Mendung mengelayut di langit Kepulauan Seribu, seakan tahu perahu kami sedang menuju pulau yang punya sejarah kelam dalam perjalanan Indonesia. Pulau Onrust yang berarti Pulau'istirahat' nyatanya tak pernah benar-benar beristirahat.
Dalam perjalanannya, Pulau dengan luas sekitar 7 hektar ini banyak dialihfungsikan mulai dari benteng pertahanan dan tempat logistik, pelabuhan, hingga asrama haji di zaman Belanda.
Beralih ke zaman Jepang, pulau yang pernah dihancurkan oleh gunung Karakatau ini, juga digunakan untuk memenjarakan sejumlah kriminal.
Pasca kemerdekaan, Justru Indonesia memanfaatkan pulau ini sebagai tempat karantina bagi penderita penyakit menular di bawah kontrol kementerian kesehatan. Setelah itu, tahun 1965, pengemis dan tuna wisma ditempa pelatihan militer di pulau ini.
Beragamnya sejarah yang mewarnai Pulau Onrust menyebabkan pulau ini punya situs sejarah yang bias. Dalam satu putaran mengelilingi Onrust, Anda seperti masuk ke dalam perjalanan Onrust dari tahun ke tahun.
Yang paling mencolok tentunya puing-puing asrama haji yang amat memprihatinkan. Bukan hanya akibat letusan gunung Krakatau yang menggilasnya tapi juga tangan kotor manusia yang membuat peninggalan sejarah ini semakin memburuk.
Berjalan ke dalam suasana makin tak jelas, tak ada petunjuk yang bisa diandalkan untuk setiap situs sejarah. Memang ada beberapa papan kayu yang memberikan informasi tapi sayang sudah lapuk dimakan usia.
Mendekati bibir pantai, ada beberapa makam keluarga Cornelis Van de Walck yang dulunya merupakan keluarga pengelola pulau ini. Makam ini juga berdekatan dengan makam pribumi yang kematiannya melompat 20 tahun akibat pemberontakan Zeven provicien.
Tak ketinggalan, lagi-lagi makam pemberontak,Kartosoewirjo menjadi primadona, beberapa pengunjung pun masih tampak mempercayai si pendiri NII ini dimakamkan di sana, bukan di Pulau Ubi seperti yang ditunjukan Fadli Zoen.
Tak memerlukan waktu lama untuk berkeliling di pulau ini. Berbeda dari sebelumnya yang selalu dijadikan tempat kegiatan kontroversial. Kini Pulau Onrust dipadati banyak pemancing dan tentunya sampah yang semakin menggunung. Memprihatinkan.
Dalam perjalanannya, Pulau dengan luas sekitar 7 hektar ini banyak dialihfungsikan mulai dari benteng pertahanan dan tempat logistik, pelabuhan, hingga asrama haji di zaman Belanda.
Beralih ke zaman Jepang, pulau yang pernah dihancurkan oleh gunung Karakatau ini, juga digunakan untuk memenjarakan sejumlah kriminal.
Pasca kemerdekaan, Justru Indonesia memanfaatkan pulau ini sebagai tempat karantina bagi penderita penyakit menular di bawah kontrol kementerian kesehatan. Setelah itu, tahun 1965, pengemis dan tuna wisma ditempa pelatihan militer di pulau ini.
Beragamnya sejarah yang mewarnai Pulau Onrust menyebabkan pulau ini punya situs sejarah yang bias. Dalam satu putaran mengelilingi Onrust, Anda seperti masuk ke dalam perjalanan Onrust dari tahun ke tahun.
Yang paling mencolok tentunya puing-puing asrama haji yang amat memprihatinkan. Bukan hanya akibat letusan gunung Krakatau yang menggilasnya tapi juga tangan kotor manusia yang membuat peninggalan sejarah ini semakin memburuk.
Berjalan ke dalam suasana makin tak jelas, tak ada petunjuk yang bisa diandalkan untuk setiap situs sejarah. Memang ada beberapa papan kayu yang memberikan informasi tapi sayang sudah lapuk dimakan usia.
Mendekati bibir pantai, ada beberapa makam keluarga Cornelis Van de Walck yang dulunya merupakan keluarga pengelola pulau ini. Makam ini juga berdekatan dengan makam pribumi yang kematiannya melompat 20 tahun akibat pemberontakan Zeven provicien.
Tak ketinggalan, lagi-lagi makam pemberontak,Kartosoewirjo menjadi primadona, beberapa pengunjung pun masih tampak mempercayai si pendiri NII ini dimakamkan di sana, bukan di Pulau Ubi seperti yang ditunjukan Fadli Zoen.
Tak memerlukan waktu lama untuk berkeliling di pulau ini. Berbeda dari sebelumnya yang selalu dijadikan tempat kegiatan kontroversial. Kini Pulau Onrust dipadati banyak pemancing dan tentunya sampah yang semakin menggunung. Memprihatinkan.
Sumber : merdeka.com