Sepekan sebelum lebaran, saya
berencana mengunjungi Kota Malang di Jawa Timur untuk berburu keindahan
Sagara Anakan di Pulau Sempu. Tiket kereta api pun sudah berbulan-bulan
di genggaman, namun tawaran yang menurut saya jauh lebih menarik datang.
Trip gratis ke Pulau Harapan yang terletak di Kepulauan Seribu bagian
utara! Huah! Jelas tanpa pikir panjang saya memilih trip tersebut,
walaupun baru diberitahu semalam sebelum keberangkatan.
Trip ini diberi judul Wisata Media oleh empunya trip, Future Media, yang membawahi @infojakarta, @infobogor, dan @gigsplay. Jelas aja disebut Wisata Media, wong isinya orang media semua. :p Nah, saya kan bukan orang media, cuma seorang admin dari akun @dztdz,
kok bisa ikut? Yah begitulah hidup, penuh kejutan. :) Bahkan alam
semesta pun berkonspirasi untuk menyatukan rindu saya yang bergejolak
dengannya. :D Alhamdulillah.. Kebingungan akan budgeting, solo traveling dan travel mate akan Malang Trip terpecahkan dalam sekejap! :D
And the journey begin..
Subuh-subuh, semua tim Wisata Media sudah
siap menuju Muara Angke untuk mengantri tiket kapal. Sesampainya di
Kali Adem, pelabuhan baru Muara Angke, sudah banyak orang yang mengantri
tiket, padahal loket belum dibuka dan itu masih jam 5 subuh! Wew. Untuk
mencapai Pulau Harapan, kita harus menuju Pulau Kalapa terlebih dahulu,
untungnya antrian kapal yang menuju Pulau Kelapa tidak sebanyak yang
menuju Pulau Tidung dan pulau-pulau dekat lainnya.
Waktu keberangkatan pun tiba, satu
persatu dari kami pun memasuki kapal. Karena belum pernah naik speedboat
sebelumnya, kami dengan pede-nya langsung duduk di kursi depan.
Ternyata, kapal kecil cepat ini melaju cepat menghantam ombak besar,
jadinya serasa naik Kora-kora yang di Dufan! Haha. Apalagi di bagian
depan kapal yang selalu naik naik ketika menghantam ombak, pantesan
orang-orang ga ada yang mau duduk di depan. :p Teman saya yang ga kuat
pun memutuskan untuk tidur daripada mabok, saya sih gara-gara suka naik
Kora-kora jadi yaa seneng-seneng aja, bedanya Kora-kora yang ini mainnya
sampe satu jam! :D
Sesampainya di Pulau Kelapa kami
melanjutkan perjalanan dengan becak menuju Pulau Harapan, ternyata
jaraknya deket banget, yah ini sih bisa lah jalan kaki 15 menitan. Ah
tapi yang namanya gratis, ya nikmatin aja! :D Sesampainya di penginapan,
anak-anak yang duluan nyampe di belakang penginapan, gimana engga
ternyata penginapan kita berhadapan langsung ke hamparan laut luas!
Jernih, biru, indah.. :’) Ga jauh dari situ juga ada pembibitan hutan
bakau, ahh indah! Saat makan siang pun saya memilih duduk di tepi laut
sambil menikmati hembusan angin sejuk dengan pemandangan eksotis khas
Indonesia, ahh i love my life. :D
Sehabis makan siang, kami langsung melakukan hal wajib kalau lagi ngetrip ke pulau, island hopping. Yihaaaa! Tujuan island hopping yang
pertama adalah menuju Pulau Kelapa Dua yang letaknya tidak begitu jauh
dari Pulau Harapan. Di Pulau Kelapa Dua ini terdapat penangkaran tukik
(anak penyu), dari mulai penyimpanan telur-telur penyu hingga
tukik-tukik yang masih berumur sekitar 1 sampai 5 bulan. Tukik-tukik ini
lucu-lucu, kecil-kecil, imut-imut, tapi untuk tukik yang masih sangat
kecil, kerapasnya masih lah sangat lunkak, sehingga kita harus
berhati-hati ketika memegangnya. Selain itu, tukik yang masih kecil juga
rentan mati, karena sering berantem dengan tukik lain ataupun diterkam
tukik besar jika pengawas tidak waspada. Ketika tukik sudah berumur 6
bulan dan dirasa sudah sehat dengan indikator kerapas tukik yang sudah
kuat, dia akan dilepas ke laut sebagai penyu baru penjelajah Laut Jawa.
