Sejumlah warga Kepulauan Seribu mengeluhkan kurangnya armada dan
jadwal kapal angkutan dari dan menuju Jakarta. Mereka berharap Gubernur
dan Wakil Gubernur Joko Widodo dan Tjahaja Basuki Purnama membenahi
sektor transportasi untuk memudahkan mobilitas warga.
Feri
Abdullah (39), warga Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Senin
(5/11/2012), mengatakan, jumlah penumpang cenderung naik pada akhir dan
awal pekan sehingga sebagian di antaranya tak terangkut oleh armada yang
ada.
Mereka tak jarang harus menyewa perahu milik nelayan.
"Tarif angkutan kapal biasanya Rp 32.000 per orang untuk sekali jalan.
Namun, saat kapal penuh, warga terpaksa menyewa perahu nelayan dengan
tarif Rp 6 juta untuk sekitar 150 penumpang atau rata-rata Rp 40.000 per
orang," ujarnya.
Asyuro (55), warga Kepulauan Seribu lainnya,
menambahkan, keterbatasan jumlah perahu kerap menghambat mobilitas
pelajar, pedagang, dan pegawai di Kepulauan Seribu. Dengan hanya satu
kali keberangkatan per hari, yakni pukul 07.00, tak semua calon
penumpang terangkut.
Pengangkutan hasil bumi dan tangkapan nelayan
kadang tertunda karena tak ada kapal. "Warga yang sakit keras dan
harus dirujuk ke rumah sakit di Jakarta pun kadang tertunda
keberangkatannya karena tak ada kapal atau angin kencang dan gelombang
laut tinggi, seperti terjadi beberapa pekan terakhir," kata Asyuro.
Bupati
Kepulauan Seribu Achmad Ludfi, pekan lalu, mengatakan, delapan kapal
yang dioperasikan Dinas Perhubungan DKI Jakarta saat ini terbilang pas
untuk melayani mobilitas sekitar 22.000 warga yang tersebar di 11 pulau.
Namun,
dalam situasi tertentu, seperti awal dan akhir pekan serta saat
beberapa kapal rusak atau dalam perbaikan, sebagian penumpang tak
terangkut dan terpaksa menyewa perahu nelayan.
"Tak hanya pelajar
atau mahasiswa yang pulang atau berangkat sekolah, tetapi juga wisatawan
yang jumlahnya biasanya bertambah pada akhir pekan dan hari libur.
Sektor ini (transportasi) relatif butuh perhatian lebih besar
dibandingkan lainnya," kata Ludfi.
Sumber : kompas.com