Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 hektar, merupakan kawasan perairan laut sampai batas pasang tertinggi, pada geografis antara 5°24' - 5°45' LS dan 106°25' - 106°40' BT, termasuk kawasan darat Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50 hektar.
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m.
Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan TNKpS yang berjumlah 78 pulau, diantaranya 20 pulau sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian penduduk dan sisanya dikelola perorangan atau badan usaha.
2. Demografi dan Potensi Makro
Penduduk Kepulauan Seribu berjumlah 4.920 KK (660 Keluarga Pra Sejahtera), diantaranya 65 % bermukim di Pulau Pemukiman (Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, dan Pulau Harapan) yang berada di dalam Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Mata Pencaharian Pokok Masyarakat adalah Nelayan Tangkap 70,99 %, utamanya Nelayan Tangkap termasuk Nelayan Jaring MUROAMI (jaring yang tidak ramah lingkungan karena merusak karang) dan sebagian kecil masih menggunakan Racun POTASIUM SIANIDA dan atau dinamit.
Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66 %) dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699 Orang per hari (73 %) adalah kapasitas dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
3. Potensi Sumber Daya Alam
TNKpS mempunyai sumber daya alam yang khas yaitu keindahan alam laut dengan ekosistem karang yang unik seperti terumbu karang, ikan hias dan ikan konsumsi, echinodermata, crustacea, molusca, penyu, tumbuhan laut dan darat, mangrove, padang lamun, dan lain-lain.
Terumbu karang di kawasan perairan ini membentuk ekosistem khas daerah tropik, pulau-pulaunya dikelilingi terumbu karang tepian (fringing reef) dengan kedalaman 1 - 20 meter.
Terumbu karang merupakan salah satu sub sistem ekosistem perairan laut yang produktif, yaitu dengan produktivitas primernya mencapai sekitar 10.000 gram Carbon/m2/tahun, sangat tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas perairan laut lepas pantan hanya sekitar 50-100 gram Carbon/m2/tahun.
Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan adalah jenis karang keras ( hard coral ) seperti karang batu ( massive coral ) misalnya Monstastrea dan Labophyllia ; karang meja ( Table coral ); karang kipas ( Gorgonia ); karang daun ( Leaf coral ); karang jamur ( Mushroom coral ); dan jenis karang lunak ( Soft coral ).
Jenis ikan hias yang banyak ditemukan diantara-nya adalah jenis-jenis yang termasuk dalam famili Chaetodontidae, Apogonidae dan Pomancanthidae , sedangkan jenis Ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi antara lain adalah Baronang (Family Siganidae ), Ekor Kuning (Family Caesiodiae ), Kerapu (Family Serranidae ) dan Tongkol ( Eutynus sp. ).
Echinodermata yang banyak dijumpai diantaranya adalah Bintang Laut, Lili Laut, Teripang dan Bulu Babi yang juga merupakan indikator kerusakan terumbu karang. C rustacea yang banyak dikonsumsi antara lain Kepiting, Rajungan ( Portumus sp. ) dan Udang Karang ( Spiny lobster ). Moluska (binatang lunak) yang dijumpai terdiri dari Gastropoda, Pelecypoda , termasuk jenis yang dilindungi diantaranya adalah Kima Raksasa ( Tridacna gigas ) dan Kima Sisik ( Tridacna squamosa ).
Kawasan TNKpS merupakan habitat bagi Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata ) yang dilindungi, dan keberadaannya cenderung semakin langka. Dalam upaya pelestarian satwa ini, selain dilakukan perlindungan terhadap tempat-tempat penelurannya seperti Pulau Peteloran Timur, Penjaliran Barat, Penjaliran Timur dan Pulau Belanda, telah dilakukan juga pengembangan pusat penetasan, pembesaran dan pelepasliaran Penyu Sisik di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa.
Kegiatan di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa tersebut dilakukan dengan cara mengambil telur dari pulau-pulau tempat bertelur untuk ditetaskan secara semi alami. Anak penyu (tukik) hasil penetasan tersebut kemudian sebagian dilepaskan kembali ke alam, dan sisanya dipelihara untuk dilepaskan secara bertahap.
Untuk jenis tumbuhan laut, Kawasan TNKpS ditumbuhi jenis lamun (seagrass) seperti thalasia dan enhalus, dan ganggang laut/ algae/rumput laut (seaweed) seperti Halimeda, Sargassum dan Caulerpa . Jenis-jenis tumbuhan darat yang banyak ditemukan antara lain adalah Kelapa ( Cocos nucifera ), Mengkudu ( Morinda citrifolia ), Ketapang ( Terminalia catappa ), Butun ( Baringtonia asiatica ), Sukun ( Artocarpus atilis ), Pandan Laut ( Pandanus tectorius ), Sentigi ( Pemphis acidula ), dan Cemara Laut ( Casuarina equisetifolia ).
Di beberapa pulau juga ditemukan ekosistem mangrove yang di dominasi oleh jenis-jenis Bakau ( Rhizophora sp. ), Api-api ( Avicenia sp. ), Tancang (Bruguiera sp. ), Temu dan Prepat ( Sonneratia sp. ).
