Cerita ke Pulo Secengnya gw sela dulu ya, soalnya
kemaren baru aja 1 Day Travel ke Pulau Onrust, yang ini sih sebenernya
ga jauh dari Jakarta, cuma sekitar setengah jam perjalanan dari Muara
Kamal...gw ke sana dalam rangka ikutan Pelesiran Tempo Doeloe (PTD)
yang diadain temen2 Sahabat Museum (Batmus), komunitas anak muda yang
doyan sama pelestarian situs2 bersejarah sambil jalan2...never heard of
them? gw ndiri juga belum terlalu lama sih tahu soal mereka, gw tau
dari milis mereka di Yahoogroups, di sana gw tau kalo mereka mengemas
semacam acara edutainmentyang memadukan antara pengenalan tempat2
bersejarah dan kronologis sejarahnya secara kontemporer dengan acara
jalan2 yang biasa disebut Pelesiran Tempo Doeloe (PTD).
Pulau
Onrust terletak di mulut Teluk Jakarta, dulunya digunakan sebagai
gerbang kedatangan kapal2 dagang asing yang mau masuk ke
Batavia...berikut adalah sekilas sejarah Pulau Onrust sebagaimana
disarikan dari itenerary-nya Adep (Boss-nya Batmus):
Onrust,
merupakan Bahasa Belanda yang artinya "tanpa istirahat" atau dalam
Bahasa Inggris-nya: "unrest". Namun pulau ini sekarang sudah
beristirahat sama sekali. Tak ada lagi hiruk-pikuk manusia-manusia
sibuk dan aktifitas yang doeloe biasa dilakukan di pulau ini. Hening,
tak bersuara. Penduduk di lingkungan kepulauan Seribu mengenal pulau
ini dengan sebutan Pulau Kapal, karena pada pertengahan abad ke-17
hingga 18 di pulau ini banyak kapal yang berlabuh setelah
berbulan-bulan menempuh samudera luas, sebelum memasuki perairan
Nusantara. Saking bagusnya pelayanan service kapal di pulau ini, Kapten
James Cook, penemu Benua Australia sempat melontarkan pujian ketika
kapal Endevour miliknya singgah dan diperbaiki di Pulau Onrust. Pada
abad ke-17, pulau ini merupakan pintu gerbang ke daratan Jakarta (doeloe
Batavia). Fungsi Pulau Onrust yang sebelumnya sebagai galangan kapal,
dermaga dan benteng pertahanan, pada tahun 1911 hingga tahun 1933,
berubah menjadi tempat karantina haji yang baru tiba dari Tanah Suci.
Setelah itu sempat dijadikan tempat tawanan pemberontak yang terlibat
dalam peristiwa kapal "Tujuh Propinsi" (Zeven Provincien). Di pulau ini,
juga terdapat sebuah museum yang merupakan bekas rumah dokter tempo
doeloe. Di dalam museum ini kita bisa melihat berbagai macam koleksi
peninggalan Pulau Onrust di masa-masa sibuknya, seperti porselein,
batu-batuan, pondasi dan sepatu besi buat para tahanan, yang fungsinya
sama seperti bola besi yang berantai.
