05:34, tiba-tiba hape saya berdering. Masih dalam kondisi setengah
sadar, saya menjawab telepon. Terdengar suara ibuku, ”deee, udah di
jalan belum?” Mendadak saya terperanjat. Astaga! Gawat! Hari ini kan
saya akan ke Pulau Harapan bersama teman-teman dan dari jadwal
semestinya saya sudah di terminal Grogol pukul 05:30 AM untuk berangkat
bareng teman dari sana.
”Ma, udah dulu ya, ini baru bangun.” Hape pun langsung saya matikan.
Tidak sempat menyisir rambut – apalagi mandi – saya langsung ganti baju
dan celana. Saya ambil topi dan langsung saya pakai untuk kamuflase
rambut saya yang masih acak-acakan. Untungnya, saya sudah mempersiapkan
barang bawaan malam sebelumnya. What a mess, pikirku kesal pada diri
sendiri.
Tiba di penghujung jalan, saya lihat pangkalan ojek masih sepi.
Beruntung, tiba-tiba ada taksi lewat. Singkat cerita, perjalanan dari
tugu Pancoran ke terminal Grogol hanya menyita waktu sekitar 15 menit
lewat jalan tol. Tiba di Grogol pukul 06:00. Teman-temanku sudah
menunggu. Setelah berbasa-basi sejenak, kami pun langsung mencegat
angkot warna merah B01, jurusan Grogol-Muara Angke.
Cukup lama berada di angkot, akhirnya kami sudah bisa mencium bau
anyir. Di luar dugaanku sebelumnya, ternyata antrian mobil menuju
kawasan ini cukup panjang. Akhirnya kami pun turun dan memutuskan
berjalan kaki menelusuri jalanan yang sangat becek, licin dan berbau
tidak sedap itu. Sudah cukup lama berjalan, akhirnya tibalah kami di
SPBU Muara Angke. Itu meeting point kami bersama teman-teman
yang lain. Dari situ, pelabuhan tidak terlalu jauh, sudah tampak
kapal-kapal motor mulai dipenuhi penumpang yang memiliki tujuan yang
sama dengan kami.
Kami terdiri dari 3 orang perempuan
dan 10 orang laki-laki. Kami adalah Ade, Naud, Benny, Bobe, Valen,
Brian, Irfan, Ton-ton, Pio, Fella, Yosef, Tasia, dan saya sendiri.
Semuanya adalah sesama teman kuliah EL 06 (Teknik Elektro ITB angkatan
2006), kecuali Tasia (sang tour guide), Pio, Fellam dan Yosef. Dalam
tour dua hari satu malam ke Kepulauan Seribu ini, kami merogoh kocek 300
ribu per orang. Saya tidak tahu alasan mengapa memilih untuk berangkat
ke Pulau Harapan. Mengapa tidak pulau lain yang sudah lebih terkenal,
pikirku. Tapi bagiku yang selama ini sudah memimpikan untuk melihat
keindahan alam kepulauan yang terletak di sebelah utara Jakarta ini
semua pulau sama saja, yang penting indah dan menyenangkan.
Setelah kurang lebih 3,5 jam berada di atas KM Dolphin, menahan
frustasi dan pegalnya kaki karena mesti duduk di bawah dengan bersila,
tibalah kami di pulau tujuan. Turun dari kapal, udara segar langsung
memenuhi kepala. Sungguh telah membayar semua kepenatan dan kebosanan
selama perjalanan di atas kapal. Di depan kami, lautan luas membentang
sejauh mata memandang. Kami langsung menuju penginapan, menunda semua
barang bawaan, dan mengganti baju karena acara berikutnya adalah
snorkling!!!
Snorkling pertama kami lakukan di dekat Pulau Kayu Angin Genteng,
begitu pemandu kami yang merupakan penduduk setempat menyebutnya. Ini
pengalaman pertama saya nyebur di laut. Ada rasa takut karena saya tidak
cukup pandai berenang, tetapi juga bersemangat untuk bisa melihat
pemandangan bawah laut. Setelah memastikan semua perlengkapan terpasang
dengan benar, akhirnya nekat juga nyebut ke laut. Luar biasa. Akhirnya
bisa juga menikmati pemandangan-pemandangan indah yang selama ini hanya
bisa kulihat di wallpaper komputer.
Dari Kayu Angin Genteng, kami beranjak ke tengah laut entah dimana.
Untuk nyebur yang kedua kali tidak setakut yang pertama tadi.
Pemandangan bawah laut di sini lebih bagus dari yang pertama. Saya bisa
melihat dengan jelas ikan-ikan kecil berwarna-warni berenang diantara
karang-karang. Snorkling sungguh mengasyikan. Jika bukan karena waktu
yang terbatas, saya pikir kami ingin lebih lama lagi berada di situ,
menikmati indahnya pemandangan bawah laut.
Dari tengah laut, kami dibawa ke
Pulau Bulat. Konon, pulau ini dinamakan demikian karena bentuknya yang
bulat. Di sini, kami menyusuri pinggiran pulau. Ada beberapa spot yang
indah untuk tempat kami mengambil foto. Semula direncanakan kami akan
menikmati sunset di pulau ini, tetapi karena mengingat kami akan pulang
malam jika menunggu sunset di situ, akhirnya kami hanya bisa menikmati
sunset di atas kapal.
Esoknya, kami berangkat ke Pulau Papa Theo. Entah bagaimana
mengejanya, tetapi kira-kira begitulah menyebutnya. Pulau ini adalah
pulau paling indah yang kami kunjungi selama 2 hari berada di sana.
Setelah mengitari pulau dan puas mengambil foto, kami pun pulang karena
KM Dolphin yang akan membawa kami pulang akan berangkat pukul 12:30.
Di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba mesin kapal mati. Kami
berusaha tidak panik. Tetapi melihat sang pengemudi kapal gagal
menyalakannya kembali, saya pun panik. OMG, in the middle of nowhere
mesin kapalnya mati? Ombak semakin terasa mengombang-ambingkan kapal
kami. Cemas dan mual, itu yang saya rasakan saat itu. Kami juga tidak
membawa pelampung. Setelah berulang kali gagal memperbaiki, akhirnya Pak
Anto – salah satu pemandu dari penduduk setempat – menelpon temannya
agar kapal lain menyusul kami. Untung seluler sudah masuk daerah ini,
pikirku. Sekitar 30 menit di atas kapal dengan kondisi seperti itu, saya
sudah ingin muntah rasanya. Syukur, penantian dan pengharapan kami
tidak sia-sia, sebuah kapal datang untuk membawa kami pulang ke Pulau
Harapan.
Dua hari satu malam berwisata di Pulau Harapan dan sekitarnya rasanya
tidak puas karena perjalanan pergi-pulang yang cukup memakan waktu dan
membuat lelah. Mestinya tiga hari dua malam sehingga bisa mengunjungi
pulau-pulau lain yang tidak kalah indah. Meski demikian, pengalaman
wisata ini cukup menghibur kami, terlebih karena akan menjadi kenangan
bersama dengan teman-teman.
Sumber : jfkoernia