Program peralihan nelayan tangkap menjadi nelayan budidaya merupakan
jurus jitu meningkatkan perekonomian nelayan di Kepulauan Seribu.
Terbukti, sejak program unggulan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu
dalam upaya meningkatkan taraf hidup nelayan itu kini mulai berkembang
hampir di sebelas pulau pemukiman di Kepulauan Seribu.
Hingga medio tahun 2012 ini berdasarkan data Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu sekitar 3 ribu nelayan telah mulai beralih menjadi pembudidaya ikan. Majunya program itu tak lepas pembinaan secara berkala yang dilakukan pemerintah dalam mensosialisasikan cara tepat dalam melakukan budidaya.
Dialah, Liliek Litasari, Kepala Suku Dinas Kelauatan dan Pertanian Kepulauan Seribu. Sosok wanita enejik ini tak henti mengajak nelayan Kepulauan Seribu untuk memulai berbudidaya ikan. Dia juga concern mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan tidak merusak terumbu karang dengan menggunakan alat tangkap ikan yang dilarang, sperti bahan peledak dan potassium.
Jebolan Magister Kelautan Institut Pertanian Bogor ini berjasa meletakkan dasar program Sea Farming dan mengaplikasikan program tersebut hingga kini. Menurut Liliek, embrio pola budidaya yang dilakukan di perairan dangkal Pulau Semak Daun atau dikenal dengan Program Sea Farming menjadi rujukan pengembangan program budidaya ikan di pulau-pulau pemukiman lainnya.
"Hampir di enam kelurahan di Kepulauan Seribu saat ini memiliki kelompok nelayan budidaya. Mereka terpacu untuk terus mengembangkan usahanya, karena pendapatan yang dihasilkan lebih baik dari hasil nelayan tangkap," jelas Liliek di Tempat Pangkalan Ikan Pulau Pramuka, , Kamis (9/9).
Namun begitu, kata Liliek, pihaknya tetap melakukan pembinaan terhadap nelayan-nelayan tangkap yang saat ini masih banyak di Kepulauan Seribu. Misalnya, kata dia, Pemerintah Kabupaten terus berupaya mencari solusi terkait dengan nasib nelayan Muroami di Pulau Tidung yang terganjal dengan larangan operasional jenis tangkap ikan tersebut di perairan Indonesia.
"Memang aturannya kuat dan itu harus berelaku tahun 2013. Kita sudah mencoba dan sedang berupaya mencari alternatif pola alat tangkap yang lebih ramah lingkungan dan pendapatannya tidak kalah dengan jenis tangkap muroami," ujar Liliek.
Saat ini, sambung liliek, hampir 6 ribu jiwa masyarakat Kepulauan Seribu masih mengandalkan potensi ikan di laut Kepulauan Seribu. Karena itu, agar kelestarian laut tetap terjaga, pihaknya melaksanakan sejumlah program rehabilitasi perairan, seperti antara lain program pengadaan rumpon, rehabilitasi dengan transplantasi karang, dan peminaan manajemen pemasaran hasil tangkap bagi nelayan.
"Kondis perairan Kepulauan Seribu masih memprihatinkan, sehingga produktifitas ikan berkurang. maka dari itu, kita tak bosan melaksanakan trehabilitasi karang sebagai tempat perkembangbiakan ikan. Hasilnya sudah nyata dan itu akan terus berjalan dengan mengajak serta manyarakat untuk peduli dengan alam laut Kepulauan Seribu," tandasnya. (beritapulauseribu.com)
Hingga medio tahun 2012 ini berdasarkan data Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu sekitar 3 ribu nelayan telah mulai beralih menjadi pembudidaya ikan. Majunya program itu tak lepas pembinaan secara berkala yang dilakukan pemerintah dalam mensosialisasikan cara tepat dalam melakukan budidaya.
Dialah, Liliek Litasari, Kepala Suku Dinas Kelauatan dan Pertanian Kepulauan Seribu. Sosok wanita enejik ini tak henti mengajak nelayan Kepulauan Seribu untuk memulai berbudidaya ikan. Dia juga concern mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan tidak merusak terumbu karang dengan menggunakan alat tangkap ikan yang dilarang, sperti bahan peledak dan potassium.
Jebolan Magister Kelautan Institut Pertanian Bogor ini berjasa meletakkan dasar program Sea Farming dan mengaplikasikan program tersebut hingga kini. Menurut Liliek, embrio pola budidaya yang dilakukan di perairan dangkal Pulau Semak Daun atau dikenal dengan Program Sea Farming menjadi rujukan pengembangan program budidaya ikan di pulau-pulau pemukiman lainnya.
"Hampir di enam kelurahan di Kepulauan Seribu saat ini memiliki kelompok nelayan budidaya. Mereka terpacu untuk terus mengembangkan usahanya, karena pendapatan yang dihasilkan lebih baik dari hasil nelayan tangkap," jelas Liliek di Tempat Pangkalan Ikan Pulau Pramuka, , Kamis (9/9).
Namun begitu, kata Liliek, pihaknya tetap melakukan pembinaan terhadap nelayan-nelayan tangkap yang saat ini masih banyak di Kepulauan Seribu. Misalnya, kata dia, Pemerintah Kabupaten terus berupaya mencari solusi terkait dengan nasib nelayan Muroami di Pulau Tidung yang terganjal dengan larangan operasional jenis tangkap ikan tersebut di perairan Indonesia.
"Memang aturannya kuat dan itu harus berelaku tahun 2013. Kita sudah mencoba dan sedang berupaya mencari alternatif pola alat tangkap yang lebih ramah lingkungan dan pendapatannya tidak kalah dengan jenis tangkap muroami," ujar Liliek.
Saat ini, sambung liliek, hampir 6 ribu jiwa masyarakat Kepulauan Seribu masih mengandalkan potensi ikan di laut Kepulauan Seribu. Karena itu, agar kelestarian laut tetap terjaga, pihaknya melaksanakan sejumlah program rehabilitasi perairan, seperti antara lain program pengadaan rumpon, rehabilitasi dengan transplantasi karang, dan peminaan manajemen pemasaran hasil tangkap bagi nelayan.
"Kondis perairan Kepulauan Seribu masih memprihatinkan, sehingga produktifitas ikan berkurang. maka dari itu, kita tak bosan melaksanakan trehabilitasi karang sebagai tempat perkembangbiakan ikan. Hasilnya sudah nyata dan itu akan terus berjalan dengan mengajak serta manyarakat untuk peduli dengan alam laut Kepulauan Seribu," tandasnya. (beritapulauseribu.com)