Perjalanan
kali ini diawali dari kumpul pagi2 di parkiran Stasiun Kota (doeloe:
Station Beos), gw nyampe sono ga lama setelah jam menunjukkan pukul
setengah delapan, pretty on time pikir gw, tau ndiri kan bahwa wake up
early on weekend is really not interesting to me...langsung aja ikut
ngantre bareng peserta yang lagi pada daftar ulang, gw dapet nomor urut
86, sambil ngantre gw edarin pandangan ke sekitar, and voila, gw ga
ada yang kenal...FYI, ini pertama kali gw ikutan acaranya Batmus, jadi
ya wajar aja kalo ga familiar ma wajah2 para member Batmus...gw hari
itu edisi sendirian jadi begitu dapet nomer, gw keliling sambil
mengamati para peserta, peserta hari itu cukup banyak, dari jatah seat
150 orang hanya menyisakan kurang dari 10 kursi kosong...sekitar jam 8,
para peserta dikumpulin untuk dibriefing singkat mengenai trip qta
kali ini, dikomandani Adep dan Deedee, sekaligus juga memperkenalkan
narasumber tamu kali ini yaitu Pak Lilik...dari Stasiun Kota qta akan
meluncur ke Muara Kamal naik bus AC, udah disediain 3 bus untuk itu,
dan dijatah sesuai dengan nomor urut qta (gw dapet bus 2), perjalanan
akan memerlukan waktu sekitar setengah jam...dari sono, qta akan naik
kapal motor (kaya kapal ojeg kemaren) menuju destinasi pertama: Pulau
Bidadari...selain Pulau Bidadari qta juga akan mengunjungi Pulau Onrust
(destinasi utama), Pulau Cipir, dan Pulau Kelor....qta akan makan
siang pas di Pulau Onrust dengan menu ikan bakar dan daging rendang
(langsung ngeces dengernya :p~) dan pulang dari sana sekitar jam 3
hingga ETA di Stasiun Kota lagi sekitar jam 4...ga berapa lama para
peserta mulai digelandang menuju bus masing2 dan kemudian, off we go!!!
Pelabuhan
Muara Kamal ternyata beda jauh dari Muara Karang (tempat mendarat
pulang dari Pulau Seribu kemaren), jalan masuknya kecil, paling cuma
cukup untuk papasan bodi satu setengah mobil idealnya...beberapa kali
bus agak tersendat gara2 harus berhati2 supaya ga nyundul lapak2 di
kiri kanan jalan ataupun kendaraan dari arah berlawanan...begitu nyampe
dermaganya kirain kapalnya udah sandar di deket bus qta berhenti,
namun ternyata qta masih harus jalan meniti jembatan bambu yang
berbunyi kreket2 tiap kali melangkah (ngeri juga kalo tau2 jebol di
tengah jalan) melewati para nelayan yang lagi ngurus hasil tangkepannya
dan cuma bisa bengong ngeliatin penampilan para wisatawan ajaib
ini...terlihat pula beberapa ayam sedang mengais2 tumpukan cangkang
kerang untuk mencari makan, kayanya ayam di sini udah mengganti menu
makanannya menjadi seafood supaya bisa applicable di kalangan desa
nelayan...dan kalo ada orang yang bilang bahwa kerang ijo itu enak
banget, mungkin kalo lewat titian bambu itu akan langsung ilfil untuk
waktu yang cukup lama...Pak Lilik bahkan waktu itu sempet bilang,
meniti jembatan bambu ini latihan kalo ntar qta ngelewatin jembatan
shirathal mustaqim...di ujung jembatan udah menunggu empat kapal kayu
setipe dengan kapal ojeg cuma ukurannya lebih kecil, yang paling besar
katanya cuma muat 50 orang, sisanya kapasitas sekitar 30-an orang,
bandingkan dengan kapal ojeg kemaren yang bisa muat sekitar 60 orang
masih ditambah lagi perbekalan dan peralatan camping dan tetap gagah
walau diterpa gelombang sepanjang P. Pramuka - Muara Karang...gw cukup
beruntung dapet kapal yang ada atapnya dari terpal, karena kebetulan
pagi itu matahari udah mulai melek cukup lebar dan gw ga mau kepanasan
dimulai sejak awal perjalanan ke sana...kalo Adep bilang bahwa yang akan
qta naikin ini adalah "kapal motor bermesin mobil", ternyata ada anak
nelayan yang ngikut kapal gw mengklaim bahwa kapal yang gw naikin ini
mesinnya adalah mesin truk (biar cepet sampe katanya)...udah lewat dari
jam sembilan waktu mesin kapal mulai menderu, model setiran kapal ini
rada2 ajaib deh, berada justru di tengah2 kapal, sehingga si pengemudi
akan dikelilingi oleh para penumpang, perlengkapannya cuma sebuah setir
bundar, bangku kayu buat si pengemudi duduk, dan pedal gas yang cuma
berupa tuas kecil yang dihubungkan dengan senar ke mesin dan
dikendalikan cukup dengan ujung jari kaki si pengemudi, sisanya kami
cuma bisa pasrah pada keahlian navigasi sang pengemudi...and another
adventure is about to begin.
