Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dalam menyelamatkan habitat laut di Kepulauan Seribu, salahsatunya dengan melakukan transplantasi terumbu karang seperti yang dilakukan Tim Indonesia Reef. Setelah hampir 2 bulan absen, akhirnya Tim Indonesia Reef kembali melakukan kegiatan yang berorientasi menyelamatkan lingkungan. Sayangnya, disamping pengalaman seru dalam melakukan transplantasi terumbu karang, masih saja ditemui serakan sampah yang memenuhi celah-celah terumbu karang.
Untuk kali kedua, Tim Indonesia Reef bersama Yayasan Terangi kembali melakukan kegiatan penyelamatan lingkungan dengan pemeriksaan terumbu karang di wilayah Pulau Pramuka, Kep. Seribu. Dengan pasukan berjumlah 10 orang, pukul 07.00 WIB rekan – rekan Indonesia Reef dan Yayasan Terangi bersiap-siap kumpul di Dermaga Marina – Ancol untuk persiapan berangkat menuju lokasi kegiatan.
Sekitar 45 menit perjalanan dari Marina Ancol ke Pulau Pramuka, Pak Musphyanto selaku Dive Coordinator & Mas Nugi, staff ahli dari Yayasan Terangi segera memberikan materi singkat mengenai metode pemeriksaan terumbu karang kepada para peserta. Tanpa mengalami banyak kesulitan, tim penyelaman yang terdiri dari Pak Dede, Johannes, Bisma, dan Debbie dapat segera tanggap mengenai cara pengambilan data.
Di hari pertama, seluruh anggota tim mendapat tugas untuk mengambil data terumbu karang di dua titik lokasi penyelaman, yakni di kawasan Pulau Pari dan Pulau Tidung. Pada lokasi pertama di Pulau Pari yang berjarak sekitar 40 menit, Dive Coordinator segera membagi seluruh anggota menjadi dua tim, masing–masing tim melakukan penelitian di kedalaman lima dan 10 meter. Di lokasi kedua yang berada di kawasan Pulau Tidung, tim kembali mendata substrat, invert, dan ikan di kedalaman lima dan 10 meter.
Selanjutnya, dive spot berikut di kawasan Pulau Air, yang pada sore itu visibility-nya hanya berjarak tiga meter. Dari penyelaman yang dilakukan, saya banyak melihat rubbles dan jarang sekali menemukan karang keras yang beraneka warna, mayoritas berwarna coklat dan putih (coral bleaching). Hal ini disebabkan karena global warming di sekitar perairan yang sempat berlangsung cukup lama.
Pagi harinya, kami merencanakan untuk melakukan kegiatan transplantasi terumbu karang di kawasan Pulau Panggang dengan didampingi dua rekan dari SMU 69 – P.Pramuka. Ini merupakan hal pertama bagi saya, bahwa karang keras yang beragam warnanya masih bisa diselamatkan dan dilestarikan. Dengan berbekal pisau lipat, kami bertugas untuk mencabut karang – karang keras dari tempat pengembangbiakan dan menaruhnya kembali di lokasi yang sudah disediakan.
Dengan hati–hati kami mencoba meletakkan masing – masing karang di tempat barunya. Moga–moga di beberapa waktu ke depan, karang–karang tersebut dapat tumbuh dengan baik tanpa harus mengalami kerusakan fatal. Tak lupa Pak Mus juga sudah menandakan dengan GPS titik transplantasi dan kami berinisiatif untuk memberikan nama spot sebagai “NGI Reef” J
Di kesempatan penyelaman keempat, kami juga berinisiatif melakukan Reef Clean Up yang mengambil spot tepat di depan Pulau Pramuka. Beragam jenis sampah ditemukan, seperti wadah pasta gigi, kaleng minuman ringan, botol, plastik makanan dll. Rupanya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih sangat minim. Ini merupakan tugas dan tanggungjawab kita untuk menjaga kelestarian alam, baiknya dimulai dari diri sendiri, apakah kita sudah bisa menerapkan hal–hal tersebut dalam kehidupan sehari–hari.
Untuk kali kedua, Tim Indonesia Reef bersama Yayasan Terangi kembali melakukan kegiatan penyelamatan lingkungan dengan pemeriksaan terumbu karang di wilayah Pulau Pramuka, Kep. Seribu. Dengan pasukan berjumlah 10 orang, pukul 07.00 WIB rekan – rekan Indonesia Reef dan Yayasan Terangi bersiap-siap kumpul di Dermaga Marina – Ancol untuk persiapan berangkat menuju lokasi kegiatan.
Sekitar 45 menit perjalanan dari Marina Ancol ke Pulau Pramuka, Pak Musphyanto selaku Dive Coordinator & Mas Nugi, staff ahli dari Yayasan Terangi segera memberikan materi singkat mengenai metode pemeriksaan terumbu karang kepada para peserta. Tanpa mengalami banyak kesulitan, tim penyelaman yang terdiri dari Pak Dede, Johannes, Bisma, dan Debbie dapat segera tanggap mengenai cara pengambilan data.
Di hari pertama, seluruh anggota tim mendapat tugas untuk mengambil data terumbu karang di dua titik lokasi penyelaman, yakni di kawasan Pulau Pari dan Pulau Tidung. Pada lokasi pertama di Pulau Pari yang berjarak sekitar 40 menit, Dive Coordinator segera membagi seluruh anggota menjadi dua tim, masing–masing tim melakukan penelitian di kedalaman lima dan 10 meter. Di lokasi kedua yang berada di kawasan Pulau Tidung, tim kembali mendata substrat, invert, dan ikan di kedalaman lima dan 10 meter.
Selanjutnya, dive spot berikut di kawasan Pulau Air, yang pada sore itu visibility-nya hanya berjarak tiga meter. Dari penyelaman yang dilakukan, saya banyak melihat rubbles dan jarang sekali menemukan karang keras yang beraneka warna, mayoritas berwarna coklat dan putih (coral bleaching). Hal ini disebabkan karena global warming di sekitar perairan yang sempat berlangsung cukup lama.
Pagi harinya, kami merencanakan untuk melakukan kegiatan transplantasi terumbu karang di kawasan Pulau Panggang dengan didampingi dua rekan dari SMU 69 – P.Pramuka. Ini merupakan hal pertama bagi saya, bahwa karang keras yang beragam warnanya masih bisa diselamatkan dan dilestarikan. Dengan berbekal pisau lipat, kami bertugas untuk mencabut karang – karang keras dari tempat pengembangbiakan dan menaruhnya kembali di lokasi yang sudah disediakan.
Dengan hati–hati kami mencoba meletakkan masing – masing karang di tempat barunya. Moga–moga di beberapa waktu ke depan, karang–karang tersebut dapat tumbuh dengan baik tanpa harus mengalami kerusakan fatal. Tak lupa Pak Mus juga sudah menandakan dengan GPS titik transplantasi dan kami berinisiatif untuk memberikan nama spot sebagai “NGI Reef” J
Di kesempatan penyelaman keempat, kami juga berinisiatif melakukan Reef Clean Up yang mengambil spot tepat di depan Pulau Pramuka. Beragam jenis sampah ditemukan, seperti wadah pasta gigi, kaleng minuman ringan, botol, plastik makanan dll. Rupanya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih sangat minim. Ini merupakan tugas dan tanggungjawab kita untuk menjaga kelestarian alam, baiknya dimulai dari diri sendiri, apakah kita sudah bisa menerapkan hal–hal tersebut dalam kehidupan sehari–hari.