:D
Setelah menambah wawasan tentang penyu,
kami menuju Pulau Petondan. Pulau kosong tak berpenghuni yang masih
memiliki hutan lebat yang rapat ini memiliki pantai yang nyaman untuk
bersantai sore sambil berenang. Disini saya dan yang lain menikmati
kesendirian tanpa pengunjung lain dengan menikmati pantai sambil
foto-foto dan ngobrol-ngorbol santai.
Setelah puas di Pulau Petondan, kami
menuju Pulau Kotok. Di Pulau Kotok ini terdapat tempat rehabilitasi
Elang Bondol. Yap, Elang Bondol yang menjadi maskot Jakarta itu saya
lihat dengan mata kepala sendiri, cantik, dan saling sahut menyahut
dengan teman-temannya seperti sedang bernyanyi. Selain Elang Bondol
terdapat juga jenis-jenis Elang lain yang hampir punah dan
direhabilitasi agar dapat berkembang biak dan dilestarikan. Rehabilitasi
di Pulau Kotok ini dikelola oleh Jakarta Animal Aid Network (JAAN),
sebuah organisasi pecinta binatang yang bergerak untuk melestarikan
satwa-satwa langka yang hampir punah. Tidak hanya di Kepulauan Seribu,
mereka juga membantu pelestarian hiu dan lumba-lumba di Kepulauan
Karimun Jawa. Walau belum puas ber-island hopping, tapi hari sudah gelap
dan mengharuskan kami untuk kembali ke Pulau Harapan untuk
beristirahat.
Besok paginya udah nongkrong aja di
belakang penginapan, walau ga dapet sunrise, tapi pemandangan laut yang
lagi pasang ini pun udah bikin betah! :D Sehabis sarapan, kami langsung
siap-siap ber-island hopping dan ga lupa bawa snorkel gear, yuhuuuuuu,
mari keciplak kecipluk. Tapi beberapa orang lebih memilih buat island
hopping buat nyari spot mancing dibanding snorkeling, jadi island
hopping kali ini terbagi dua tim.
Tim snorkeling pun meluncur.. Cuuuuuuurrrrrrrr~
Spot pertama yang kita jamahi adalah
pulau yang lagi beken gara-gara dipake tanning sama Farah Quinn dan
birthday party-nya Nikita Willy, Pulau Macan~ Awwuuummm! Setelah pak
nelayan menurunkan jangkarnya di spot snorkeling Pulau Macan, beliau pun
mengisyaratkan kalau sudah aman dan udah mulai nyemplung. Ga perlu
dikomandoin lagi, langsung pake google dan fin dan byuuuurrrr~ Keciplak
kecipluk kesana kemari sampe ga kerasa kalau udah jauh dari kapal sampe
dipanggil-panggil gegara kejauhan, gimana mau sadar, terbius total ini
sama keindahan bawah lautnya yang masih bagus dan terawat, belum dirusak
manusia yang ga bertanggung jawab seperti di pulau-pulau Kepulauan
Seribu bagian selatan. Jadi yaa traveler pecinta alam Indonesia, kalau
lagi jalan kemana-mana dijaga alamnya, ga boleh ninggalin jejak, yaa
jejak sampah, jejak perusakan dan jejak-jejak lainnya yang merusak alam
tercinta ini. 8)
Sudah puas snorkeling di Pulau Macan,
sekarang kita menuju snorkeling spot yang kedua, Pulau Tongkeng. Pulau
kosong yang dijadikan tempat untuk berdirinya tower ini memiliki
keindahan coral yang tak kalah cantik dengan Pulau Macan. Tapi
snorkeling disini harus berhati-hati, karena ada Karang Api yang jika
terkena kulit kita akan menimbulkan rasa panas yang perih dan berbekas
merah pada kulit. Nah, entah gimana caranya salah satu dari tim ada yang
‘sial’ terkena Karang Api, dan lebih sialnya lagi dia kenanya di (maaf)
pantat. HAHAHA. Walaupun ga langsung bersentuhan dengan kulit, tetep
aja dia merintih kesakitan.