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m.
Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan TNKpS yang berjumlah 78 pulau, diantaranya 20 pulau sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian penduduk dan sisanya dikelola perorangan atau badan usaha.
2. Demografi dan Potensi Makro
Penduduk Kepulauan Seribu berjumlah 4.920 KK (660 Keluarga Pra Sejahtera), diantaranya 65 % bermukim di Pulau Pemukiman (Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, dan Pulau Harapan) yang berada di dalam Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Mata Pencaharian Pokok Masyarakat adalah Nelayan Tangkap 70,99 %, utamanya Nelayan Tangkap termasuk Nelayan Jaring MUROAMI (jaring yang tidak ramah lingkungan karena merusak karang) dan sebagian kecil masih menggunakan Racun POTASIUM SIANIDA dan atau dinamit.
Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66 %) dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699 Orang per hari (73 %) adalah kapasitas dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
3. Potensi Sumber Daya Alam
TNKpS mempunyai sumber daya alam yang khas yaitu keindahan alam laut dengan ekosistem karang yang unik seperti terumbu karang, ikan hias dan ikan konsumsi, echinodermata, crustacea, molusca, penyu, tumbuhan laut dan darat, mangrove, padang lamun, dan lain-lain.
Terumbu karang di kawasan perairan ini membentuk ekosistem khas daerah tropik, pulau-pulaunya dikelilingi terumbu karang tepian (fringing reef) dengan kedalaman 1 - 20 meter.
Terumbu karang merupakan salah satu sub sistem ekosistem perairan laut yang produktif, yaitu dengan produktivitas primernya mencapai sekitar 10.000 gram Carbon/m2/tahun, sangat tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas perairan laut lepas pantan hanya sekitar 50-100 gram Carbon/m2/tahun.
Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan adalah jenis karang keras ( hard coral ) seperti karang batu ( massive coral ) misalnya Monstastrea dan Labophyllia ; karang meja ( Table coral ); karang kipas ( Gorgonia ); karang daun ( Leaf coral ); karang jamur ( Mushroom coral ); dan jenis karang lunak ( Soft coral ).
Jenis ikan hias yang banyak ditemukan diantara-nya adalah jenis-jenis yang termasuk dalam famili Chaetodontidae, Apogonidae dan Pomancanthidae , sedangkan jenis Ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi antara lain adalah Baronang (Family Siganidae ), Ekor Kuning (Family Caesiodiae ), Kerapu (Family Serranidae ) dan Tongkol ( Eutynus sp. ).
Echinodermata yang banyak dijumpai diantaranya adalah Bintang Laut, Lili Laut, Teripang dan Bulu Babi yang juga merupakan indikator kerusakan terumbu karang. C rustacea yang banyak dikonsumsi antara lain Kepiting, Rajungan ( Portumus sp. ) dan Udang Karang ( Spiny lobster ). Moluska (binatang lunak) yang dijumpai terdiri dari Gastropoda, Pelecypoda , termasuk jenis yang dilindungi diantaranya adalah Kima Raksasa ( Tridacna gigas ) dan Kima Sisik ( Tridacna squamosa ).
Kawasan TNKpS merupakan habitat bagi Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata ) yang dilindungi, dan keberadaannya cenderung semakin langka. Dalam upaya pelestarian satwa ini, selain dilakukan perlindungan terhadap tempat-tempat penelurannya seperti Pulau Peteloran Timur, Penjaliran Barat, Penjaliran Timur dan Pulau Belanda, telah dilakukan juga pengembangan pusat penetasan, pembesaran dan pelepasliaran Penyu Sisik di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa.
Kegiatan di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa tersebut dilakukan dengan cara mengambil telur dari pulau-pulau tempat bertelur untuk ditetaskan secara semi alami. Anak penyu (tukik) hasil penetasan tersebut kemudian sebagian dilepaskan kembali ke alam, dan sisanya dipelihara untuk dilepaskan secara bertahap.
Untuk jenis tumbuhan laut, Kawasan TNKpS ditumbuhi jenis lamun (seagrass) seperti thalasia dan enhalus, dan ganggang laut/ algae/rumput laut (seaweed) seperti Halimeda, Sargassum dan Caulerpa . Jenis-jenis tumbuhan darat yang banyak ditemukan antara lain adalah Kelapa ( Cocos nucifera ), Mengkudu ( Morinda citrifolia ), Ketapang ( Terminalia catappa ), Butun ( Baringtonia asiatica ), Sukun ( Artocarpus atilis ), Pandan Laut ( Pandanus tectorius ), Sentigi ( Pemphis acidula ), dan Cemara Laut ( Casuarina equisetifolia ).
Di beberapa pulau juga ditemukan ekosistem mangrove yang di dominasi oleh jenis-jenis Bakau ( Rhizophora sp. ), Api-api ( Avicenia sp. ), Tancang (Bruguiera sp. ), Temu dan Prepat ( Sonneratia sp. ).