SATU-SATUNYA ikon wisata alam yang dimiliki DKI Jakarta sebagai Ibu Kota, adalah Kepulauan Seribu yang begitu indahnya terhampar di perairan Teluk Jakarta.

Karena itu kordinasi pengelolaan dan segala sesuatunya sampai kegiatan promosi dilakukan langsung di tingkat provinsi yaitu oleh Dinas Pariwasata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

Sekalipun begitu Sudin Parbud Kabupaten Kepulauan Seribu juga tidak berpangku tangan. Berbagai upaya juga dilakukan Sudin Parbud Kepulauan Seribu demi kemajuan kepariwisataan bahari dan ekonomi kreatif masyarakat kepulauan ini.

Dari sekitar 105 pulau-pulau tersebut, Pulau Ayer termasuk yang cukup dekat dengan daratan Jakarta, utamanya dari dermaga Pantai Marina Ancol. Hanya dalam waktu 25 menit untuk mencapainya dengan motorboat. Ke sanalah kali ini kita berwisata.

Suatu pagi di bulan Juli 2012 serombongan siswa-siswi SMA berprestasi bersama pimpinan Museum Bahari, Dra Dwi Martati dan para stafnya berkumpul di Dermaga 16 Pantai Marina Ancol. Dengan dua motorboat mereka berlayar ke Pulau Ayer.

Dalam rombongan itu terdapat pejabat dari Dinas Potensi Maritim (Dispotmar) Mayor Laut Kukuh Suryo Widodo, mantan Kepala Sudin Kebudayaan Jakarta Timur Dermawan Ilyas, Guru SD 05 Petojo Selatan Achmad Fahrudin serta Pengamat Wisata dan Budaya Yusuf Hardiyo mengungkapkan wisata ke Pulau Ayer tersebut kepada Harian Terbi”.

Sekitar pukul 08.30 dua motorboat rombongan Duta Wisata Bahari 2012 tersebut merapat di dermaga Pulau Ayer. Begitu bergairan para siswa tersebut mengawali hari itu dengan suasana baru, suasana laut dengan keelokannya.

Puluhan gelas welcome drink rasa orange dan strawberry yang disuguhkan Manajer Pulau Ayer, Ir Rudy Hartono dan anakbuahnya begitu segar disruput para anggota rombongan ini. Sementara barang barang bagasi yang berat dikumpulkan petugas Pulau Ayer.

Setelah beristirahat sesaat, satu persatu anggota rombongan mendapat kunci kamar masing-masing yang sebagian besar mendapat cottage apung di laut dengan nama-nama kota di Papua (Irian Jaya). Yusuf Hardiyo dan Fahrudin menginap di Fakfak 05, Dermawan dan temannya Husein Mohammad di Fakfak 10, sementara Dwi Martati dan stafnya Ny Shinta dan Ny Yani di cottage Fakfak 03 dan 04.

Antar- cottage dihubungkan jembatan selebar 1 meter terbuat dari papan kayu ulin. Setiap saat dihempas ombak cottage cottage itu bergoyang. Takut?

Ada kata bijak berbunyi “Kalau takut ombak, jangan berumah di tepi pantai”. Jadi tak perlu takut karena konstruksinya sudah diperhitungkan matang –matang. Malah banyak wisatawan yang menginap di cottage apung itu malam-malam memancing dengan tinggal mengulurkan jorannya ke laut dari beranda cottagenya. Sungguh asyik.

Pagi harinya Mahesa Agni siswa SMAN 59 Jakarta Timur, Rabiatun siswi SMAN 6 Jakarta Selatan, Lisda Septiani siswi SMAN 17 Jakarta Barat dan kawan kawannya juga tampak asyik ketika berolahraga air mendayung kanu dan berselancar dengan perahu layar.

Terlihat ketika mati angin dan perahu terguling bersama layarnya mereka pun tak panik, karena masing masing mengenakan jaket pelampung.

Sementara Dwi Martati, Shinta dan Bu Yani begitu sangat menikmati saat motorboatnya dengan kecepatan tinggi meluncur mengitari Pulau Ayer yang luasnya hanya 6,5 hektar itu. 
 
Sumber : harianterbit. 
 
 

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu