Seorang peneliti sedang mengukur lebar tempurung penyu
Berkarir di dunia terumbu karang memang bukan pilihan utama buat kebanyakan mahasiswa yang baru lulus. Imej akan tempat kerja yang terpencil, kerjanya tiap hari berpanas-panasan, kesepian (nggak ada teman, mall, tempat hang out, apalagi dugem), gajinya kecil pula! Apa benar semua karir dan peluang di terumbu karang demikian adanya? Indonesia sebagai pusat keanekaragaman terumbu karang dunia merupakan salah satu keuntungan (potensi) besar yang semestinya bisa mendatangkan berkah, rejeki, pendapatan, dan peluang bagi masyarakat indonesia pula. Nah, kira-kira apa saja ya, jalur yang bisa ditempuh untuk mendapatkan pundi-pundi itu? Simak satu persatu yuk.

1. Dosen
Punya IPK tinggi, senang membagi ilmu, mendidik, dan memotivasi orang lain? Sering berfantasi selangit tentang riset dan inovasi masa depan? Menjadi dosen adalah jawabannya. Profesi ini cocok untuk para lulusan universitas yang punya prestasi akademik tinggi di bidang biologi laut, ilmu kelautan, kehutanan, dan perikanan. Senang membaca, menulis, dan presentasi adalah wajib hukumnya. Lalu ada satu lagi hal yang secara informal sangat mendukung untuk bisa berprofesi dosen, yaitu pandai-pandai dalam menyesuaikan diri dengan dosen seniornya.. J. Dijamin, kalo sudah memiliki kedekatan dengan dosen senior, ia pasti tidak sungkan-sungkan untuk membimbing juniornya. Menjadi dosen walaupun punya penghasilan ala kadarnya tapi bikin hati jadi tenang. Enaknya lagi, biasanya dosen punya “kursi khusus” untuk beasiswa sekolah lanjutan (S2, S3, atau Post Doc). Kalau mau lebih banyak pundi-pundinya dan jadi lebih ngetop, dosen bisa merangkap jadi peneliti untuk mendapatkan dana bantuan penelitian berupa grant/funding bagi proyek-proyeknya. Nah kalo sudah jadi peneliti top atau bahkan jadi guru besar, para perusahaan bahkan presiden pun tidak segan-segan untuk menjadikannya konsultan ahli dengan bayaran yang sangat lebih dari cukup.

2. Peneliti
Nggak jauh beda dengan dosen, seorang peneliti juga wajib baca, nulis, dan presentasi. Biasanya ia juga punya kursi/jalur khusus untuk beasiswa. Bedanya, peneliti bisa berdiri sendiri tanpa terikat lembaga apapun, atau sebagai staf peneliti di perusahaan/lembaga tertentu. Pola pikir “problem solver” secara sistematis dan selalu ingin tahu adalah karakter yang sebaiknya dimiliki oleh para peneliti. Pendidikan lanjutan (S2 dan seterusnya) juga diperlukan untuk lebih mendalami ilmu dan kajian yang diteliti serta menambah kepercayaan pemberi dana hibah. Terkadang, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti harus mengeluarkan kemampuan “ekstra” dibandingkan dosen, misalnya: menyelam (diving), fotografi, mendekati dan berinteraksi dengan masyarakat lokal (asli), bertahan di alam liar (survival), mengemudikan perahu, dsb.  Besar kecilnya pendapatan tergantung dari perusahaan/lembaga tempat bekerja, kreativitas dalam membuat proposal dan publikasi hasil penelitian, dan yang paling menggiurkan adalah royalti atas hak cipta/paten suatu temuan/karyanya yang kemudian banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan.

3. Staf LSM
Banyak LSM lokal, nasional, maupun internasional yang berlomba-lomba meneliti, memperbaiki, dan memberi  pendidikan tentang terumbu karang dan masyarakat pesisir di Indonesia. Sebagai suatu organisasi, banyak dibutuhkan tenaga dari berbagai latar belakang (lingkungan, akuntansi, pendidikan, hukum, geografi, manajemen, IT, dll) dengan syarat minimal (biasanya): berminat pada isu/bidang LSM tersebut, pengalaman organisasi, bisa bahasa inggris, dan sanggup kerja di lapangan. Ada lowongan untuk relawan, magang, tenaga kontrak, dan tenaga tetap dengan kriteria yang berbeda-beda. Besar kecilnya pendapatan tergantung cakupan wilayah kerja LSM tersebut (umumnya yang internasional lebih besar). Menjadi staf LSM dituntut untuk fleksibel, multitasking, dan target/program oriented. Enaknya sih, kalau sebagai staf di lapangan, kemungkinan jalan-jalan dan nyelam (gratis) keliling Indonesia dan/atau keluar negeri sangat terbuka lebar. Profesi yang satu ini cocok buat penggemar travelling.

4. PNS
Lowongan CPNS semakin bertambah saja tiap tahunnya dengan terbentuknya departemen-departemen yang beberapa program kerjanya makin berorientasi pada terumbu karang, misalnya: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP yang dulunya DKP), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Departemen Kehutanan (DepHut), Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Untuk yang mendambakan jaminan dan kepastian masa depan (tunjangan dan pensiun tentunya) profesi ini pas buat kamu. Kesempatan sekolah ke luar negeri berkat kerjasama G2G (antar pemerintah) juga menjadikan alasan CPNS sebagai salah satu profesi idaman. Namun, keharusan untuk bekerja dengan program yang dipatok sesuai APBN/APBD terkadang menjadi sesuatu yang membosankan bagi orang-orang yang kreatif dan menyukai tantangan. Belum lagi posisi yang ditawarkan mengharuskan pelamar memiliki ijazah/ilmu yang mutlak sebagaimana yang disyaratkan dalam lowongan CPNS. Misalnya, meskipun anda menyukai dan berpengalaman dalam bidang ekowisata dan terumbu karang, namun ijazah yang anda miliki adalah sarjana peternakan, maka jelas kamu langsung gugur dalam seleksi administratif tanpa mempertimbangkan keahlian, pengalaman, dan referensi yang kamu miliki.

Di tulisan berikutnya: Jadi staf HSE di perusahaan tambang, CSR, Penulis Ilmiah, atau Penulis Kreatif? Mana yang paling pas buat kamu?

Sumber : terumbukarang.net 


 

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu