Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu perwakilan kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km sebelah Utara Jakarta. Kawasan wisata bahari tersebut kini sedang dibayangi pencemaran pulau dan sepinya pengunjung akibat bencana alam yang menimpa Indonesia akhir-akhir ini.
Wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan memiliki daerah wisata berupa taman laut yang kaya dengan keanekaragaman biota laut. Beberapa taman laut itu adalah Kepulauan Seribu, Taman Laut Bunaken, Karimunjawa, Taman Laut Wakatobi, Takabonerate, dan Cenderawasih. Wisata taman laut itu menjadi salah satu tempat favorit diving.
Namun akibat gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 lalu, prospek wisata taman laut di tanah air belum memberikan kabar gembira bagi para pelaku bisnis pariwisata, khususnya pemilik cottage atau resort. Karena kekhawatiran masih membayangi sejumlah turis baik lokal maupun mancanegara untuk berpergian ke sejumlah lokasi yang dekat dengan laut.
Sebut saja, Pulau Seribu yang terletak 45 km sebelah utara Jakarta ini mempunyai nilai konservasi yang tinggi karena keanekaragaman jenis dan ekosistemnya yang unik dan khas. Kepulaun Seribu mempunyai luas wilayah 1.180,80 ha (11,80 km2) dengan jumlah penduduk 15.600 jiwa, terdiri 105 pulau yang tersebar dalam 4 kelurahan.
Kondisi sumber daya alam di Pulau Seribu menyimpan potensi, terutama di sektor perikanan dan sektor pariwisata. Kegiatan wisata bahari telah dikembangkan di Kepulauan Seribu, seperti pemancingan, rekreasi laut dan pulau, sepeda air, diving (penyelaman), selancar angin dan snorkelling.
Di kawasan perairan Teluk Jakarta, akomodasi pariwisata berupa hotel dan cottage dapat mudah ditemui di pulau-pulau yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata bahari, seperti Pulau Alam Kotok, Anyer, Bidadari, Bira Besar, Pantara, Matahari, Putri dan Sepa.
Kemudahan akses dari Jakarta melalui Pantai Marina Ancol ke Kepulauan Seribu, membuat industri wisata bahari di kepulauan tersebut meningkat cukup pesat. Dengan jarak waktu tempuh dari setengah hingga tiga jam menggunakan speed boat, kita dapat menikmati indahnya pemandangan laut di Teluk Jakarta ini.
Namun dalam tiga bulan terakhir ini sejak bencana tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), wisata bahari di Kepulauan Seribu juga terimbas dengan bencana dahsyat tersebut. Penurunan jumlah pengunjung yang cukup signifikan diakui oleh salah seorang pemandu wisata di sebuah resort di Kepulauan Seribu.
Sepinya pengunjung dirasakan terutama di hari-hari biasa, sedangkan menjelang liburan weekend, tingkat kunjungan turis ke Kepulauan Seribu secara perlahan-lahan mulai meningkat. Baru-baru ini, saat melakukan perjalanan ke sebuah Pulau Seribu yang lokasinya paling jauh dari Jakarta, terlihat lebih banyak turis mancanegara yang menghabiskan liburan akhir pekannya di salah satu resort di ujung Teluk Jakarta ini.
Misalnya Mrs Joo Hjun Heo, warga Korea Selatan yang bekerja di wilayah industri Cikarang ini mengaku berliburan bersama isteri dan dua anak mereka. Saat ditanya mengapa memilih menghabiskan weekend-nya di Pulau Seribu, Joo dengan singkat mengatakan keindahan yang ditawarkan dari pulau tersebut. Jernihnya air laut dan ikan-ikan yang berkeliaran di permukaan air menjadi daya tarik sendiri yang dapat ditemui di Pulau Seribu.
Belum lagi sejumlah aktifitas wisata bahari seperti diving, jet ski, canoeing, snorkelling dan pemancingan yang bisa ditawarkan pengelola resort Kepulauan Seribu. “Tapi dari semua itu, yang membuat kami datang ke Kepulauan Seribu adalah anak-anak kami bisa menikmati liburannya, terutama memiliki kesempatan memberikan makan ikan-ikan yang berkeliaran di permukaan air laut,” ujar Joo.
Fasilitas, aktifitas maupun keindahan laut yang tersedia memang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi turis untuk mengunjungi Pulau Seribu. Namun dari semuanya itu, keramah-tamahan dari pengelola resort selaku tuan rumah juga menjadi dasar pertimbangan turis untuk mengunjungi lokasi wisata. Seperti turis asal Taiwan ini, Lie Hwa.
Datang bersama dengan dua temannya asal Indonesia yang menuntut ilmu di negaranya, Lie Hwa mengaku kunjungan kali ini merupakan kedua kalinya. “Saya sangat senang dengan pelayanan dan keramah-tamahan staf resort ini. Yang pasti tidak kalah dengan pelayanan di resort-resort yang ada di Bali. Saya suka itu,” ungkap Lie Hwa dalam bahasa Inggris yang terbata-bata.
Untuk saat ini, wisata bahari di Kepulauan Seribu lebih banyak dinikmati oleh turis mancanegara, khususnya Asia. Kurangnya promosi mungkin bisa dikatakan alasan yang paling tepat mengapa turis lokal jarang menghabiskan liburannya di Kepulauan Seribu. Selain itu, pencemaran di sejumlah pulau-pulau yang dekat dengan Jakarta, membuat keindahan taman laut semakin rusak dan tidak terjaga lagi.
Terumbu-terumbu karang yang indah diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk dijual dengan harga tinggi di kota-kota besar menjadi faktor utama rusaknya keindahan laut di Teluk Jakarta ini. Coba perhatikan di sejumlah pusat perbelanjaan di ibukota belakangan ini, anda akan dengan mudah menemui sejumlah counter yang menjual aquarium yang dihiasi dengan terumbu karang dan ikan-ikan laut. Pembangunan resort dan ramainya turis yang mengunjungi resort tersebut juga menjadi alasan lain rusaknya terumbu-terumbu karang. Apapun alasannya dan tanpa menyalahkan siapapun, kita semuanya mestinya menjaga dan memelihara kekayaan laut. Kepedulian akan lingkungan dan kelangsungan hidup biota laut, serta unsur saling memiliki sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian alam semesta ini