Tingginya kebutuhan fasilitas sosial di Kepuluan Seribu, membuat warga
setempat berharap Pemprov DKI Jakarta dapat meningkatkan pemberian
bantuan fasilitas sosial. Salah satunya seperti pengadaan kapal jenazah
yang saat ini sangat diharapkan keberadaanya oleh warga. Terlebih,
dengan kondisi alam di wilayah kepulauan yang memang sangat membutuhkan
jasa angkutan perairan, termasuk untuk membawa keluarga atau sanak
famili mereka yang meninggal dunia baik dari darat menuju pulau maupun
sebaliknya.
Saat ini, jika ada keluarga atau sanak familinya yang meninggal dunia, warga harus merogoh kocek sebesar Rp 3 juta untuk menyewa kapal tradisional yang akan membawa jenazah baik dari daratan menuju pulau maupun sebaliknya untuk sekali pelayaran.
Seperti yang dialami Tohir (60), warga Kelurahan Pulau Kelapa, Kecamatan Kepulauan Seribuutara. Dirinya sempat mengalami kesulitan saat akan membawa jenazah kakaknya Suhair (63) yang meninggal dunia sekitar pukul 09.00 di RS Atmajaya Pluit, Penjaringan untuk dibawa ke kediamannya di Pulau Kelapa. "Kami bingung bagaimana caranya membawa jenazah kakak saya ini ke pulau. Mau tidak mau saya harus menyewa kapal sampai seharga Rp 3 juta," ujar Tohir, saat ditemui di RS Atmajaya, Senin (5/11).
Terlebih, kata Tohir, pihak keluarga juga harus menunggu sampai tiga jam untuk mendapatkan kapal yang akan membawa jenazah kakaknya itu ke Pulau Kelapa. Beruntung, pihaknya dibantu oleh PMI Kepulauan Seribu yang telah menyediakan fasilitas kapal untuk membawa jenazah sang kakak. "Tapi kami juga harus membayar uang ganti bahan bakar sebesar hampir Rp 3 juta. Karena itu juga memang bukan kewajiban PMI menyediakan kapal untuk jenazah," katanya.
Selama ini, sambungnya, jika ada warga pulau yang meninggal di darat dan hendak dimakamkan di pulau atau sebaliknya, warga harus menyewa kapal tradisional atau kapal ojek dengan tarif sewa yang cukup tinggi yakni mencapai Rp 3-4 juta. Itupun jika cuaca bersahabat, maka kapal-kapal tersebut bersedia mengantarkannya.
"Saya berharap pemerintah bisa memberikan fasilitas kapal jenazah untuk warga Pulau Seribu. Setidaknya, di dua kecamatan, Kepulauan Seribu selatan dan Kepulauan Seribu utara, memiliki masing-masing satu kapal jenazah. Karena uang Rp 3 juta bukanlah angka yang sedikit. Bagi warga Kepulauan Seribu, jumlah tersebut sangat memberatkan," katanya.
Menanggapi keinginan warganya, Bupati Kepulauan Seribu, Achmad Ludfi menuturkan, pihaknya akan meminta kepada Pemprov DKI Jakarta untuk pengadaan kapal jenazah. Rencananya, kapal yang diminta tersebut sebanyak dua kapal, untuk ditempatkan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribuselatan dan Kepulauan Seribuutara. "Mudah-mudahan tahun depan kapal jenazah sudah bisa diadakan karena ini untuk kepentingan warga," tutur Ludfi.
Selama ini, kata Ludfi, sambil menunggu realisasi pengadaan kapal jenazah, pihaknya akan memfasilitasi warga dengan kapal ambulan milik Sudin Kesehatan Kepulauan Seribu. Rencananya, akan disediakan dua kapal ambulan yang akan ditempatkan di Pulau Tidung dan Pulau Kelapa. "Bagi warga yang ingin mengantarkan jenazah, silahkan hubungi Sudin Kesehatan Kepulauan Seribu untuk menggunakan kapal ambulans. Fasilitas ini diberikan gratis," tandasnya.
Saat ini, jika ada keluarga atau sanak familinya yang meninggal dunia, warga harus merogoh kocek sebesar Rp 3 juta untuk menyewa kapal tradisional yang akan membawa jenazah baik dari daratan menuju pulau maupun sebaliknya untuk sekali pelayaran.
Seperti yang dialami Tohir (60), warga Kelurahan Pulau Kelapa, Kecamatan Kepulauan Seribuutara. Dirinya sempat mengalami kesulitan saat akan membawa jenazah kakaknya Suhair (63) yang meninggal dunia sekitar pukul 09.00 di RS Atmajaya Pluit, Penjaringan untuk dibawa ke kediamannya di Pulau Kelapa. "Kami bingung bagaimana caranya membawa jenazah kakak saya ini ke pulau. Mau tidak mau saya harus menyewa kapal sampai seharga Rp 3 juta," ujar Tohir, saat ditemui di RS Atmajaya, Senin (5/11).
Terlebih, kata Tohir, pihak keluarga juga harus menunggu sampai tiga jam untuk mendapatkan kapal yang akan membawa jenazah kakaknya itu ke Pulau Kelapa. Beruntung, pihaknya dibantu oleh PMI Kepulauan Seribu yang telah menyediakan fasilitas kapal untuk membawa jenazah sang kakak. "Tapi kami juga harus membayar uang ganti bahan bakar sebesar hampir Rp 3 juta. Karena itu juga memang bukan kewajiban PMI menyediakan kapal untuk jenazah," katanya.
Selama ini, sambungnya, jika ada warga pulau yang meninggal di darat dan hendak dimakamkan di pulau atau sebaliknya, warga harus menyewa kapal tradisional atau kapal ojek dengan tarif sewa yang cukup tinggi yakni mencapai Rp 3-4 juta. Itupun jika cuaca bersahabat, maka kapal-kapal tersebut bersedia mengantarkannya.
"Saya berharap pemerintah bisa memberikan fasilitas kapal jenazah untuk warga Pulau Seribu. Setidaknya, di dua kecamatan, Kepulauan Seribu selatan dan Kepulauan Seribu utara, memiliki masing-masing satu kapal jenazah. Karena uang Rp 3 juta bukanlah angka yang sedikit. Bagi warga Kepulauan Seribu, jumlah tersebut sangat memberatkan," katanya.
Menanggapi keinginan warganya, Bupati Kepulauan Seribu, Achmad Ludfi menuturkan, pihaknya akan meminta kepada Pemprov DKI Jakarta untuk pengadaan kapal jenazah. Rencananya, kapal yang diminta tersebut sebanyak dua kapal, untuk ditempatkan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribuselatan dan Kepulauan Seribuutara. "Mudah-mudahan tahun depan kapal jenazah sudah bisa diadakan karena ini untuk kepentingan warga," tutur Ludfi.
Selama ini, kata Ludfi, sambil menunggu realisasi pengadaan kapal jenazah, pihaknya akan memfasilitasi warga dengan kapal ambulan milik Sudin Kesehatan Kepulauan Seribu. Rencananya, akan disediakan dua kapal ambulan yang akan ditempatkan di Pulau Tidung dan Pulau Kelapa. "Bagi warga yang ingin mengantarkan jenazah, silahkan hubungi Sudin Kesehatan Kepulauan Seribu untuk menggunakan kapal ambulans. Fasilitas ini diberikan gratis," tandasnya.
Sumber : beritajakarta.com