Setelah puas banyak nelen air laut
(maklum belum pro *malu* :p), kita pun ingin berpindah ke spot
selanjutnya. Tapi karena perut sudah keroncongan dan ga kerasa hari
sudah siang, kita memutuskan mencari private beach untuk singgah sambil
menikmati makan siang. Setelah berkeliling dan mencari pulau yang asik
(berasa lagi di mall keliling-keliling nyari tempat makan yang enak yak
:p), dan juga atas saran Pak Rambo, nelayan yang menemani kita, akhirnya
kita berlabuh di Pulau Panjang. Pulau pribadi milik orang India ini
telah berdiri beberapa villa diatasnya. Sedih juga yak, teritori
punyanya Indonesia, indah, tapi yang punya tanah dan pulaunya itu orang
asing, emang masih terjajah nih kita. :(
Menikmati santap siang sambil ditemani
deburan ombak di pasir putih yang berharmoni dengan birunya air laut,
juga hembusan angin pantai di bawah pepohonan rindang yang menyejukkan,
rasanya nikmat banget. Bikin makan pun jadi makin nikmat walau cuma nasi
dus biasa dan bikin hati juga jadi adem! :D
Setelah selesai makan, kita ga mau
ngelewatin foto-foto dengan latar di Pulau Panjang dong. Ga jauh dari
tempat kita bersantai, ada dermaga yang bikin kita pengen foto-foto
disitu. Tapi karena yang lain kenyang, jadi yang menuju dermaga itu cuma
saya dan dua orang teman lainnya, sisanya bersantai di tepi pantai.
Setibanya di dermaga, teman saya ingin di foto duluan, di pinggiran
dermaga. Setelah itu giliran saya, teman saya si tukang foto pun
bertanya, “mau di foto di sebelah mana, Des?” Saya pun berjalan sambil
melirik-lirik spot yang mantep, “Di tempat Desi tadi foto aja deh, Loy.
Disini nih di sin…..” BYUUUUUUURRRRRRRRRR!!!
Tersadar badan saya sudah berada di dalam
air di bawah dermaga, dengan satu papan dermaga yang terayun rapuh.
Kontan saya langsung berdiri terkejut, ternyata airnya dangkal, hanya
satu meter. Lebih panik lagi teman saya, dia terlihat sangat panik dan
ingin segera menolong saya untuk kembali lagi ke atas dermaga, teman
saya yang satu lagi panik juga sambil melongo ngeliat kayu dermaga yang
jatuh dan ada paku besar yang muncul dibalik kayu yang rapuh. Melihat
teman- teman saya yang panik, saya jadi belaga tenang dan perlahan
mencoba naik ke atas dermaga. Tapi.. ternyata dermaganya tinggi booooo!
:|
Akhirnya karena kesulitan menaiki dermaga
yang terlalu tinggi untuk dipanjat, saya pun memutuskan untuk berjalan
saja hingga tepian pantai. Tapi.. ketika mendekati pesisir. BULU BABI IS EVERYWHERE!