Perjalanan kali ini emang ga membutuhkan waktu lama kaya kemaren pas
ke Pulau Seribu, ga usah nunggu lama2 tujuan awal qta udah nampak di
depan mata: Pulau Bidadari...dari namanya sebenernya udah bisa ketebak
kalo pulau ini sekarang difungsikan sebagai objek wisata...zaman Ali
Sadikin jadi gubernur di Jakarta, kepulauan di kawasan Kepulauan Seribu
emang banyak yang dibuka untuk pariwisata...rimbunnya pepohonan
menyambut pandagan kami saat kapal makin mendekati dermaga
pulau...begitu merapat kami segera menapakkan kaki di dermaga pulau dan
kemudian berkumpul di tepian pulau menunggu aktivitas apa yang akan
menunggu kami di pulau ini...kali ini Adep langsung menyerahkan TOA
kepada Pak Lilik sebagai narasumber untuk menjelaskan kronologis
sejarah mengenai gugusan pulau di sekitar P. Bidadari dan P.
Onrust...P. Bidadari dulu lebih dikenal penduduk sekitar dengan nama
Pulau Sakit, mungkin karena di balik pulau ini ada P. Kelor yang
dulunya adalah tempat pengasingan bagi orang2 yang menderita penyakit
lepra...di pulau ini, pada awal abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda
membangun sebuah benteng bundar untuk mengawasi kegiatan2 yang
berjalan di P. Onrust serta melindungi P. Onrust dari serangan
musuh...P. Onrust sebagai galangan kapal dan gerbang masuk kapal dagang
ke Batavia mempunyai peran penting dalam gerak roda bisnis VOC
pimpinan Jan Pieterzoon Coen saat itu...ancaman terbesar Kompeni
Belanda saat itu berasal dari kerajaan Demak pimpinan Sultan Agung...P.
Onrust saat itu memegang peranan penting bagi Belanda saat
keberhasilan mereka membumihanguskan gudang makanan prajurit Demak yang
menyerbu ke Batavia...penyerangan Inggris sekitar tahun 1810
menghancurkan benteng bundar cukup parah sehingga tidak bisa digunakan
lagi...kami menyempatkan diri masuk ke benteng itu, yang saat ini
tinggal puing2 walau masih menyisakan bentuk bundarnya dan lubang2
pengintai yang mungkin dulunya berguna untuk menembaki musuh dan
kapalnya yang berusaha mendekati P. Onrust...benteng ini terbuat dari
batu bata merah, mungkin dulunya terdiri dari dua tingkat, bagian
atasnya sudah tidak bersisa sama sekali, bahkan bentuk yang sesungguhnya
pun sudah tidak tercerminkan sama sekali, ketebalan benteng mungkin
mencapai satu meter, yang jelas muat untuk dua orang berdiri di sisinya,
mungkin dimaksudkan supaya penjaga benteng dulunya bisa leluasa
berpatroli di tingkat atas benteng tersebut...lingkungan sekitar benteng
itu asri banget, berbagai pohon ditanam pihak pengelola pulau bikin
pandangan ini seger menghijau...i think, i start to in love to this
island.
Selesai dari benteng, para Batmus-ers berkumpul lagi di tempat semula
untuk menikmati snack yang, kalo ga salah, harusnya merupakan jatah
yang dijanjikan untuk tadi pagi, menunya arem2 dan pastel, diiringi air
mineral gelas...pas lagi asyik jepret sana-sini, dari belakang gw
disapa cewek yang ngajakin main tenis meja, soalnya dia udah pinjem bat
ke pengelola resort, tapi ga punya lawan main...namanya Hanita, dia
dateng bareng nyokapnya, dalam sekejap kami berdua udah larut dalam
permainan memukul bola kecil di atas meja yang menimbulkan suara
ping-pong setiap kali bolanya dipukul, hingga orang kerap kali lebih
suka menyebutnya main pingpong aja, dan ternyata mainnya lumayan jago
juga (ato gw-nya kali yang ga bisa main)...permainan berhenti ketika
Batmus-ers udah pada bergerak ke perahu lagi untuk melanjutkan
perjalanan...kapal mulai bergerak lagi ke arah tujuan berikutnya, kali
ini gw ga beruntung dapet kapal yang beratap terpal tadi karena
langsung jadi most wanted bagi para peserta yang ogah kepanasan,
jadilah gw naik kapal yang cuma beratapkan langit, Hanita sama mamanya
juga naik kapal yang sama cuma lebih memilih di dalem kabin...kapal
kali ini bergerak ke arah P. Kelor, pulau yang dulunya dinamai Pulau
Kerkhof ini dipakai sebagai tempat pengasingan para penderita penyakit
lepra, kebayang deh betapa menderitanya mereka hidup di pulau ini,
pulaunya gersang, luasnya mungkin sebesar pulau tempat nginep waktu di
Pulau Seribu kemarin minus rerimbunan cemara dan pepohonan di atasnya,
sebagai gantinya ada reruntuhan bangunan seperti benteng bundar tadi,
hanya saja jauh lebih kecil...di pulau ini para penderita lepra mungkin
merasakan sekali ungkapan bahwa dunia ternyata cuma selebar pulau
kelor (maafkan saya, proverb-nya jadi berubah banyak hihihi)...kapal
qta ga bisa merapat dan singgah ke pulau ini karena ga punya dermaga
dan laut di sekitarnya terlalu dangkal untuk didarati, akhirnya kapal
cuma bisa berlayar memutari pulau saja...dan berikutnya kami singgah di
Pulau Cipir yang dulunya dikenal dengan nama Pulau Kuipher dan berubah
nama akibat keajaiban lidah bangsa qta dalam mengeja nama...pulau ini
dulunya merupakan pendukung utama P. Onrust sehingga dibangun dermaga
panjang menuju P. Onrust...di pulau ini isinya kebanyakan cuma
reruntuhan bangunan kuno yang dulunya mungkin merupakan gudang
penyimpanan muatan kapal yang singgah di sana...selain itu dulu di sini
dibangun rumah sakit karantina bagi para jamaah haji yang baru saja
pulang dari tanah suci untuk menghindari penyakit menular yang mungkin
terbawa dari sana...enak juga jalan2 di pulau ini karena sudah
dibuatkan jalur2 yang melintasi seputaran pulau itu, jadi ga mungkin
kesasar di tengah pulau itu (lagian mo kesasar di mana sih? asal udah
ketemu laut, tinggal diputerin aja kan pasti ketemu titik awal tempat
qta mendarat).
Tujuan terakhir qta sekaligus tujuan utama adalah Pulau Onrust itu
sendiri, pulau ini jauh lebih luas dibandingkan ketiga pulau lainnya,
mungkin saingannya cuma P. Bidadari...penduduk sekitar dulu lebih sering
menyebutnya sebagai Pulau Kapal akibat banyaknya kapal yang keluar
masuk Jakarta melalui dan singgah di pulau tersebut untuk bongkar muat
dan memperbaiki kapal...dengan luas sebesar 12 hektar pada awalnya, saat
ini P. Onrust hanya tersisa 7,5 hektar akibat abrasi gelombang laut
yang menerpanya setiap hari...pulau ini mulai berdenyut ketika digunakan
sebagai tempat peristirahatan raja-raja Banten. Kemudian ketika VOC
mulai masuk dan gagal dalam monopoli perdagangan di Banten, VOC
memutuskan untuk mengalihkan perdagangannya ke Jayakarta, berkembangnya
perdagangan VOC di Jayakarta menyebabkan mereka meminta bantuan
kerajaan Jayakarta untuk menggunakan salah satu pulau di kawasan Teluk
