Matahari mulai merendah di langit barat, sinarnya mulai redup seiring dengan pijar lembayung bergaris di atas garis laut sore itu. Meski sang raja siang akan beristirahat dengan sayu-sayu terdengar gema adzan, sejumlah wisatawan masih asyik mahsyuk menikmati segelas kopi hitam di atas warung apung yang tergoyang-goyang dielus ombak kecil tubir selatan Pulau Panggang.

Clara yang berbalut baju renang dengan simpangan selendang berwarna warni masih terus asyik menyeruput kopi plus kream yang menjadi kegemarannya. Dia seakan tidak sadar, hari mulai gelap dan seharusnya bergegas ke penginapan di Pulau Pramuka. 

"Asyik banget, tenang dan sulit mencari suasana seperti ini lagi," ujar Clara yang disetujui empat rekannya yang kala itu bersama dari Jakarta Selatan berwisata ke Kepulauan Seribu. "Udaranya, suara ombak, dan kopinya mantap apalagi tadi habis snorkling lengkap sudah bersantai di warung apung ini," ujarnya lagi.

Pun demikan, Randy rekan Clara mengaku kesempatan santai ini sulit didapat di daratan Jakarta. "Warung ini trobosan dan akan menjadi objek wisata yang pasti akan banyak dikunjungi," ucap Randy yang mengaku telah berulang kali berwisata di Kepulauan Seribu.

Selain rombongan Clara, satu rombongan wisatawan juga bercengkerama sambil menikmati elusan angin laut yang mulai beranjak dingin. Sang pelayan warung apung masih tampak sibuk meracik minuman hangat untuk diberikan ke pemesan yang tak sabar menunggu di sudut warung. 

Bentangan bambu yang terapung dengan bantalan drijen di enam sisi terus bergoyang dihempas ombak kecil. Hamdi pemilik yang juga inisiator warung apung mengungkapkan, pembuatan warung apung ini terinspirasi dari tradisi warga Kepulauan Seribu yang dahulunya sering menjelajah dari pulau satu ke pulauan lain.

"Saat ini orang tua kita (nelayan) mencari ikan ke pulau-pulau jauh," kata Hamdi. Dikatakannya, bahkan nelayan Kepulauan Seribu menangkap ikan sampai ke pulau-palau daerah lain seperti, ke daerah Belitung, Kalimantan, hingga Aceh. Bahkan sampai ke Laut Cina Selatan dan ada juga yang sampai ke Brunai Darussalam.

 "Mereka biasanya singgang untuk berlindung atau kita kenal dengan kata babang. Nah, saat itu mereka melakukan jual beli dengan warga pulau setempat," tambahnya.

Warung apung ini, lanjut Hamdi, juga terinspirasi untuk menjadi salah satu atraksi wisata bahari di Kepulauan Seribu. Karena, menurut dia, agar Kepulauan Seribu tetap menjadi tujuan wisata harus ada trobosan yang dilakukan untuk menjadi daya tarik pengunjung. "Meski pengunjungnya terbatas pada wisatawan yang sedang snokeling, warung apung ini diharapkan mejadi ikon wisata di Pulau Panggang," harapnya.

Bupati Kepulauan Seribu Achmad Ludfi yang beberapa waktu lalu berkunjung ke warung apung mengaku inovasi warung apung ini harus menjadi spirit bagi warga lainnya. Meski sederhana, bupati yang menjadi pariwisata sebagai program andalannya ini berharap peran serta warga terus meningkat untuk mendukung Kepulauan Seribu sebagai destinasi wisata andalan di Provinsi DKI Jakarta.

"Saya berharap warung ini menjadi titik balik peran aktif warga dalam meningkatkan daya kunjung wisata di Kepulauan Seribu. Tak terbantahkan, aktivitas wisata saat ini mulai menjadi sumber pendapatan kebanyakan warga Kepulauan Seribu selain sebagai nelayan," jelasnya. 

Tak sampai disitu, Ludfi mengaku bangga dengan adanya warung apung, karena selain keberadaannya menunjukkan identitas asal warga Kepulauan Seribu sebagai orang maritim, warung apung juga merupakan trobosan yang menjadi salah satu atraksi wisata. "Yang terpenting lagi, warung apung juga menggunakan konsep ramah lingkungan, karena tidak merusak biota laut," pungkasnya
 
 
 
 

Text Widget

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text

Unordered List

Pulau Seribu