:& :& :& Harus lewat mana ini? :’( :’( :’( Pelan-pelan
saya dituntun teman saya untuk mencapai tepian pantai tanpa harus
melewati segerombola Bulu Babi yang bikin gemes itu, fiuh~ akhirnya
terlewati juga. :’D
Setelah berkumpul kembali dengan
teman-teman yang lain baru kerasa deh tangan dan kaki nyut-nyutan.
Ternyata tangan saya penuh baretan, bahkan ada yang sampai berdarah,
kaki saya pun langsung penuh memar dan tulang kering kaki kanan saya
terasa ngilu. Teman-teman yang lain pun langsung heboh karena melihat
saya terjatuh hanya dari kejauhan.
Kemudian Pak Rambo pun berkata dengan tenang dan santainya, “Itu sih emang ada yang punya, Neng.”
“Ada yang punya? Kata bapak tadi pulau ini lagi ga ada yang punyanya..” Timpal saya sambil kebingungan.
Dengan tampang cool dan tanpa
dosa, beliau menjawab lagi, “Iya emang yang punya villa sih ga ada,
Neng. Tapi jembatan itu ada yang punyanya, dari dunia lain, mungkin lagi
cari temen. Kemaren juga baru ada keluarga yang punya villa ini jatoh
di dermaga situ, langsung meninggal lagi.”
MAK! Muka Pak Rambo tetep aja datar pas ngucapin kalimat horror
itu! Tanpa pikir panjang saya pun langsung berseru pada yang lain, “AYO
PINDAH PULAU!” Yang lain pun setuju dan mulai merinding disitu. Fiuh~
Untung aja tadi saya terjatuh ke perairan yang berpasir, bukan yang
berkarang dan penuh Bulu Babi.
Destinasi selanjutnya adalah Pulau
Papatheo. Pulau pribadi ini sedang dalam masa penjualan, ayo siapa tau
ada yang berminat beli pulau? :D Di pulau ini kami bersantai sambil
menikmati pantai dan laut yang tenang. Disini juga terdapat satu area
pantai yang sudah dibentuk menjadi seperti kolam renang yang bergaya
Yunani, namun tetap dengan pasir dan sirkulasi air laut yang terus
berputar.
Setelah puas bersantai di Pulau Papatheo,
kami melanjutkan ke Pulau Bira Besar. Begitu tiba di pulau ini, kami
langsung ingin nyebur dan meloncat dari atas dermaga, karena terkagum
melihat kejernihan air laut dan keindahan karangnya disini. Saat
matahari mulai terbenam, tentu kita ga mau ngelewatin moment sunset
dong. Jadi kita berfoto-foto diatas dermaga sambil meloncat, walau kaki
kanan sakit ketika meloncat pasca jatuh di Pulau Panjang tadi, tetap
tidak menghentikan saya untuk mendokumentasikan diri sedang meloncat di
Pulau Bira Bisar. Demi eksistensi, hihi. :p Karena hari sudah gelap,
kami memutuskan kembali ke Pulau Harapan, yah sedih deh island hopping nya udahan. :(
Di penginapan, kami bertemu dengan tim
mancing yang sudah tiba terlebih dahulu, ternyata mereka bawa hasil
pancingan yang banyak! Barbeque time! :D Sambil membakar ikan
kami pun dengan riang saling bertukar cerita tentang perjalanan hari
ini, ternyata tim mancing sempat terjebak badai dan teroombang-ambing di
tengah samudera saat sedang memancing! Haha. Tapi nyali mereka memang
tidak boleh diremehkan, mereka membawa ikan-ikan segar yang enak sebagai
menu makan malam. Diantaranya ada Ikan Baronang, Tuna, Ayam-ayam (yang
tekstur dan rasanya sangat mirip dengan daging ayam), dan lain
sebagainya. Ikan-ikan laut tersebut sangat lezat sekali, masing-masing
ikan tersebut memiliki rasanya yang khas. Walau kami tidak mengolahnya
dengan bumbu-bumbu dapur, hanya dengan membakarnya saja, rasanya sudah
gurih dan lezat sekali. Hmm.. Tidur nyenyak nih malem ini.