Jayakarta sebagai galangan kapal dan tempat singgah kapal2 yang akan
masuk ke Jayakarta ditandai dengan perjanjian tahun 1610 antara VOC dan
Kerajaan Jayakarta...di pulau ini juga ada bangunan rumah yang
sekarang berfungsi sebagai museum kecil yang konon dulunya adalah rumah
seorang dokter yang memuat berbagai peninggalan ketika P. Onrust
sedang di masa jayanya...lokasi paling menarik di sini justru situs
makam tuanya, makam ini sama sekali dibiarkan sebagaimana aslinya, ga
tersentuh tangan restorasi sedikit pun, bahkan kata Pak Lilik bekas2
jasadnya pun mungkin masih bisa ditemukan kalo digali, nisan kuburnya
semua berlapis batu yang cukup tebal, dan ada satu nisan milik seorang
wanita yang meninggal di usia muda, sekitar 24 tahun, dan dihiasi puisi
di atasnya, yang menyatakan bahwa walaupun jasad si Maria mungkin
telah mati namun kematian lah yang membawanya ke kehidupan yang
sebenarnya, hidup bersama Tuhannya...selesai exploring makam2 itu, gw
balik lagi ke rendezvous point karena denger2 makan siangnya udah siap,
dan gw emang pantes ngeces waktu briefing tadi pagi karena menu makan
siangnya emang enak banget...ikan bakar dari RM Serba Nikmat yang
kabarnya dulu adalah favoritnya Bung Hatta untuk makan ikan bakar,
ditambah daging rendang dengan bumbu yang enak banget, dilumuri sambel
kecap dan lalapan lengkap, dan ditutup dengan minum "minuman yang
segarnya mantap" dalam kemasan kaleng, yummy whatta wonderful lunch!!!
Hampir
aja ga bisa berdiri karena udah kenyang banget, abis itu gw shalat aja
dulu supaya perut yang lagi penuh ini ga terlalu kaku...sempet kaget
pas wudhu karena air wudhunya terasa asin di lidah, kirain kerannya
langsung nyambung ke laut...abis shalat baru deh balik lagi ke tempat
semula dimana sedang diadakan acara ngobrol dan sharing yang mungkin
akan disambung games djadoel...di situ Pak Lilik kembali beraksi dengan
berbagai informasi djadoelnya mengenai gugusan Pulau Onrust sambil
sesekali ditimpali Adep dan crew-nya, selain itu Adep juga sedikit
memberikan lagi overview mengenai Batmus dan acara2nya bagi para
djadoel-ers pemula kaya gw ini...namun rupanya waktu ga mengizinkan qta
untuk lebih jauh lagi melanjutkan acaranya sehingga setelah selesai
panitia segera mempersilakan qta untuk naik ke kapal lagi untuk
berangkat pulang...namun tentu saja banyak yang ga mau ketinggalan
untuk mengabadikan saat2 terakhir di P. Onrust dengan berfoto2 di depan
prasasti batu P. Onrust...cukup banyak yang nitip kamera ke para
fotografer andalan Batmus sampai2 para model dadakan ini mulai
merasakan kerasnya kehidupan seorang model dan mulai berteriak2 supaya
sesi pemotretan kali ini segera disudahi (wahahaha that's truly white
lies)...dan kemudian trip kali ini berakhir dengan berlayar kembali ke
dermaga pelabuhan Muara Kamal yang sama sekali ga ada gangguan dari
ombak sore itu, laut sedang bersahabat rupanya, tahu kalo mayoritas
peserta hari ini kayanya lebih amatir masalah pelayaran...nyampe di
Muara Kamal, ternyata kapal udah bisa masuk sampai ke dekat bis kami
diparkir karena ketinggian air sudah mencapai batas yang memungkinkan,
jadi ga perlu lagi meniti jembatan bambu yang tadi lagi...bus yang kami
tumpangi masih menunggu dengan setia dan segera setelah semua peserta
dipastikan ga ada yang ketinggalan...akhirnya kami semua sampai dengan
selamat di tempat semula bahkan sebelum matahari terbenam, sempet say
goodbye dulu sama Hanita and her mummy, dan pulanglah gw dengan
menunggang "bus adem yang jalan di jalur sendiri"...and the trip is
over for today, but my journey would still be rolling for any other
destinations next time.
Penulis : Ferrylieno
Sumber : ferrylieno. blogs.friendster.com