Pulau
seribu mungkin salah satu aset Indonesia yang harus dilestarikan.
Sebagai sebuah negara kepulauan, kita harusnya bangga memiliki garus
pantai terpanjang di dunia, atau memiliki stok pantai yang sangat indah
yang tak akan pernah habis indahnya dipandang mata.
Karena
itu, aku dan teman-teman sekelasku memutuskan untuk pergi ke sana:
Kepulauan Seribu. Berbekal semangat dan sedikit bumbu nekat,
berangkatlah kami sore itu, Sabtu, 21 November 2009, selepas maghrib,
menuju teluk naga. Karena keterbatasan dana, kami pun menyewa sebuah
truk milik TNI AD, padahal waktu itu sempat tidak diizinkan untuk
dipinjam, tapi kami memakai alasan bahwa truk akan digunakan untuk
mengangkut hewan kurban (saat itu menjelang hari raya Haji). Disamakan
dengan hewan kurban tidak apalah, asal kita bisa sampai dengan selamat.
Di
dalam truk ini, kami terkantuk-kantuk, merasa sangat lelah dan bosan,
ingin segera sampai di tempat tujuan. Apalagi saat itu aku belum mandi,
hehehe. Rencananya kita mau mandi di sana aja. Setelah sekitar 2 jam,
kami akhirnya sampai di teluk naga di Tangerang. Teluk naga ini semacam
transit yang umum digunakan bagi para pelancong atau penduduk setempat
dari dan ke kepulauan seribu.
Kami
sempat menunggu beberapa saat setelah akhirnya dijemput sebuah kapal
tradisional berkapasitas kurang lebih 150 orang. Dari teluk naga ini
kita udah bisa melihat gemerlap lampu Pulau Untung Jawa--pulau terdekat
dari pulau jawa. Wah, semakin tidak sabar kaki ini menginjakkan jejaknya
di sana. Tapi sayang, kerinduan itu harus diberi cobaan dengan ombak
yang menderu sepanjang perjalanan yang 30 menit itu. Apalagi kami masih
sangat awam dengan alat transportasi air yang satu ini. Alhasil, doa
adalah satu-satunya hal yang bisa kami lakukan sepanjang perjalanan
laut--selain taking picture of course.. hahaha.
Akhirnya sampailah kita di pulau Untung Jawa!!!
Badan
sangat berminyak meminta untuk mandi. Untungnya kami langsung disambut
oleh "ibu kost" kami : pemilik homestay di sana. Setelah diantarkan ke
homestay, kami dipersilakan untuk bersih-bersih dulu sebelum makan
malam. Lumayan, dua homestay dengan masing-masing satu kamar tidur
ber-AC, satu kamar mandi kecil, satu ruang tamu plus televisi, semua
seharga Rp 500.000 untuk 1 malam (24 jam).
Sholat
dan mandi sudah selesai kita laksanakan, untuk itu kita berjalan menuju
rumah makan "ibu kost" kami. Untuk yang belum tahu, air tawar di dekat
pantai otomatis berasa asin, jadi agak menghambat kemauan untuk wudhu
dan sikat gigi. Kemudian kami mengakalinya dengan membeli sebotol air
mineral yang paling besar, dan kemudian menggunakannya untuk urusan muka
dan mulut (cuci muka juga pake air mineral, soalnya kulitnya akan
terasa kering banget).
Setelah
beberapa pose norak dan gila kami, kami pun menikmati makan malam yang
lumayan lezat itu. Paling engga perut ini ngga lagi keroncongan meminta
jatah. Dan malam pun berlanjut dengan jagung bakar yang lezat, ditemani
angin pantai yang bener-bener kencang dan dingin (jangan lupa bawa
jaket) dan permainan Truth or Dare.
Kuno
ya? Tapi itulah tujuan kami, di penghujung tahun ini kami ingin lebih
mengenal siapa diri kami, siapa teman-teman kami, dan segala hal tentang
persahabatan. Romantis sekali lah pokoknya. Dan malam itu pun berakhir
dengan kartu poker dan siaran sepak bola sampai larut malam.
Pagi
harinya, kami bersemangat untuk mengejar keindahan sunrise di pulau
Untung Jawa ini. Maka, walaupun mata masih ngantuk, tapi setelah melihat
sunrise itu, rasa-rasanya kantuk ini menjadi hilaaaang gitu aja.
Sayangnya pagi itu agak mendung, jadi suasana ngga bener-bener fresh.
Apalagi dari ujung pulau, masih terlihat gedung-gedung bertingkat yang
ada di Jakarta, jadi makin mengurangi kesegaran pagi. But it’s okay..
karena masih ada Pulau rambut yang menunggu.
Pulau
Rambut adalah pulau yang tidak berpenghuni. Pulau Rambut memang
dikhususkan sebagai pulau kawasan berbagai burung langka Indonesia. Maka
hati-hati, kamu bias-bisa terkena “bom kotoran: dari burung-burung yang
melintas di kepalamu. Untuk sampai di pulau Rambut, hanya makan waktu
sekitar 15 menit saja. Sebenarnya pantainya indah, ditambah dengan
adanya habitat berbagai macam burung langka, biawak dan juga sebagai
tempat tumbuhnya bakau. Sayangnya pulau ini penuh dengan sampah. Bener-bener penuh dan dimana-mana. Everywhere.
Setelah
melewati jalan setapak yang di sepanjang jalan kamu bisa melihat
berbagai burung, akhirnya sampai ke sebuah menara pandang setinggi 20m.
Di sini kamu bisa lihat seuruh pulau dari atas, bahkan pulau Untung Jawa
pun agak terlihat meskipun di kejauhan. Kami betah berlama-lama di
sana, tentunya sambil bernarsis-narsis ria.
Pas
di tengah hari kami pun mengakhiri petualangan kami di Pulau Rambut.
Hati-hati dan selalu waspada ya kalau berada di sana, karena banyak ular
juga ternyata.
Dan
dengan berakhirnya perjalanan kami di Pulau rambut, berakhir pula hari
kami di Kepulauan seribu. Malam itu juga kami harus pulang. Dengan makan
malam dan beres-beres homestay sebelumnya, kami meninggalkan Pulau
Untung Jawa dengan berbagai kenangan, tawa dan duka, jadi satu dalam
harunya Kepulauan Seribu.
p.s
disarankan untuk meninggalkan pulau sebelum petang menjelang, karena
ombak sangatlah besar, menghantam perahu, dan sepanjang perjalanan yang
penuh ombang-ambing itu, kami hanya bisa berdoa, tanpa foto-foto.
Selamat tinggal Kepulauan Seribu dan sejuta indahmu.
Sumber : sapidudunk