Keesokan paginya, jam 8 kami semua sudah
siap dengan barang terkemas rapi. Kami harus bergegas menuju loket
penjualan tiket perahu di Pulau Kelapa, untuk antri tiket seperti ketika
kami berangkat. Sesampainya di Pulau Kelapa, sudah ada beberapa orang
yang sedang menunggu loket buka, kami semua pun mengantri dengan rapi.
Namun ketika loket dibuka dan antrian telah mencapai rombongan kita,
tiket hanya bersisa 4 tiket lagi! Haaaaa.. Bagaimana bisa? Padahal kita
ada diantrian keempat, jatah tiket ada 18 orang dan satu orang hanya
bisa membeli satu tiket! Errr.. Ga di kota ga di pulau, tetep aja yang
begini selalu ada. Akhirnya delapan orang yang tidak memiliki tiket pun
kembali ke Pulau Harapan, kami berencana untuk mencarter perahu Pak
Rambo lagi menuju Pulau Pramuka, untuk mengejar tiket kapal dari sana.
Well well, petualangan belum berakhir! :D
Perahu kayu Pak Rambo pun melaju,
menerjang ombak pagi yang masih pasang dan berangin kencang. Kapal kami
terombang-ambing hingga seringkali pecahan ombak masuk ke dalam kapal,
bahkan makin lama kapal miring ke kanan! Huaaaaaa.. Ketika kami sudah
benar-benar di tengah lautan, sejauh mata memandang tidak ada daratan,
kanan kiri depan belakang laut semua, kami baru tersadar tidak ada lifejacket
di kapal! Padahal kami terombang-ambing cukup dasyat dengan posisi
kapal miring ke kanan, ini sih lebih-lebih dari Kora-kora! Ahahahaha.
Setelah satu jam lebih pengarungan,
akhirnya kami tiba juga di Pulau Pramuka. Kami langsung berbegas menuju
loket penjualan tiket kapal, teatapi kali ini kami dikecewakan lebih
lebih dari sistem penjualan tiket di Pulau Kelapa. Sistem penjualan
tiket di Pulau Pramuka ini adalah dengan mengantri pukul 8 pagi lalu
mencantumkan nama, kuotanya sama 18 orang. Tapi, itu hanya mencantumkan
nama, belum mendapatkan tiket, jam 10 yang namanya sudah tercantum harus
kembali lagi ke loket untuk pembayara dan penukaran tiket, kalau nama
kita dipanggil untuk pembayaran dan kita ga ada di loket, ya angus tuh
langsung pindah tangan ke waiting list. Wew oh wew! Loket baru
dibuka lagi jam 12 siang, untuk pendaftaran nama dengan keberangkatan
pukul 3. Karena teman saya ada yang emosi ga kebagian tiket di dua pulau
dengan sistem yang tidak seragam, dia langsung ngeblok loket tiket
dengan barang-barang kita, supaya kita jadi antrian paling depan.
Hahahaha.
Selama waktu penantian itu, saya
menyempatkan diri berkeliling-keliling di Pulau Pramuka, sekalian nyari
toilet. Toilet umum disini lucu, namanya Bilik Termenung, haha. Pulau
Pramuka berbeda dengan Pulau Harapan yang tenang dan damai, sudah banyak
sekali wisatawan yang mengunjungi Pulau Pramuka dan tanpa edukasi yang
baik, menurut saya. Kenapa? Men! Ini pulau, alam, harus kita jaga dong!
Lah ini banyak banget orang yang buang sampah sembarangan, ga didarat ga
di laut! Grrrr.. Gemes deh jadinya pengen ngambilin sampah yang
ngerusak pemandangan laut itu! Para turis-turis itu hanya mementingkan
kesenangannya sendiri, bahkan di tempat penangkaran ikan konservasi laut
pun terdapat banyak sampah! X( Padahal banyak fauna laut yang
lucu-lucu, seperti Penyu besar, Ikan Remora, dan lain sebagainya.
