rusak, wahahahhaha. Si mas pun langsung ngambilin alat snorkling baru buat saya. Ajaib! ternyata napasnya jadi gampang buanguetttttt Tau gituuu, ga perlu kelelegen air laut ampe bergelas-gelas (lebay )
Setelah lelah snorkling, kami melanjutkan perjalanan naik kapal ke Pulau Air. Pulau ini katanya sih punyanya mertuanya Dian Sastro. Pasirnya putih, viewnya bagus, sayang banyak sampah berlabuh di pulaunya. Satu hal yang mencolok selama perjalanan ke berbagai pulau di Kepulauan Seribu: sampah.. Pulau Seribu tidak punya instalasi pengolahan sampah. Alhasil, penduduknya buang sampah gitu aja ke laut. Akibatnya, begitu laut pasang, berlabuhlah sampah-sampah di pantai Kepulauan Seribu. Antara pulau satu dengan pulau lainnya tuker-tukeran sampah aja
Perjalanan kami akhiri dengan menikmati sunset di pulau yang saya lupa namanya. Yang jelas, di tengahnya ada restoran Nusa, tempat saya dan teman-teman yang basah kedinginan beli teh anget Restoran ini juga menjual hasil laut Kepulauan Seribu yang sudah di-packing rapi. Ada bawal karang, udang, dan sebagainya. Buat yang hobi ama stiker dan kaos, restoran ini juga menyediakannya untuk oleh-oleh.
Setelah menikmati sunset, kami berlayar kembali ke Pulau Pramuka. Sampai disana, ikan bakar dan cumi bakar sudah menanti. Jenis ikannya banyaaaaak, senangnyaaa. Ada bawal karang yang tadi, tengiri, kuwe, ayam-ayam, baronang, dan sebagainya. Langsung serbu deh Satu lagi yang mencolok, di Pulau Pramuka, banyak kucing! Kucing-kucing ini beneran kucing garong, gede-gede, dan gemuk-gemuk. Beberapa lengkap dengan codet dan tampang preman. Mereka bisa dengan nyantainya nungguin kita makan. Udah gitu, milih lagi kalo dikasi makanan. Mereka ga mau makan cumi, mungkin kolesterol tinggi ya kayanya emang gaya hidup kucing di pulau ini cukup berkelas
Oh iya, di Pulau Pramuka, ada penangkaran penyu, konservasi bakau, dan peternakan terumbu karang yang juga bisa dikunjungi. Di tempat penangkaran penyu, saya berjumpa dengan seekor penyu yang cacat. Tempurungnya pecah, mungkin dulu bekas tertimpa benda keras atau tersangkut sesuatu. Alhasil, hingga sekarang tempurungnya bengkok. kalau diibaratkan tempurung penyu biasa sebagai lensa cembung, si penyu ini punya tempurung yang bentuknya lensa cekung, kasian kan Akibatnya, dia seumur-umur akan hidup di penangkaran karena ga akan bisa survive kalau dilepas ke alam..
Besoknya, kami pulang ke Jakarta. Kali ini naik kapal yang bagusan, speed boat yang berlabuh di Marina Ancol. KM Kerapu namanya. Kapal ini mampir-mampir ke berbagai pulau lain dulu. Namun, biarpun mampir-mampir, perjalanan dari Pulau Pramuka ke Jakarta normalnya ditempuh selama 1.5 jam. Saya bilang normalnya karena speedboat kami kesangkut sampah di tengah laut sehingga kami harus dievakuasi ke kapal lain dan perjalanan jadi ditempuh selama 2 jam. Harga tiketnya lupa, yang jelas ga beda jauh ama kapal yang dari Muara Angke. Cumaaaa, kalau yang ini ombaknya lebih kerasa. Beuuuh, udah setengah mati aja nahan mualnya. Untung di dalemnya ada mba pramugari yang segera ngajarin saya untuk berdiri melawan gempuran ombak Teluk Jakarta
Overall, berlibur ke Kepulauan Seribu bisa jadi salah satu escape plan yang recommended buat yang ingin berlibur tapi hanya punya waktu dan budget yang terbatas. Baidewei, masih penasaran ama snorkling di Pulau Putri nih. Lebih mahal siih, tapi katanya lebih bagus. Ada yang bisa berbagi pengalaman?
Akhirnyaaaa… Setelah sekian lama kali ini saya menulis post yang bisa dikategorikan kedalam kategori “jalan-jalan” Beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman kantor liburan bareng ke Kepulauan Seribu. Sebelumnya, kami sempat mengadakan polling pulau mana yang akan dikunjungi di Kepulauan Seribu (maklum, pulaunya ada seribu, gyahahahah ). Dan akhirnya, pilihan jatuh ke Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun, dan Pulau Air.
