Liburan Iedul Fitri tahun ini sebenarnya sudah kami impikan jauh-jauh hari. Sayangnya, impian tersebut tidak pernah dikerucutkan sampai seminggu sebelum Iedul Fitri yang jatuh pada tgl 19 Agustus lalu karena masing-masing dari kami berempat memiliki impian tujuan liburan yang berbeda.
Aku ingin berlibur ke Kute, Lombok sekalian bersilaturahim dengan keluargaku yang masih di sana, Drew ingin ke Bunaken, Manado karena pernah ke sana dan ingin menunjukan keindahan daerah itu kepada kami, Jay ingin ke “Kampung Gajah” di dekat Bandung sementara Ovi ingin ke pantai Ancol saja untuk bemain pasir.
Aku dan Drew tidak memiliki bayangan seperti apa “Kampung Gajah” hingga mendapat informasi dari teman bahwa itu tempat bermain mirip “Dunia Fantasy” di Ancol namun varian jenis permainannya lebih baru dan menarik. Mempertimbangkan macet yang tidak bisa diduga di Bandung karena biasanya penduduk Jakarta berlibur ke sana, dengan terpaksa pilihan Jay kami coret dari daftar tujuan liburan.
Setelah Drew positif mendapat izin berlibur selama 3 hari dari atasannya, baru lah kami bisa lebih jelas melihat daftar tujuan liburan pilihan kami karena tentu saja, lama cuti yang hanya 3 hari itu otomatis menghapus tujun pilihanku dan pilihan Drew. Sayang rasanya jika hanya dinikmati begitu singkat sementara biaya transportasi menuju ke sana tidak sedikit.
Akhirnya pilihan Ovi menjadi lebih realistis dan terjangkau untuk kami agar bisa berkumpul berempat karena harus menyesuaikan dengan jadwal libur sekolah Jay juga.
Tadinya, kami berencana menginap di hotel “Putri Duyung”, Ancol namun kemudian kami ubah lagi agar semua merasa senang, misalnya Drew dan Jay bisa memilih berbagai kegiatan atau permainan yang tersedia di sana seperti banana boat, snorkeling, canoeing dll sementara Ovi bisa tetap bermain pasir dan aku bisa berenang dan berjemur di tepi pantai. Berlibur di Kepulauan Seribu menjadi jawaban untuk semua itu.
Drew semakin rajin mencari informasi tentang Kepulauan Seribu dan setelah merasa cukup membandingkan beberapa pulau, kami dimintanya untuk memilih pulau tujuan antara pulau Sepa atau Pelangi. Berhubung keterangan tentang pulau Pelangi tidak begitu banyak di internet, kami memutuskan ke pulau Sepa namun tidak jadi karena hotel di pulau tersebut sudah penuh di tanggal yang kami inginkan.
Akhirnya pulau Pelangi menjadi pilihan yang “dipilihkan” untuk kami.
Titik keberangkatan bukan dari pantai Ancol seperti yang kami duga melainkan dari pantai Mutiara pada jam 08:30 pagi. Perjalanan menggunakan kapal dari pantai Mutiara ke pulau Pelangi kurang lebih 90 menit. Awal-awal perjalanan di laut cukup tenang namun ketika mendekati pulau, goyangan akibat ombak laut yang tinggi membuat Ovi memelukku dengan erat dan menutup matanya rapat-rapat dalam pelukanku.
Menunggu kapal di dermaga R-1pantai Mutiara menuju pulau Pelangi
Setiba di sana, kami langsung berganti baju dan menuju pantai padahal waktu sudah mendekati makan siang pada jam 12, karena kami tidak tahan melihat pasir pantai yang putih dan lautannya yang berwarna hijau kebiruan.
Kapal kami berlabuh di dermaga
Selamat datang di pulau Pelangi
Kami ke pantai ditemani seekor anjing yang sepertinya sengaja dipelihara hotel karena bulunya terlihat terawat dan jenisnya bukan jenis anjing lokal. Kami memberi nama anjing itu, Hachi seperti nama anjing setia yang melegenda di film yang berjudul sama.
Ditemani Hachi yang ramah 
Pohon yang menggoda untuk dinaiki dan diduduki
Pulau lain yang terlihat dekat
Makan siang yang disajikan hotel cukup sederhana, hanya 3 macam pilihan lauk yaitu ikan, ayam dan tumis sayuran dan 1 macam sop yang kebetulan siang itu adalah sop daging disertai kerupuk udang namun bumbunya pas sekali sehingga kami berempat makan dengan lahap.
Restoran hotel yang berada di atas laut
Sayang, foto menu makan siangnya terhapus
Setelah makan siang itu aku terpaksa menjadi diktator dengan meminta mereka semua tidur siang karena khawatir mereka kelelahan dan jatuh sakit. Untung lah mereka mau menurut dan benar saja, kami berempat langsung tertidur dengan lelapnya hingga menjelang matahari terbenam. Aku segera membangunkan mereka bertiga setelah tiba-tiba terbangun sendiri.
Sebelum ditambah extra bed di tengah kedua tempat tidur
Menyaksikan matahari menghilang perlahan
Siluet tidak sengaja terbuat :)
Sebelum melepas kacamata
Dari jendela kamar kami yang menghadap pantai langsung, aku dapat melihat sinar matahari yang keemasan itu akan segera menghilang. Kami langsung mengganti baju tidur yang kami kenakan dan menghambur ke pantai agar tidak kehilangan momen yang selalu indah di sepanjang masa itu.
Malamnya kami makan di tempat terbuka dihibur oleh penyanyi dan pemain organ tunggal. Drew sempat menyanyikan sebuah lagu sebelum menikmati makan malam yang lagi-lagi sederhana namun sangat cocok di lidah kami. Menjelang usai kami diberitahukan bahwa jam 20:30 nanti akan diadakan malam “barbeque”. Drew ditemani Jay bergabung bersama tamu-tamu lainnya sementara aku dan Ovi tetap di kamar karena suhu badan Ovi lebih tinggi dari biasanya.
Drew menjajal kualitas mike :))
Ada yang begitu senang menari mengikuti musik
Makan dulu ya
Malam itu kami tidur dengan nyenyak sekali, aku sempat terbangun ketika membukakan pintu untuk Drew dan Jay sekembalinya dari acara “panggang-panggangan” namun tidak bangun lagi hingga dibangunkan sinar matahari di sela-sela tirai jendela keesokan paginya. Kelambu yang melingkari tempat tidur kami mungkin salah satu rahasia mengapa kami bisa tidur nyenyak karena tidak diganggu nyamuk sama sekali.
Usai sarapan melihat perahu yg ditambatkan di samping resto
Salah satu sudut indah di perjalanan dari resto kembali ke bungalow
Hari kedua kembali kami sibuk di pantai. Aku senang sekali karena pagi itu demam Ovi sudah pergi. Setelah sarapan, dia langsung menjemput teman barunya yang gayanya mirip banget dengannya kalau merayu yaitu suka megerjap-ngerjapkan mata, untuk bermain pasir bersama. Drew dan Jay dari pagi hingga sore menikmati kegiatan snorkeling, mereka hanya berhenti ketika istirahat makan siang dan sesekali menggoda Ovi yang bermain pasir di pinggir pantai. Aku sendiri bermalas-malasan di kursi untuk berjemur sambil mengawasi Ovi dan temannya karena kebetulan mendapat haid.
Bermain pasir
Bermalas-malasan
Snorkeling
Malamnya, kami baru menyadari dari tiga puluh penumpang kapal yang berangkat bersama kami kemarin ternyata tinggal kami bersembilan yaitu dua keluarga saja yang tetap tinggal di pulau. Makan malam diadakan di dalam restoran malam itu dan kami jadi lebih mengenal tetangga kami yang keluarga kecil dengan dua anak itu juga setelah bertukar obrolan ringan.
Malam itu giliran stamina tubuh Jay yang turun, dia merasa mual dan mulas setelah meminum teh susu sebelum makan malam. Makan malam yang dihidangkan sama sekali tidak disentuhnya. Dia hanya ingin segera kembali ke kamar. Aku meminta pelayan untuk membungkus sepotong ayam goreng tepung dan semangkuk bakso untuk dibawa ke kamar. Berharap Jay akan terbangun tengah malam dan mau menghabiskan makanan yang dibungkus tersebut.
Menikmati kudapan sebelum Jay bermasalah dengan perutnya 
Makan malam yang sederhana namun enak
Di pagi hari ketiga yaitu hari terakhir di pulau, alhamdulillah Jay sudah pulih kembali meskipun tidak makan malam sama sekali namun di luar dugaan Drew terlihat kuyu dan tubuhnya menggigil karena demam. Sarapan roti dan bubur ayam tidak membantunya merasa lebih baik.
Ngobrol sekalian pamit ke Hachi setelah sarapan
Setelah sarapan, Ovi dan Jay sempat bermain pasir lagi ditemani Drew yang meringkuk di atas kursi berjemur. Aku sendiri sibuk membereskan semua barang bawaan kami setelah gagal membujuk Ovi belajar berenang.
Mengajari Ovi berenang
Ovi lebih memilih belajar menari :o
Bermain pasir terakhir kali sebelum pulang
Memeriksa barang-barang kecil di area closet
Memeriksa di area toilet juga 
Sikat dan pasta gigi akan dipakai sekali lagi 
Isi lemari sudah bersih
Drew kehilangan selera makan sama sekali ketika makan siang. Dia hanya menyeruput sop sosis sapi sekenanya sebelum permisi balik ke kamar lebih dulu meningalkan aku dan anak-anak menyelesaikan makan siang kami. Setelah kembali dari restoran, kami memilih untuk beristirahat di kamar sembari menunggu kapal yang seharusnya akan mengantar kami kembali pada jam 2 siang.