Keadaan di Pulau Pramuka pun hiruk pikuk, banyak orang lalu lalang,
sudah bukan menjadi destinasi yang baik kalau kalian mengincar kedamaian
alam yang selaras dengan kearifan lokal masyarakatnya, menurut saya ini
sih.
Jam 12 pun tiba, loket pun dibuka, kami
pun langsung mendata nama kami satu persatu. Setelah itu, kami
memutuskan untuk makan siang di warung dekat situ. Ketika kami sedang
makan siang, ada warga yang menghampiri kami dan mengetahui kondisi kami
yang kehabisan tiket kapal. Dia menawarkan kami untuk menaiki Kapal
Raja, kapal pengangkut air mineral ke pulau-pulau dari daratan. Kapal
Raja ini sudah stand by di dermaga pulau, kalau mau naik Kapal
Raja ini, kapten kapal bersedia buat nungguin kita selesai makan.
Akhirnya kami putuskan untuk ikut ke Kapal Raja, walau agak nyesek udah
ngantri paling depan tapi ga naik speedboat, hahaha. Tapi kami
sudah kelelahan terombang-ambing ditengah-tengah harapan palsu *lah*,
jadi kami memutuskan untuk naik Kapal Raja dan tidak menunggu Kapal
Kerapu hingga jam 3.
Kapal Raja ini berkapasitas 300 orang,
tapi saat itu cuma ada awak-awak kapal di bagian bawah kapal dan kita
berdelapan di bagian atas kapal. Bagian atas kapal sudah tergelar terpal
sepanjang lantai, jadi kita tinggal tiduran aja deh sampai Jakarta.
Kapal Raja pun melaju perlahan
meninggalkan Pulau Pramuka, ada rasa enggan kembali ke ibu kota secepat
ini, tapi ya tetap harus dijalani. Menerjang lautan bersama Kapal Raja
ini mungkin rasanya ga seheboh dengan kapal kecilnya Pak Rambo yang
selalu ngasih cipratan-cipratan ombak masuk ke kapal. Ya emang sih di
Kapal Raja ga kena cipratan-cipratan air, tapi karena kita posisinya di
atas kapal, justru banyak sampah beterbangan yang mampir menerjang kita.
Jadi yaa lebih enak dinikmatin sambil tidur.
Kali ini kita pulang ga ke Kali Adem,
tapi Muara Angke. Mendekati Muara Angke rasanya mulai sesak, mulai
tampak gedung-gedung tinggi menjulang dan udara yang penuh polusi.
Sesampainya di Muara Angke lebih sesak lagi, kapal-kapal berhamburan
tidak rapih, berantakan. Belum lagi air laut yang
sudah-sangat-tercemar-sekali karena warnanya telah berubah menjadi hitam
pekat! Eww.. Belum lagi turun kapal disambut hiruk pikuk pasar dan
orang-orang di pelelangan ikan, juga bau ikan yang bercampur dengan bau
sampah yang membusuk, sampah plastik juga bertebaran dimana-mana. Belum
lagi disambut dengan jalanan Jakarta yang macet dan dipenuhi dengan
banyak pengendara yang ga sabaran. Haaaa.. Kalau gini ceritanya baru
juga refreshing dikit udah mumet lagi! Tapi walaupun kondisi
ibu kota semerawut begini, ibu kota tetap punya sepotong surga di
utaranya, Kepulauan Seribu, jadi kalau lagi galau, mumet atau butuh
perjalanan, tinggal kabur ke utara deh.
Makanya, supaya ga gampang mumet hidup di
kota, supaya selalu semangat menjalani rutinitas, ayo kita menghilang
dari hiruk pikuk perkotaan dan melarikan diri ke berbagai sudut
keindahan Indonesia lagi, lagi, dan lagi! :D