Kapal yang mengangkut kami ukurannya cukup besar. Penumpang bisa memilih untuk duduk lesehan di atas kapal yang diberi atap tenda atau di lambung kapal. Karena datang terlambat, kapal sudah penuh, dan kami pun duduk di bagian lambung kapal yang dialasi terpal. Fasilitasnya lengkap loh, ada televisi dan kipas angin juga. Bagian depan dan belakang kapal penuh dengan berbagai barang: tabung gas, mie, beras, telur, kelapa, tikar, dan sebagainya. Ternyata, walaupun jaraknya cuma sekitar 2 jam dari Jakarta, di Kepulauan Seribu, semua barang didatangkan dari Jakarta, kecuali ikan tentunya
Untuk yang jarang naik kapal, ga perlu khawatir ama kapal ini, ga goyang-goyang amat ko, ga perlu minum antimo. Saya yang udah keburu panik duluan langsung nenggak antimo beberapa saat sebelum nyampe Muara Baru (yang ternyata nyasar), dan saya baru tau klo efek antimo itu dahsyat bangettt Ditengah perjalanan, ada semacam kenek yang menagih ongkos kapal, Rp. 25.000,- per orang, lumayan juga utuk perjalanan selama 2.5 jam sampai ke Pulau Pramuka.
Setibanya di Pulau Pramuka, kami langsung menuju ke penginapan. Pulau Pramuka ternyata ga gede-gede amat, Bisa keliatan ujung ke ujung. Karena udah terkenal sebagai tempat wisata, disana banyak penginapan dan tempat penyewaan perahu/alat snorkling. Harganya cukup feasible dan bisa ditawar kalau mau senyum manis dan masang tampang kaya kucing shrek Karena bareng-bareng, kami menginap di wisma tamu yang bentuknya kaya barrack. Kalau dihitung, harga kamar per orangnya sekitar Rp. 50.000 per orang. Fasilitasnya AC, kamar mandi dalam, dan dispenser. Cuma jangan lupa bawa anti nyamuk karena nyamuknya aduhai airnya rada asin karena deket pantai, dan AC-nya juga suka ngejeglek2, harap maklum, di Pulau Pramuka yang katanya masuk propinsi DKI Jakarta, listrik cuma ada dari jam 4 sore sampe jam 7 pagi. Jadi, jangan lupa ngecharge HP dan kamera yaa..
Dateng-dateng, kami langsung disuguhi makan siang. Masakannya masakan rumah, nasi, sup sayur, ikan asin, cumi saus tiram, lalapan, dan sambal. Jangan ngarep makan ayam di sini. Ayam harus diimpor dari muara angke soalnya. Mungkin ini sebabnya orang Kepulauan Seribu pinter-pinter. Menurut cerita ibu-ibu disana, pas UAN SMA kemarin, se-Kepulauan Seribu, cuma sedikit yang ga lulus. Habis dari kecil makan ikan mulu kali yaaaaa… Bagi yang datang sendirian atau dalam rombongan kecil, di Pulau Pramuka banyak warung makan juga ko, jadi ga usah khawatir kelaparan deh
Setelah kenyang makan, barulah kami kemudian snorkling ke Pulau Semak Daun. Untuk mencapai Pulau Semak Daun, kami naik kapal kayu bermotor dari pelabuhan Pulau Pramuka. Perjalanannya kurang lebih memakan waktu 30 menit. Tidak seperti Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun adalah pulau yang tidak berpenghuni. Disana hanya ada sebuah rumah kecil yang dilengkapi dengan toilet, mungkin untuk beristirahat sejenak. Sampai di Pulau Semak Daun, karena kami rombongan yang awam sama snorkling, kami latihan snorkling dulu sebelum akhirnya snorkling beneran. Pertamanya rada deg-degan juga sih, secara belum pernah nyebur dan berenang di air laut. Saya cukup ga pede karena bisa berenang tapi ga bisa watertrappen. Laut kan gedeee, masa kudu berenang mulu, hueheheheh
Ehhh, ternyata oh ternyata, selain dibagikan alat snorkling dan sepatu katak, dibagikan pelampung juga, aman deh Pertama, kami diajari teknik menggunakan alat snorkling. Alat snorkling harus dipakai diatas telinga, dan harus dipastikan pula alatnya nempel langsung ke dahi kita, ga ada rambut atau benda lain yang kejepit karena bisa bikin aer masuk ke kacamata. Pipa yang buat napas dipakai dengan cara digigit, tapi ga usah kenceng-kenceng Pernapasannya gampang, pake pernapasan mulut biasa. Alat snorkling ini bisa disewa seharga Rp 35.000,-. Sedangkan perahu (lengkap dengan awaknya) bisa disewa seharga Rp. 250.000,-.
Setelah paham dengan SOP pemakaian alat-alat snorkling, kami disuruh nyelup-nyelup ke aer untuk membiasakan bernapas dengan alat snorkling. Dan apa yang terjadi sodara-sodara, saya ga berhasil bernapas! Sampe berulangkali minum air laut, yang ternyata asin banget yaaaa Huaaaaa, pantang menyerah, saya pun terus mencoba, sampe panas tenggorokannya gara-gara keminum air laut terus, wahahahhaa
Akhirnya, pertolongan datang juga. Mungkin ada mas panitia yang ngeliat saya berulang kali batuk-batuk gara-gara minum aer laut. Dan ternyataaa, setelah dicek ama masnya, emang alatnya udah rusak, wahahahhaha. Si mas pun langsung ngambilin alat snorkling baru buat saya. Ajaib! ternyata napasnya jadi gampang buanguetttttt Tau gituuu, ga perlu kelelegen air laut ampe bergelas-gelas (lebay )
Setelah latihan beres, kami pun naek kapal lagi ke spot-spot snorkling di seputaran Pulau Semak Daun. Waaaaw, ternyata bagus. Walaupun di beberapa tempat udah ada karang yang mati dan menurut temen yang udah pernah snorkling di Lombok ga segitunya, tetep aja buat pengalaman pertama snorkling cukup berkesan. Ada bintang laut warna biru looh. Ternyata bintang laut itu kalau dipegang keras ya. Padahal kebayangnya kaya megang Patrick Star, genjuk-genjuk klo orang jawa bilang
Setelah lelah snorkling, kami melanjutkan perjalanan naik kapal ke Pulau Air. Pulau ini katanya sih punyanya mertuanya Dian Sastro. Pasirnya putih, viewnya bagus, sayang banyak sampah berlabuh di pulaunya. Satu hal yang mencolok selama perjalanan ke berbagai pulau di Kepulauan Seribu: sampah.. Pulau Seribu tidak punya instalasi pengolahan sampah. Alhasil, penduduknya buang sampah gitu aja ke laut. Akibatnya, begitu laut pasang, berlabuhlah sampah-sampah di pantai Kepulauan Seribu. Antara pulau satu dengan pulau lainnya tuker-tukeran sampah aja
Perjalanan kami akhiri dengan menikmati sunset di pulau yang saya lupa namanya. Yang jelas, di tengahnya ada restoran Nusa, tempat saya dan teman-teman yang basah kedinginan beli teh anget Restoran ini juga menjual hasil laut Kepulauan Seribu yang sudah di-packing rapi. Ada bawal karang, udang, dan sebagainya. Buat yang hobi ama stiker dan kaos, restoran ini juga menyediakannya untuk oleh-oleh.
Setelah menikmati sunset, kami berlayar kembali ke Pulau Pramuka. Sampai disana, ikan bakar dan cumi bakar sudah menanti. Jenis ikannya banyaaaaak, senangnyaaa. Ada bawal karang yang tadi, tengiri, kuwe, ayam-ayam, baronang, dan sebagainya. Langsung serbu deh Satu lagi yang mencolok, di Pulau Pramuka, banyak kucing! Kucing-kucing ini beneran kucing garong, gede-gede, dan gemuk-gemuk. Beberapa lengkap dengan codet dan tampang preman. Mereka bisa dengan nyantainya nungguin kita makan. Udah gitu, milih lagi kalo dikasi makanan. Mereka ga mau makan cumi, mungkin kolesterol tinggi ya kayanya emang gaya hidup kucing di pulau ini cukup berkelas
Oh iya, di Pulau Pramuka, ada penangkaran penyu, konservasi bakau, dan peternakan terumbu karang yang juga bisa dikunjungi. Di tempat penangkaran penyu, saya berjumpa dengan seekor penyu yang cacat. Tempurungnya pecah, mungkin dulu bekas tertimpa benda keras atau tersangkut sesuatu. Alhasil, hingga sekarang tempurungnya bengkok. kalau diibaratkan tempurung penyu biasa sebagai lensa cembung, si penyu ini punya tempurung yang bentuknya lensa cekung, kasian kan Akibatnya, dia seumur-umur akan hidup di penangkaran karena ga akan bisa survive kalau dilepas ke alam..
Besoknya, kami pulang ke Jakarta. Kali ini naik kapal yang bagusan, speed boat yang berlabuh di Marina Ancol. KM Kerapu namanya. Kapal ini mampir-mampir ke berbagai pulau lain dulu. Namun, biarpun mampir-mampir, perjalanan dari Pulau Pramuka ke Jakarta normalnya ditempuh selama 1.5 jam. Saya bilang normalnya karena speedboat kami kesangkut sampah di tengah laut sehingga kami harus dievakuasi ke kapal lain dan perjalanan jadi ditempuh selama 2 jam. Harga tiketnya lupa, yang jelas ga beda jauh ama kapal yang dari Muara Angke. Cumaaaa, kalau yang ini ombaknya lebih kerasa. Beuuuh, udah setengah mati aja nahan mualnya. Untung di dalemnya ada mba pramugari yang segera ngajarin saya untuk berdiri melawan gempuran ombak Teluk Jakarta
Overall, berlibur ke Kepulauan Seribu bisa jadi salah satu escape plan yang recommended buat yang ingin berlibur tapi hanya punya waktu dan budget yang terbatas. Baidewei, masih penasaran ama snorkling di Pulau Putri nih. Lebih mahal siih, tapi katanya lebih bagus. Ada yang bisa berbagi pengalaman?
Sumber : tsaraswati