Drew masih demam pada saat makan siang
Cukup lama kami menunggu kapal setelah check out dari kamar karena kapal baru muncul pada jam 3 sore. Itu pun kami masih harus menjemput penumpang lain di dua pulau lagi sebelum menuju pantai Ancol.

Meninggalkan pulau Pelangi
Menuju pantai Ancol
Ancol? Yah pantai Ancol! Mungkin karena hanya dua keluarga yang akan meninggalkan pulau, pihak hotel tidak mau rugi membawa kami dengan kapal regulernya sehingga memilih untuk menumpangkan kami ke kapal lain. Dengan demikian, mereka hanya perlu membayar ongkos per pax saja ke kapal yang kami tumpangi. Terus terang kami kecewa untuk pelayanan di hari terakhir itu, apalagi Drew sedang demam tinggi.
Sesampai di pantai Ancol, kami disewakan taksi menuju pantai Mutiara karena mobil kami diparkir di sana. Perasaan kami sedikit terobati ketika salah satu perwakilan dari hotel atau travel ini meminta maaf dengan sopan atas ketidaknyamanan yang kami alami. 
Namun demikian, secara keseluruhan liburan kami menyenangkan meskipun ada insiden kecil pada saat kepulangan itu. Untuk selanjutnya itu akan menjadi catatan kami jika berlibur ke Kepulauan Seribu lagi. Pengalaman selalu menjadi guru terbaik, bukan?
Selamat mencoba liburan di pulau! ;)

Sumber : kerliplintang

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu